Sebab menurut dia, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan sejak tahun 1998 hingga saat ini, di samping permintaan yang terus mengalami peningkatan.
"Sekarang, alhamdulillah karena dukungan dari Bapak Ibu semua, pimpinan Komisi 12, dan seluruh stockholder, kita sudah mencapai 605 sampai dengan 608 ribu barel per hari" kata dia.
Dia menceritakan, sebelum era reformasi, lifting minyak Indonesia sempat mencapai 1,5 juta barel per hari dengan konsumsi 500 ribu barel per hari. Alhasil Indonesia mengalami era kejayaan minyak dan gas (migas) lewat ekspor dan berkontribusi terhadap 40 persen penerimaan negara.
Sementara saat ini, posisi produksi dan konsumsi minyak berbanding terbalik. Kebutuhan minyak per hari diperkirakan tembus 1 juta barel, di samping produksi harian yang terus menyusut menjadi 580 ribu barel pada 2024.
Bahlil mengatakan dalam mewujudkan kemandirian energi, telah disusun beberapa strategi untuk meningkatkan produksi minyak di dalam negeri. Ia mengatakan, saat ini setidaknya terdapat sekitar 40 ribu sumur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, namun hanya sekitar 16.700 sumur yang yang memproduksi minyak. Bahkan sebagian besar dari sumur-sumur tersebut merupakan bekas peninggalan Belanda yang saat ini sudah tidak lagi produktif menghasilkan minyak.