BANKING

BSI Sambut Penurunan Suku Bunga BI secara Bertahap, Jaga Kepercayaan Pelaku Usaha

Tangguh Yudha 29/10/2025 19:24 WIB

Kebijakan BI menurunkan suku bunga acuan secara bertahap hingga 4,75 persen dalam setahun terakhir berhasil memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.

BSI Sambut Penurunan Suku Bunga BI secara Bertahap, Jaga Kepercayaan Pelaku Usaha. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Anggoro Eko Cahyo, menyambut langkah pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam memperkuat perekonomian nasional melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dinilai semakin pro-growth.

Menurutnya, kebijakan BI menurunkan suku bunga acuan secara bertahap hingga 4,75 persen dalam setahun terakhir, serta keputusan Kementerian Keuangan menyalurkan injeksi likuiditas sebesar Rp200 triliun, berhasil memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.

"Hal ini tentu berdampak pada likiditas perbankan yang membaik, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang kembali meningkat, dan transmisi ke sektor riil mulai terasa dengan peningkatan uang beredar," kata Anggoro dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/10/2025).

Menurutnya, meskipun suku bunga pinjaman masih relatif tinggi, langkah stabilisasi yang diambil oleh pemerintah dan BI telah menjaga kepercayaan pelaku usaha

Permintaan kredit pun mulai menunjukkan pemulihan, didorong meningkatnya aktivitas manufaktur yang tercermin dari indeks Purchasing Managers Index (PMI) yang tetap berada di zona ekspansi.

"Hal ini menjadi sinyal bahwa momentum pertumbuhan masih terjaga," kata dia.

Di sisi eksternal, Anggoro menyebutkan bahwa surplus neraca perdagangan dan peningkatan arus investasi asing langsung (FDI) turut memperkuat cadangan devisa nasional. Kondisi tersebut, kata dia, memberikan ruang lebih besar bagi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah dinamika global yang masih menantang.

"Kami menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas kebijakan fiskal yang konsisten dan terarah dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menilai berbagai paket stimulus senilai lebih dari Rp100 triliun selama tiga kuartal terakhir menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan sektor riil.

"Selain itu, pengelolaan anggaran negara yang disiplin dan efisien turut menjadi faktor penting dan pemerintah berhasil menyalurkan stimulus tanpa mengorbankan stabilitas fiskal," kata Anggoro.

Dia menilai defisit APBN yang tetap terkendali di bawah 3 persen mencerminkan kebijakan fiskal yang adaptif namun berhati-hati, sekaligus menciptakan ruang fiskal yang sehat bagi keberlanjutan program pembangunan di masa depan.

"Dari sisi konsumsi domestik, kepercayaan konsumen menunjukkan tren perbaikan seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan meningkatnya aktivitas masyarakat," kata dia.

Anggoro memperkirakan, dengan arah kebijakan yang semakin pro-growth dan sinergi kuat antara otoritas fiskal serta moneter, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi meningkat dari 5,2 persen pada 2025 menjadi 6 persen pada 2026.

"Langkah strategis dan responsif dari pemerintah menjadi bukti nyata bahwa Indonesia berada pada jalur yang benar menuju pertumbuhan yang kuat, berdaya tahan, dan berkelanjutan. Meskipun kondisi makro masih menantang, bangsa Indonesia tetap optimistis terhadap prospek ekonomi ke depan," ucap dia.

(NIA DEVIYANA)

SHARE