Bos BI Ungkap Alasan Terus Tahan Suku Bunga di 3,5 Persen

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) terus menahan suku bunga acuannya di level 3,5 persen. BI tidak ingin terburu-buru walau saat ini harga konsumen bulan Juni naik pada laju tercepat dalam lima tahun.
Menurut jajak pendapat Reuters, tingkat inflasi tahunan Juni meningkat menjadi 4,35 persen, tertinggi sejak Juni 2017 dan di atas perkiraan 4,17 persen. Padahal angka bulan lalu adalah 3,55 persen.
Sedangkan kisaran target BI adalah 2 persen hingga 4 persen. Namun, tingkat inflasi inti tahunan, yang menghapus harga yang dikendalikan pemerintah dan bergejolak, berada di bawah ekspektasi pasar yakni 2,63 persen di bulan Juni.
Jajak pendapat telah memperkirakan tingkat 2,72 persen, sedangkan tingkat Mei adalah 2,58 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kumpulan data menunjukkan inflasi inti yang rendah dan inflasi yang rendah dari harga yang dikendalikan pemerintah, karena subsidi besar yang menjaga beberapa harga energi tidak berubah.
"Inflasi inti relatif rendah, sehingga memberikan ruang fleksibilitas bagi kita untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga," katanya dalam sidang parlemen, Jumat (1/7/2022).
BI TAHAN SUKU BUNGA ACUAN, IHSG MENGUAT
Perry sekali lagi mengulangi janji untuk mempertahankan suku bunga pada rekor rendah sampai BI melihat tanda-tanda fundamental. tekanan harga.
BI, salah satu bank sentral paling tidak hawkish di dunia, menegaskan bakal lebih fokus pada tingkat inflasi inti, daripada angka utama, untuk menentukan kecepatan normalisasi kebijakan pasca-pandemi.
Data menunjukkan kenaikan inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga cabai, bawang merah, telur, dan tarif angkutan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono mengatakan tingginya harga gandum, gula, dan kedelai dunia sejauh ini berdampak terbatas pada inflasi domestik.
"Sementara pembuat tepung dan mie telah melihat kenaikan biaya, mereka belum meneruskannya ke konsumen," katanya.
Sedangkan Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan setiap perubahan dalam sikap kebijakan BI kemungkinan akan lebih didorong oleh pergerakan mata uang rupiah, yang telah berada di bawah tekanan sejak Juni karena arus keluar modal terkait dengan pengetatan moneter Federal Reserve AS.
"Komentar menjelang pertemuan Juli akan diteliti untuk tanda-tanda perubahan sikap sehubungan dengan menyempitnya perbedaan suku bunga US-ID dan mata uang di bawah tekanan," ujar ekonom DBS Radhika Rao. (RRD)