BANKING

BI Diprediksi Rem Suku Bunga hingga Akhir 2023 Meski The Fed Masih Hawkish

Atikah Umiyani/MPI 27/07/2023 17:05 WIB

Bank Indonesia (BI) diproyeksi masih punya ruang untuk mempertahankan suku bunga acuannya hingga akhir tahun ini.

BI Diprediksi Rem Suku Bunga hingga Akhir 2023 Meski The Fed Masih Hawkish (Foto MNC Media)

IDXChannel - Kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps ke level 5,50% dari sebelumnya 5,25% dinilai telah diperkirakan oleh para pelaku pasar.

Sehingga, kinerja dolar AS terhadap mata uang utama, yaitu dollar index cenderung bergerak flat, dan bahkan mengalami pelemahan setelah pengumuman tersebut.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengungkapkan, salah satu pendorongnya adalah pernyataan dari Chairman Fed, Jerome Powell yang menyatakan, kenaikan suku bunga Fed dalam jangka pendek akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian AS terkini.

"Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa bila tren penurunan inflasi AS berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, maka Fed berpotensi untuk menahan suku bunganya di level 5,50% hingga akhir 2023," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (27/7/2023).

Menurut Josua, dampak dari kebijakan kenaikan suku bunga The Fed itu di antaranya adalah ruang yang lebih luas bagi BI untuk mempertahankan suku bunganya.

Pada RDG BI Juli ini, BI masih mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di tengah proyeksi bank sentral bahwa Fed masih akan mengerek suku bunganya hingga 5,75% sampai akhir tahun ini.

BI akan mendorong stabilitas nilai tukar melalui kebijakan triple intervention dan operasi twist. Pernyataan BI tersebut berimplikasi pada probabilitas BI untuk menaikkan suku bunganya relatif kecil di tengah interest rate differential yang semakin menipis.

Bila dicermati pada 2023, BI hanya mengatrol suku bunga sebesar 25 bps di Januari, sementara Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 75 bps. Itu berarti, selisih suku bunga sudah menyempit setidaknya 50 bps.

Josua menambahkan, di tengah penurunan interest rate differential tersebut, Rupiah menjadi mata uang yang mengalami apresiasi paling besar di antara mata uang Asia lainnya. Hal tersebut mengindikasikan, dampak dari interest rate differential cenderung terbatas di 2023.

Dia menilai, salah satu yang menjadi penopang nilai tukar Rupiah di antaranya kondisi fundamental perekonomian yang cenderung solid terindikasi dari tren penurunan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan.

Serta kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti revisi kebijakan DHE oleh Pemerintah, operasi moneter TD DHE Valas yang sebelumnya sudah diluncurkan oleh BI serta langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan BI, seperti triple intervention dan operation twist.

"Mencermati kondisi pasar dan stabilitas nilai tukar Rupiah tersebut, kami perkirakan BI masih akan cenderung mempertahankan suku bunga kebijakannya hingga akhir tahun," pungkas Josua.

(FAY)

SHARE