BANKING

Begini Cara BTN (BBTN) Capai Target Rasio NPL 3,04 Persen di Akhir 2025

Kunthi Fahmar Sandy 03/08/2025 14:08 WIB

BTN meluncurkan Business Process Improvement (BPI) Monoline Collection sebagai Operating Model baru collection.

Begini Cara BTN (BBTN) Capai Target Rasio NPL 3,04 Persen di Akhir 2025 (FOTO:Dok BBTN)

IDXChannel - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menargetkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross di level 3,04 persen pada akhir tahun ini.

Adapun NPL gross dan NPL nett saat ini masing-masing 3,29 persen dan 1,95 persen. Hingga Mei 2025, perseroan mencatatkan laba bersih Rp1,19 triliun atau tumbuh 3,31 persen (year-on-year).

Sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BBTN tercatat 10,26 persen (y-o-y) menjadi Rp397,8 triliun, dengan pertumbuhan giro sebesar 8,37 persen (y-o-y) dan tabungan sebesar 7,62 persen (y-o-y). 

"Masih ada sisa lima bulan. Maka dari itu, kami meluncurkan Business Process Improvement (BPI) Monoline Collection sebagai Operating Model baru collection dengan merubah pembinaan debitur yang sebelumnya berdasarkan kelolaan masing-masing Kantor Cabang menjadi berdasarkan klaster wilayah," ujarnya Minggu (3/8/2025).

Transformasi ini diharapkan dapat membawa BPI ke arah yang lebih produktif, efisien dan efektif dalam mendukung percepatan penagihan dan eksekusi kredit bermasalah.

Dia melanjutkan, jadi setelah inisiatif ini roll out secara massal, harapannya dapat mendorong pencapaian target.

Nixon memaparkan, sisi collection BTN menghadapi sejumlah tantangan yang muncul dari kondisi makroekonomi global dan domestik, seperti contohnya dinamika perekonomian pasca Covid-19, ketegangan geopolitik serta ketidakpastian yang telah berdampak pada banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK), kenaikan biaya hidup dan inflasi, serta perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat.

Berbagai tantangan tersebut harus diantisipasi sehingga tidak berdampak terhadap bisnis bank terutama kenaikan rasio kredit bermasalah. Untuk itu, BTN melihat kebutuhan untuk melakukan transformasi proses bisnis secara menyeluruh, termasuk di sisi collection.

Melalui langkah improvement tersebut, BTN berharap dapat meningkatan efisiensi dan produktivitas pada aspek collection

Pada tahap awal uji coba atau piloting inisiatif ini, BTN menerapkan piloting BPI Monolin Collection di Kantor Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Kanwil Jabalnusra). Langkah tersebut merupakan bagian dari salah satu misi perseroan saat ini, yaitu menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik dan inovasi bisnis berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. 

“Saat ini biaya collection and recovery masih tinggi karena biaya transportasi dan lain-lain yang semakin mahal, serta tumpang-tindih di kantor cabang untuk proses penagihan. Dengan penyempurnaan sistem collection dan strategi recovery, kita berharap dapat memperkuat risk underwriting dan menjaga cost of credit di bawah 1,2 persen,” ujarnya.

Nixon menambahkan, penyempurnaan sistem collection juga merupakan bagian dari inisiatif strategis BTN sebagai bank modern, yakni penguatan holistic banking propositions (penawaran layanan perbankan yang menyeluruh) dan capabilities to deliver at scale (kapabilitas untuk melayani dengan skala yang lebih besar). 

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo menambahkan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi perseroan untuk melakukan improvement collection karena situasi makroekonomi dan kinerja bisnis yang relatif terjaga dengan baik. 

“Saat ini adalah waktu yang baik untuk memperbaiki “rumah” atau infrastruktur kita, setiap bocor kita perbaiki saat hujan dan badai sudah mulai reda. Tahun ini pressure suku bunga sudah turun dan cost of fund (biaya dana) melandai. Tujuan akhir kita adalah mengurangi biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) karena setiap tahun kita keluar biaya cukup besar untuk itu. Kalau itu bisa diperbaiki, kita bisa gunakan biayanya untuk meng-generate revenue dan meningkatkan profitabilitas,” kata Setiyo.

Dia menambahkan, dengan adanya sekitar 2.000 staf dan tenaga collection di seluruh Indonesia, BTN berkomitmen untuk melakukan improvement pada proses bisnis collection dengan benchmarking bank-bank top internasional. Salah satu yang menonjol dari best practice di tingkat global adalah penerapan teknologi otomasi (automation) untuk berbagai bidang, termasuk collection, contohnya penggunaan chat bot atau mesin percakapan otomatis untuk proses penagihan kepada debitur.

“Hampir semua bank yang sudah maju, collection-nya banyak diotomasi dan menggunakan analytics. Kita juga akan mengubah dari sistem terdistribusi menjadi regionalisasi atau cluster-based. Kita sering mendengar namanya decision engine yang menggantikan proses manual, nantinya collection di BTN juga akan demikian, sehingga semakin personalized dan efisien,” kata Setiyo.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE