BI Rate Tak Sesuai Ekspektasi, Penyebab IHSG Ambruk Hari Ini

IDXChannel - Usai digadang-gadang bakal melanjutkan tren penguatan pada perdagangan awal pekan, laju Indeks Harga Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (27/6/2022) justru berakhir dengan pelemahan sebesar 0,36 persen ke level 7.016. Indeks bahkan sempat meninggalkan level psikologis 7.000-an dengan mencatatkan level terendah di 6.973, meski juga sempat mencicipi level tertinggi di posisi 7.070.
Meski telah diputuskan dan dipublikasikan sejak Kamis (23/6/2022), langkah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) di level 3,5 persen dinilai menjadi salah satu penyebab hengkangnya investor asing, sehingga membuat IHSG tersungkur.
Mencatatkan total penjualan bersih (net sell) hingga Rp852,06 miliar di pasar reguler, investor asing diperkirakan cukup kecewa dengan langkah BI menahan bunga acuan meski tren inflasi terus merangkak naik.
"Ekspektasi mereka (investor asing) (Bank Indonesia) bisa mengikuti The Fed (yang menaikkan suku bunga), tapi ternyata kan tidak. Sehingga mereka melihat yield kita (Indonesia) jadi kurang menarik dibanding negara-negara lain yang menaikkan bunga acuannya. Makanya mereka pergi," ujar Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, kepada idxchannel.com, Senin (27/6/2022).
Selain itu, menurut Bhima, langkah investor asing mengentas dananya dari Indonesia juga dipengaruhi oleh tren kasus COVID-19 secara nasional yang secara gradual juga mengalami peningkatan signifikan.
"Investor asing mempertimbangkan bahwa meskipun perekonomian kita saat ini relatif kuat, tapi cukup challenging juga ketika angka COVID-19 meningkat," tutur Bhima.
Di lain pihak, harga komoditas di level internasional dalam beberapa waktu terakhir juga sedang mengalami koreksi yang cukup dalam. Hal ini disebut Bhima mendorong investor asing untuk mulai menata kembali penempatan dananya, baik di dalam maupun luar negeri.
"(Pelemahan harga komoditas) Itu terkonfirmasi bahwa top loser yang terjadi paling banyak di saham-saham komoditas. Artinya investor asing mau menata lagi nih, kantung-kantung (investasi) mana saja yang masih potensial dan mana saja yang dirasa enough dan saatnya get the cash for prepare the worst risk," tegas Bhima. (TSA)