BANKING

Bergegas Perlahan, Resep Sukses Dadan Raup Puluhan Juta Rupiah per Hari dari Gohyong

taufan sukma 10/04/2024 10:52 WIB

tak heran bila kemudian keberadaan Dadan dalam pandangan BRI merupakan salah satu nasabah potensial sebagai penerima fasilitas pinjaman permodalan KUR BRI.

Bergegas Perlahan, Resep Sukses Dadan Raup Puluhan Juta Rupiah per Hari dari Gohyong (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kaisar Augustus dari Romawi kerap membakar semangat para prajurit andalannya dengan sepasang diksi paradoks, "Festina lente (Bergegaslah perlahan)!".

Melalui frase saling berlawanan itu, sosok raja yang memimpin pada abad ke-1 sebelum Masehi, pasca terbunuhnya Julies Caesar, tersebut mengajarkan bahwa ketika seseorang dalam masalah, terkadang cara tercepat untuk mengatasinya adalah justru rehat sejenak untuk memahami kondisi yang terjadi, sehingga bisa menyiapkan langkah dan solusi yang paling tepat untuk dijalankan.

Berjarak ribuan tahun dan puluhan ribu kilometer dari Augustus, Dadan, pria asal Sukabumi yang meretas asa di Jakarta dengan berjualan ayam gohyong, rupanya juga memiliki prinsip hidup yang sama dan sebangun dengan Sang Kaisar: bergegaslah secara perlahan.

"Ya kan memang hidup harus diperjuangkan. Nggak bisa asal mengalir aja gitu. Harus dikejar. Harus berlari. Namun juga jangan grasak-grusuk. Karena bahkan pembalap pun yang kerjanya ngebut, tetap perlu mengerem saat di tikungan," ujar Dadan, saat ditemui di Kedai Ayam Gohyong Menteng miliknya, di Jalan Pangeran Antasari, pekan lalu.

Puluhan Juta

Mengawali usaha di kawasan Jakarta Selatan tersebut sejak 2014, kedai Dadan saat ini merupakan salah satu jujugan favorit bagi para pecinta gohyong dan aneka olahan makanan ala Chinese Food lainnya.

Karenanya, tak perlu heran bila dalam sehari saja, pria bernama lengkap Dadan Muhamad Satiri ini mampu mengantongi omzet penjualan sampai belasan hingga puluhan juta rupiah.

Pendapatan tersebut diraup dengan jam operasional kedai mulai pukul 16.00 WIB hingga maksimal pukul 2 dini hari, atau sekitar 10 jam durasi penjualan.

"Kalau lagi sepi, seperti saat weekdays (senin sampai jumat) gitu, (omzetnya) ya sekitar Rp12 juta sampai Rp13 juta per hari. Tapi kalau lagi rame, misal pas weekend (sabtu-minggu) atau libur hari besar gitu, bisa sampai Rp24 juta hingga Rp25 juta semalam," ujar Dadan, bangga.

Walaupun begitu, dengan catatan omzet yang cukup menggiurkan tersebut, Dadan mengaku belum cukup berani untuk melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru sebagai bagian dari upaya memperbesar bisnisnya ke depan.

Meski, diakui Dadan, ada sebagian pemikiran dan keinginannya untuk membuka kedai di lokasi lain, sehingga diharapkan dapat memaksimalkan pendapatan usaha hingga berkali lipat.

Dalam pemikirannya tersebut, Dadan sempat terbersit angan untuk membuka cabang bisnisnya di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Dua wilayah tersebut sengaja dibidik lantaran masyarakat di sana menurut Dadan memiliki daya beli yang cukup bagus.

Selain itu, dalam pantauan Dadan, belum banyak penjual ayam gohyong di dua daerah tersebut. Sehingga, dengan demikian, secara persaingan dikatakan Dadan masih memiliki prospek yang cukup menjanjikan.

"Tapi ya itu tadi, kita gak boleh grasak-grusuk dalam hidup, dalam berbisnis. Memang harus ngebut, tapi jangan lupa mengerem. Nah soal (buka cabang baru) itu, saat ini saya masih ngerem dulu, dipertimbangkan dulu secara matang plus-minus dan keuntungan-kerugiannya," tutur Dadan.

KUR-QRIS BRI

Padahal, untuk mendukung rencana ekspansi tersebut, Dadan mengaku telah mendapatkan tawaran pinjaman permodalan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI, yang merupakan program pemerintah dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Tawaran pinjaman tersebut sengaja diberikan oleh pihak Bank BRI lantaran sudah dalam dua tahun terakhir ini Dadan merupakan nasabah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memanfaatkan fasilitas pembayaran non-tunai melalui platform Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) 

Tak sekadar menggunakan, Dadan diakui pihak BRI merupakan salah satu UMKM di kawasan Antasari, Jakarta Selatan, dengan nilai transaksi QRIS terbesar, hingga mencapai Rp5 juta per hari.

