BI Ungkap Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah hingga 22 November 2024
Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah pada 18-22 November 2024.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah pada 18-22 November 2024.
Mata uang Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.920 per dolar AS pada Kamis, 21 November 2024. Kemudian, dibuka pada level (bid) Rp15.920 per dolar AS pada Jumat, 22 November 2024.
Berdasarkan catatan BI per 22 Novemeber 2024, berikut perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah dan aliran modal asing per pekan ketiga November 2024.
Pada akhir hari Kamis, 21 November 2024
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.920 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,90 persen.
- DXY[1] menguat ke level 106,97.
- Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 4,422 persen.
Pada pagi hari Jumat, 22 November 2024
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.920 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun turun ke 6,88 persen.
Aliran Modal Asing (Pekan III November 2024)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun per 21 November 2024 sebesar 72,65 bps, stabil dibanding dengan 15 November 2024 sebesar 72,61 bps.
- Berdasarkan data transaksi 18-21 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,50 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp3,30 triliun di pasar saham, Rp3,59 triliun di pasar SBN, dan Rp0,61 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
- Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 21 November 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp27,15 triliun di pasar saham, Rp33,17 triliun di pasar SBN dan Rp187,68 triliun di SRBI.
- Pada semester-II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp26,81 triliun di pasar saham, Rp67,13 triliun di pasar SBN dan Rp57,33 triliun di SRBI.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, BI terus melakukan penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk menarik berlanjutnya aliran masuk modal asing. Hal ini dilakukan guna memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Menurutnya, hal tersebut berhasil membuat pelemahan Rupiah jauh lebih kecil dibandingkan negara lain. Setidaknya ada empat instrumen kebijakan moneter yang dilakukan.
"Satu, BI rate kita pertahankan tetap dulu. Kedua, terus berada di pasar artinya intervensi di pasar valas baik tunai maupun DNDF. Ketiga, mengoptimalkan SRBI supaya terjadi inflow, kalau inflow ya itu juga bisa memperkuat atau menstabilkan nilai tukar Rupiah tadi dalam statement tadi kepemilikan non residen dari SRBI," kata Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil RDG BI November 2024 di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
(Dhera Arizona)