BANKING

BI Rate Masih Perlu Ditahan di 6 Persen, Ini Sederet Pertimbangannya

Anggie Ariesta 15/01/2025 10:55 WIB

Bank Indonesia (BI) dinilai masih perlu mempertahankan BI Rate di level 6 persen untuk periode Januari 2025.

BI Rate Masih Perlu Ditahan di 6 Persen, Ini Sederet Pertimbangannya. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) dinilai masih perlu mempertahankan BI Rate di level 6 persen untuk periode Januari 2025. Hal tersebut berdasarkan beberapa bahan pertimbangan.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, pertimbangan pertama, inflasi umum tercatat sebesar 1,57 persen (yoy) pada akhir 2024, menandai level terendah sejak 1958. Hal ini didorong oleh normalisasi harga pangan dan penyesuaian harga yang diatur pemerintah.

"Meskipun mengalami sedikit peningkatan dari 1,55 persen (yoy) pada November 2024 menjadi 1,57 persen (yoy) pada Desember 2024, angka inflasi akhir tahun ini menandai Tingkat inflasi tahunan terendah dalam sejarah Indonesia sejak perhitungan inflasi dimulai pada tahun 1958," kata Riefky dalam keterangannya, Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Menurutnya, BI pun meyakini inflasi akan tetap berada dalam kisaran target 1,5 persen hingga 3,5 persen untuk tahun 2025-2026. Ke depan, dinamika inflasi kemungkinan akan dipengaruhi oleh tekanan ke atas maupun ke bawah.

Riefky menerangkan, pengaruh rendahnya inflasi juga berasal dari pembatalan tarif PPN 12 persen, yang diumumkan hanya sehari sebelum implementasinya, mengganggu operasional bisnis dan memaksa penyesuaian harga yang sebelumnya telah diperbarui.

"Kendati kebijakan ini dibatalkan, kebijakan pajak lain yang bertujuan mengurangi beban fiskal mungkin tetap muncul, seperti penurunan ambang batas pendapatan untuk pajak penghasilan final UMKM yang memengaruhi penetapan harga produk," ujarnya.

Di sisi lain, pelemahan Rupiah menghadirkan risiko inflasi impor, mencerminkan kekhawatiran atas potensi kebijakan perdagangan di bawah Presiden AS yang baru terpilih, Donald Trump, termasuk pemberlakuan tarif impor. Namun, penurunan daya beli rumah tangga, dapat menekan inflasi lebih rendah karena melemahnya permintaan menekan tekanan harga.

Pertimbangan lainnya, kata dia, adalah antara pertengahan Desember dan pertengahan Januari, Indonesia mengalami arus modal keluar sebesar USD0,75 miliar. Hal ini berkontribusi pada depresiasi rupiah, yang mencapai Rp16.195 per dolar AS pada 9 Januari 2025.

"Selama periode ini, Rupiah melanjutkan depresiasi, mencapai Rp16.195 per USD pada 9 Januari 2025, turun 2,11 persen dari level bulan sebelumnya sebesar Rp15.860 per USD," kata Riefky.

Meskipun angka inflasi Indonesia berada di kisaran target Bank Indonesia bagian bawah, Rupiah menghadapi tekanan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir karena faktor-faktor eksternal. Salah satunya adalah ekspektasi akan kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari the Fed, yang didorong oleh tekanan inflasi yang terus berlanjut di AS dan arah kebijakan pemerintahan Donald Trump yang akan datang.

Riefky menuturkan, dinamika eksternal ini membuat Bank Indonesia tidak memiliki banyak fleksibilitas untuk memangkas suku bunga acuan dalam jangka pendek karena hal ini dapat memperburuk arus modal keluar dan semakin melemahkan Rupiah.

"Terlepas dari rekor inflasi yang rendah ini, kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI tidak berubah di level 6,00 persen pada pertemuan Dewan Gubernur pertama di tahun 2025 untuk mencegah Rupiah melemah lebih lanjut," katanya.

(Dhera Arizona)

SHARE