Bos BRI Optimis Kredit Tumbuh Positif di Tengah Gempuran Resesi Global
Dalam menumbuhkan proses kinerja yang tetap positif, BRI menetapkan tiga syarat utama
IDXChannel – Berada di tengah gempuran resesi global yang tengah berlangsung, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso, berkomitemen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Sunarso mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dicapai melalui fokus kepada driver pertumbuhan domestik dengan cara mendorong UMKM. BRI optimistis apabila kredit tetap tumbuh secara selektif, maka akan memberikan dampak positif terhadap ketahanan ekonomi nasional.
“Dalam konteks ini saya tetap mengatakan tetap tumbuh, artinya apa? Upaya kita menekan inflasi itu penting, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita bisa menekan inflasi dan tetap menumbuhkan perekonomian kita sehingga tidak terjadi stagflasi dan tidak terjadi tambahan unemployment,” ucap Dirut BRI Sunarso Senin (17/10/22).
Dalam menumbuhkan proses kinerja yang tetap positif, BRI menetapkan tiga syarat utama. Pertama sumber pertumbuhannya jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang. Sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro.
Kedua adanya kecukupan modal. Sunarso menyebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI mencapai 25 persen.
Ketiga adalah likuiditas. Saat ini, papar Sunarso, rasio LDR nasional berada di level 82 persen, namun masih terdapat tantangan dari sisi likuiditas.
Di sisi lain, untuk menghadapi situasi ekonomi yang melambat karena tantangan-tantangan yang akan dihadapi pihaknya pun telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang manjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.
Pertama, kondisi ekonomi pulih dengan inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk. Maka strateginya adalah mempercepat proses write-offs agar recovery.
Kedua kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Maka langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi.
Ketiga, kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kredit membaik. Maka strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit Loan Portofolio Guideline (LPG) menjadi moderat.
Keempat adalah kondisi yang paling buruk, ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk.
“Strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan Loan Portofolio Guideline (LPG) yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi dan simulasi-simulasi berbagai keadaan yang buruk itu selalu kita lakukan secara lebih ketat,” tambah Sunarso.
Berikut adalah 4 matriks yang kemungkinan terkait kondisi ekonomi kedepan, berserta skenario strategi dan mitigasi risiko untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan tersebut.
(Penulis Bayu R magang)
(SAN)