"Kalau dari (pembayaran via) QRIS, minimal Rp5 juta (per hari) mah udah pasti dapat. Apalagi kalau lagi rame, pas weekend gitu, bisa lebih besar lagi. Bisa sampai dua kali lipat lebih," ungkap Dadan.

Karenanya, tak heran bila kemudian keberadaan Dadan dalam pandangan BRI merupakan salah satu nasabah potensial sebagai penerima fasilitas pinjaman permodalan KUR BRI.

Namun, Dadan tetap bergeming.

"Bukan saya tolak, cuma minta tempo (waktu) saja dulu untuk berpikir. Misal kalau pun jadi (mengajukan pinjaman KUR), butuh(investasi)nya tuh berapa. Daya cicil kita sendiri nih berapa. Lalu juga pertimbangan-pertimbangan lain. Jadi saya minta waktu," tandas Dadan.

Pengalaman

Salah satu dasar pemikiran untuk bertindak sangat hati-hati tersebut, dikatakan Dadan, tak lepas dari pengalamannya dalam merintis bisnis ayam gohyong selama ini.

Sebelum sukses seperti saat ini, Ayam Gohyong Menteng milik Dadan juga pernah mengalami berbagai tantangan, hambatan, yang tak mudah untuk dijalani selama ini.

Sebelum membuka kedainya di kawasan Antasari, Dadan berkisah bahwa dirinya bersama Sang Ayah dan keluarga lainnya telah cukup berjualan ayam gohyong di daerah Menteng, tepatnya di Jalan Theresia, Jakarta Pusat.

Di sana, pemimpin sekaligus pemilik bisnis adalah Sang Ayah sendiri. Namun sayangnya, setelah cukup lama berjualan di sana, lapak tempat Dadan dan Sang Ayah berjualan digusur oleh petugas ketertiban lingkungan.

Setelah digusur, menurut Dadan, dia dan keluarganya sempat pulang ke Sukabumi, dan berharap bisa membuka bisnis di sana. Hal ini sengaja dilakukan karena usia Sang Ayah juga sudah lanjut, sehingga berharap bisa mulai menata hidup dengan tenang di Tanah Kelahiran.

"Cuma yang namanya pernah tinggal dan hidup di kota (Jakarta), pas di desa tuh ya saya ngerasa kurang (pemasukan) aja gitu. Makanya, akhirnya Abah tetap di kampung, saya balik ke Jakarta dan buka (gohyong) lagi di sini (Antasari) pake nama Ayam Gohyong Menteng," tutur Dadan.

Kenyang Digusur

Tak hanya di Menteng saja, ancaman penggusuran juga masih senantiasa mengintai saat Dadan mulai meretas asa berbisnisnya di daerah Pangeran Antasari.

Selain penggusuran, beragam tantangan lain yang juga harus dihadapi Dadan, di antaranya, soal belum adanya pelanggan yang mengenal masakan Dadan, hingga harga jual yang juga harus disesuaikan dengan masyarakat di sekitar tempat baru, agar tidak terlalu mahal, namun juga masih menyisakan keuntungan yang cukup bagi Dadan.

"Pokoknya lengkap mah, kalau soal (pengalaman) digusur. Sampai 'kenyang'. Dari mulai buka 2014 sampai lima tahun jualan, sudah nggak keitung lagi berapa kali pindah-pindah tempat. Cuma emang nggak jauh sih. Paling ke seberang jalan, lalu geser berapa ratus meter gitu. Tergantung yang punya lahan aja, kita dibolehinnya (jualan) di mana. Tapi tetap di daerah (Antasari) sini juga," ungkap Dadan.

Tak cukup hanya itu, jelang masuk ke 2020, tantangan lebih berat lagi datang, yaitu dengan terjadinya pandemi COVID-19, di mana saat itu Dadan terpaksa harus menutup penuh usahanya, seiring dengan diterapkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Akibat dari kondisi tersebut, Dadan mengaku sepenuhnya berhenti berjualan sampai berbulan-bulan. Baru, ketika pandemi sudah melandai, perlahan kebijakan pembatasan juga mulai longgar, sehingga Dadan bisa kembali berjualan.

Saat itu, Dadan diberi izin untuk bisa kembali berjualan di depan Masjid Al-Ikhlas, Jl Pangeran Antasari. Atas kemurahan hati takmir masjid pula, Dadan pun bisa berjualan di sana cukup lama, tanpa khawatir digusur lagi.

