BNI (BBNI) Raup Laba Rp15,12 Triliun di Kuartal III-2025
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp15,12 triliun hingga akhir September 2025.
IDXChannel - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp15,12 triliun hingga akhir September 2025. Angka ini turun 7,32 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16,43 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bunga BNI meningkat 4,77 persen yoy menjadi Rp51,16 triliun dari sebelumnya Rp48,83 triliun.
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, strategi penguatan kualitas portofolio dan efisiensi pendanaan yang disiplin membuat BNI tetap tangguh di tengah volatilitas pasar, sekaligus menjaga keseimbangan pertumbuhan di seluruh segmen bisnis.
“Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/10/2025).
BNI mencatat rasio permodalan yang solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 21,1 persen, termasuk Tier-1 Capital yang tetap kuat.
Dari sisi likuiditas, Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level 86,9 persen, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4 persen, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1 persen.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan, hingga akhir September 2025, total penyaluran kredit tumbuh 10,5 persen yoy menjadi Rp812,2 triliun. Pertumbuhan ini terjadi merata di seluruh segmen bisnis, mencerminkan portofolio kredit yang semakin sehat dan berimbang.
“Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif,” ujar Paolo.
Kredit korporasi naik 12,4 persen yoy menjadi Rp450,7 triliun, didorong peningkatan pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi.
Kredit segmen menengah tumbuh 14,3 persen yoy, sementara kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9 persen yoy menjadi Rp46,3 triliun. Hal ini menegaskan komitmen BNI memperkuat sektor riil dan mendukung kemandirian ekonomi nasional.
Kredit segmen konsumer juga tumbuh 9,6 persen yoy menjadi Rp150,2 triliun, terutama dari pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit.
Sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, terlihat dari pertumbuhan kredit usaha di level grup yang naik 15,3 persen yoy menjadi Rp17,4 triliun.
Untuk menjaga kualitas aset dan profil risiko, BNI memperkuat ketahanan keuangan dengan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang solid. Hingga akhir kuartal III-2025, CKPN tercatat sebesar Rp34,7 triliun, dengan NPL coverage ratio mencapai 222,7 persen.
Kualitas aset tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL gross) di level 2,0 persen dan Loan at Risk (LAR) membaik ke 10,4 persen.
“Kami terus memperkuat kualitas portofolio kredit dan menerapkan risk-based provisioning untuk memastikan ketahanan jangka panjang,” kata Paolo.
Sementara itu, Direktur Treasury & International Banking BNI Abu Santosa Sudradjat menuturkan, strategi digital transaction banking yang agresif turut menopang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat 21,4 persen yoy menjadi Rp934,3 triliun. Dari jumlah itu, dana murah (CASA) naik 13,3 persen yoy menjadi Rp613,4 triliun.
“Porsi dana murah ini memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana (cost of fund), menjaga profitabilitas tetap sehat,” ujar Abu.
Selain peningkatan CASA, strategi digital juga menghasilkan pertumbuhan fee-based income sebesar 11 persen yoy, yang kini menyumbang 30 persen terhadap total pendapatan berbasis komisi BNI hingga akhir kuartal III-2025.
Pertumbuhan ini didorong oleh akselerasi kanal digital, terutama aplikasi wondr by BNI, yang mencatat lonjakan pengguna dari 2,8 juta pada September 2024 menjadi 10,5 juta pengguna per September 2025.
Nilai transaksi melalui wondr mencapai Rp783 triliun, dengan total 866 juta transaksi selama periode tersebut.
Selain itu, kanal BNIdirect untuk segmen korporasi mencatat nilai transaksi Rp8.080 triliun atau tumbuh 26,7 persen yoy, dengan volume transaksi naik 14,8 persen menjadi 1,061 juta.
“Strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan CASA yang lebih sustain dan fee income yang konsisten. Kami melihat ini sebagai awal dari fase pemulihan biaya dana yang lebih sehat dan berkelanjutan,” katanya.
(Dhera Arizona)