IDXChannel – Harga komoditas batu bara mulai cooling down. Hal tersebut turut memengaruhi kinerja emiten di sektor ini yang merosot sepanjang awal 2023.
Laporan CGS CIMB menyebutkan, harga batu bara ICE Newcastle turun 26 persen menjadi USD266/ton dibandingkan dengan harga penutupannya pada Jumat (27/1) lalu.
Di samping itu, turunnya harga batu bara didorong oleh volume perdagangan yang rendah mengingat jumlah persediaan yang tinggi di negara-negara pengimpor utama, yakni Eropa dan China.
Kendati turun, harga batu bara masih di atas perkiraan CGS CIMB pada 2023, yakni sebesar USD211/ton.
“Kami perkirakaan pelemahan harga batu bara akan berlanjut berkat pertumbuhan global yang lebih lambat dan produksi domestik China yang lebih tinggi,” tulis CGS CIMB.
Sementara, menurut CGS CIMB, harga saham batu bara secara historis lebih berkorelasi dengan harga batu bara ICE Newcastle ketimbang acuan Indonesia Coal Index (ICI)
Sementara, CGS CIMB menyebutkan dua emiten yang harga sahamnya berkorelasi positif dengan harga batu bara Newcastle, yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
“Kami melihat pelemahan pada saham ITMG dan PTBA karena harga saham kedua emiten tersebut sangat berkorelasi dengan harga batu bara ICE Newcastle,” ujar CGS CIMB dalam laporannya.
Adapun, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, harga saham ITMG dan PTBA terkontraksi sepanjang awal tahun 2023.
Melansir data BEI pada Rabu (1/2), saham ITMG terkontraksi hingga 9,09 persen. Sedangkan saham PTBA juga anjlok hingga 8,40 persen.
Selain dua emiten ini, saham batu bara lainnya juga ikut merosot, seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), hingga PT Indika Energy Tbk (INDY). (Lihat tabel di bawah ini.)
BEI mencatat, saham BYAN dan INDY merosot masing-masing hingga 5,36 persen dan 12,82 persen. Sedangkan saham ADRO terkontraksi paling dalam, yakni ambruk mencapai 23,38 persen secara YTD.
Kendati demikian, saham HRUM menjadi satu-satunya yang menghijau sepanjang 2023. Menurut data BEI, saham HRUM masih bertumbuh sebesar 7,72 persen secara YTD.
Berbanding terbalik dengan saat ini, emiten-emiten batu bara di 2022 meraup cuan seiring terkereknya harga komoditas di tahun tersebut.
Sepanjang 2022, sejumlah emiten batu bara mengalami kenaikan harga saham di atas 100 persen.
Emiten tersebut di antaranya adalah ITMG dan BYAN yang masing-masing sahamnya terkerek hingga 100,25 persen dan 691,03 persen.
Sementara saham emiten batu bara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga mencatatkan harga saham yang terkerek hingga 148,48 persen sepanjang 2022.
Selain itu, saham PT Adaro Energy Minerals Tbk (ADMR) juga melejit hingga 1.595 persen sepanjang 2022 berkat berkah ‘boom’ harga komoditas.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.