"(Berjualan) Di sana lumayan (lama), mungkin sampai tiga tahunan. Termasuk pelanggan mulai banyak itu juga pas kita jualan di sana, karena jamaah kan banyak, lalu musafir yang numpang sholat juga banyak, jadi akhirnya banyak yang tahu jualan kita," tukas Dadan.

Sewa Kedai

Namun demikian, meski sudah mulai banyak pelanggan, Dadan merasa masih kurang nyaman untuk berjualan di depan Masjid Al-Ikhlas. Pasalnya, karena lokasinya masih di pinggir jalan, sehingga Dadan kerap bermasalah dengan urusan parkir.

Terlebih, ketika Sabtu-Minggu di mana pembeli lumayan meramai, lahan parkir yang tersedia cukup terbatas. Terutama untuk pelanggan yang membawa mobil. Sedangkan bila harus menumpang parkir di pelataran masjid, tentu banyak orang jadi segan.

"Sehingga, dengan pertimbangan bahwa penjualan juga sudah mulai ramai, maka akhirnya saya beranikan untuk sewa tempat di seberang (masjid). Ya, di sini ini, tempat jualan sekarang ini," papar Dadan.

Lokasi yang disewa Dadan merupakan sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, sehingga selain memudahkan untuk parkir, Dadan juga tidak perlu memikirkan kontrakan lagi untuk tempat tinggal, karena bisa sekaligus tinggal di rumah yang disewanya tersebut.

Dengan lahan parkir yang tersedia luas, dan dengan lokasi yang juga cukup nyaman karena tidak lagi mepet jalan raya, maka sejak saat itulah diakui Dadan bahwa bisnis gohyongnya mulai mengalami titik balik yang menggembirakan, hingga akhirnya sukses seperti saat ini.

Dengan panjangnya kisah pengalaman meniti usaha tersebut itulah, Dadan mengaku tidak mau gegabah dan lebih memilih untuk cenderung berpikir konservatif, agar tidak terjebak pada euforia sesaat atau sekadar keinginan untuk menambah cabang baru.

"Makanya, kalau untuk buka kedai baru, jangan dilihat pas suksesnya seperti sekarang, tapi lihat juga pas perjuangannya di tahun-tahun awal. Waktu masih belum laku, belum ada pelanggan. Kalau (kedai baru) harus rugi dulu di awal-awal, kita siap nggak? Lalu kan keuntungan dari kedai yang lama pasti juga tergerus untuk nutupin (kerugian) di kedai yang baru, siap nggak? Nah ini yang masih saya pertimbangkan betul-betul," tegas Dadan.

Pagu 2024

Secara umum, profil pelaku UMKM seperti Dadan inilah yang memang menjadi sasaran utama bagi program KUR, di mana sebagian beban bunganya mendapat subsidi dari pemerintah.

Untuk periode 2024 sendiri, pemerintah telah menetapkan pagu target pelaksanaan Program KUR yang bakal coba direalisasikan hingga akhir tahun.

Melalui program tersebut, pemerintah berharap keberadaan KUR dapat membawa dampak dan manfaat yang sangat besar dalam mendorong perkembangan UMKM di Indonesia secara keseluruhan.

Khusus untuk 2024 ini, pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian telah memasang target penyaluran hingga mencapai Rp300 triliun sampai akhir tahun.

Dari total target tersebut, BRI sebagai salah satu bank penyalur telah diberikan jatah pagu hingga Rp165 triliun. Dengan pagu tersebut, BRI tercatat sebagai bank penyalur KUR terbesar secara nasional.

"Kami berkomitmen penuh untuk dapat memenuhi target tersebut sebagai bentuk konkret dukungan perusahaan atas pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia," ujar Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, dalam kesempatan terpisah.

Menurut Supari, pihaknya optimistis bahwa target tersebut cukup realistis untuk dipenuhi, mengingat telah tersedianya infrastruktur perusahan secara memadai.

Terlebih, BRI disebut Supari juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM. 

"Dari sisi infrastruktur, saat ini kami telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Lalu, kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka," tutur Supari.

Di sepanjang 2023 lalu, BRI tercatat berhasil merealisasikan penyaluran Program KUR hingga Rp163,3 triliun. Nominal penyaluran sebesar itu disalurkan kepada sedikitnya 3,5 juta debitur.

"Penyaluran (KUR) mayoritas dari sektor produksi, dengan kontribusi mencapai 57,38 persen terhadap total nilai yang terealisasi," tegas Supari. (TSA)

SHARE