BANKING

BoJ Siap Naikkan Suku Bunga Jika Ekonomi Jepang Pulih dari Dampak Tarif AS

Ibnu Hariyanto 19/05/2025 11:57 WIB

Wakil Gubernur Bank of Japan (BOJ), Shinichi Uchida menyebut bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan jika ekonomi Jepang terus membaik.

Wakil Gubernur Bank of Japan (BOJ), Shinichi Uchida menyebut bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan jika ekonomi Jepang terus membaik. (foto: iNews Media(

IDXChannel- Wakil Gubernur Bank of Japan (BOJ), Shinichi Uchida menyebut bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan jika ekonomi Jepang terus membaik. Ekonomi Jepang sempat terpukul imbas dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Menurut Uchida, inflasi inti Jepang kemungkinan akan tetap berada target BOJ sebesar 2 persen jika ekonomi membaik. Dia mengatakan kenaikan harga-harga akhir-akhir ini terjadi karena naiknya biaya impor dan harga bahan makanan, termasuk beras.

“Kami menyadari bahwa kenaikan harga ini berdampak buruk pada kehidupan masyarakat dan tingkat konsumsi. Jika perkiraan kami terjadi, kami akan melanjutkan kenaikan suku bunga,” ujar Uchida.

Uchida menyebut BoJ terus memantau perkembangan ekonomi. Sebab, dia mengatakan prospek ekonomi masih sangat tidak pasti.

"Ketidakpastian sangat tinggi terkait kebijakan perdagangan masing-masing negara dan dampaknya. Karena itu, kami akan mengevaluasi situasi tanpa prasangka, apakah ekonomi dan harga bergerak sesuai dengan yang kami perkirakan atau tidak,” ucapnya.

Berdasarkan data terbaru, ekonomi Jepang menyusut untuk pertama kalinya dalam setahun. Penyusutan itu terjadi lebih besar dari perkiraan.

Hal ini memperlihatkan pemulihan ekonomi Jepang masih sangat rapuh. Terlebih Jepang kini terancam oleh kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump.

BoJ sebelumnya menaikkan suku bunga menjadi 0,5 persen pada bulan Januari. BOJ juga menyatakan siap untuk terus menaikkan suku bunga jika pemulihan ekonomi tetap berjalan dan Jepang bisa secara konsisten mencapai target inflasi 2 persen.

Namun, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global akibat kebijakan Trump membuat BOJ memangkas tajam proyeksi pertumbuhannya dalam rapat kebijakan pada 30 April-1 Mei lalu. Hal ini juga menimbulkan keraguan apakah kenaikan upah yang berkelanjutan cukup kuat untuk mendukung konsumsi dan pertumbuhan ekonomi secara umum.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE