IDXChannel - Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen-4,75 persen. Bank Indonesia (BI) diminta untuk tidak agresif menyikapi kenaikan suku bunga The Fed.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai kenaikan suku bunga di Indonesia sebagai suatu hal yang wajar. Hal ini dilakukan untuk menghindari keluarnya aliran modal asing (capital outflow) dari pasar keuangan dan untuk menjaga momentum penguatan nilai tukar Rupiah.
“Kenaikan tingkat suku bunga acuan di Amerika Serikat akan mendorong bank sentral di banyak negara terutama emerging market (negara dengan pasar berkembang) seperti Indonesia dalam meningkatkan suku bunga acuannya karena untuk menghindari capital outflow dan pelemahan nilai tukar,” ujar Faisal kepada MNC Portal, Jumat (3/2/2023).
Namun, Faisal mengingatkan Bank Indonesia (BI) untuk berhati - hati dalam meningkatkan suku bunganya. “Jangan agresif, harus sangat berhati - hati,” jelas direktur eksekutif CORE Indonesia itu.
Faisal mengatakan meningkatnya suku bunga secara agresif memberikan pengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia, seperti adanya peningkatan harga di sektor riil dan penyaluran kredit yang melambat.
“Dampak dari kenaikan suku bunga adalah pembiayaan ke sektor riil akan lebih mahal dan penyaluran ke sektor kredit lebih lambat potensinya karena bunganya lebih tinggi,” tambahnya.
Faisal menilai sektor yang paling berdampak adalah sektor riil yang membutuhkan pendanaan perbankan.
“Sektor yang paling terdampak adalah sektor riil yang membutuhkan pendanaan perbankan, seperti properti, otomotif, dan bisnis UMKM,” tutupnya. (RRD)