Bank BCA (BBCA) Raup Laba Bersih Rp20 Triliun pada Januari-April 2025
PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) meraup laba bersih sebesar Rp20,2 triliun sepanjang Januari-April 2025.
IDXChannel - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) meraup laba bersih sebesar Rp20,2 triliun sepanjang Januari-April 2025. Capaian tersebut tumbuh sekitar 17 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Dalam laporan bulanan yang dikutip Senin (19/5/2025), BBCA meraih pendapatan bunga Rp30,3 triliun dalam empat bulan pertama 2025. Selain itu, BBCA melaporkan pendapatan dividen dari anak usaha sebesar Rp2,2 triliun.
Lead Investment Analyst Stockbit, Edi Chandren mengatakan, kinerja BBCA pada awal tahun ini juga ditopang oleh dividen anak usaha. Jika mengecualikan faktor itu, maka laba bersih BBCA tumbuh 9,6 persen.
"Pertumbuhan laba bersih tersebut sedikit di atas estimasi FY25 dari konsensus di level 6,3 persen," katanya dalam riset.
Edi memandang kinerja BBCA cukup mixed. Laba bersih bank swasta tersebut tumbuh ditopang tiga faktor yakni penerimaan dividen anak usaha, kenaikan Net Interest Income (NII) seiring CASA Ratio yang tercatat tinggi, dan beban provisi yang melandai.
"Kendati demikian, Cost of Credit (CoC) yang lebih tinggi dibandingkan guidance menjadi perhatian kami," katanya.
Hingga April 2025, CASA Ratio BBCA menembus 82,9 persen sementara NIM naik tipis menjadi 5,6 persen. Hal ini mendorong pendapatan bunga bersih BBCA ke level Rp26,3 triliun.
Dari sisi intermediasi, BBCA mencatat pertumbuhan kredit sebesar 12,8 persen. Loan to Deposit Ratio (LDR) juga kembali naik ke level 80 persen setelah sempat turun pada Maret lalu.
"Kami tidak terlalu khawatir dengan kenaikan LDR ini karena lebih disebabkan oleh penurunan Time Deposits. Selain itu, LDR BBCA juga masih tergolong ample dibandingkan Big 4 Banks lainnya," ujarnya.
Edi mencatat CoC BCA hingga April 2025 berada di level 0,59 persen, sehingga membuat CoC selama empat bulan pertama naik menjadi 0,42 persen, di atas guidance manajemen 0,3 persen selama setahun penuh. Namun, beban provisi turun sebesar 8,7 persen dalam empat bulan akibat high-base effect.
(Rahmat Fiansyah)