BTPS Incar Pertumbuhan Laba Double Digit Sepanjang 2025
PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) menargetkan pertumbuhan laba bersih double digit sepanjang 2025.
IDXChannel - PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) menargetkan pertumbuhan laba bersih double digit sepanjang 2025.
Optimisme ini seiring dengan kinerja semester I yang masih tumbuh positif. Di mana laba bersih perseroan tumbuh 16,6 persen secara tahunan (YoY), dengan penyaluran pembiayaan mencapai Rp10,14 triliun.
Rasio keuangan Bank juga tetap kuat dengan Return on Asset (RoA) sebesar 7,6 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 54,5 persen.
"Seperti pada awal tahun 2025 ini, kita meng-guide ke publik kurang lebih angkanya flat. Tapi melihat kinerja sampai semester I ini, kurang lebih kita juga optimis bahwa seharusnya kita bisa mencapai angka double digit secara pertumbuhan laba bersih di tahun 2025 ini," ujar Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad dalam Konferensi Pers Pubex BTPS secara virtual, Rabu (10/9/2025).
Dari sisi pembiayaan, BTPN Syariah hingga akhir 2025 akan lebih selektif dalam penyaluran pembiayaan. Sebab, fokus utama perusahaan tahun ini adalah menjaga kualitas portofolio dengan memperkuat sejumlah rasio leading indicator. Hal ini membuat proyeksi pertumbuhan pembiayaan perseroan kemungkinan masih flat atau bahkan sedikit menurun.
"Sehingga mungkin untuk pembiayaan kurang lebih kita masih akan flat atau menurun. Karena kita akan fokus pada kualitas," tutur dia.
Fachmy menyebut, strategi peningkatan kualitas pembiayaan serta proyeksi pembiayaan yang akan menurun, maka rasio non-performing financing (NPF) ditargetkan akan terjaga di angka di bawah 3 persen hingga akhir 2025.
Sementara itu, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tetap dijaga pada level yang kuat. Saat ini, CKPN berada pada rasio 240 persen dengan provision coverage sebesar 248 persen.
Dia menilai, menjaga rasio CKPN pada level tersebut penting sebagai langkah mitigasi risiko di tengah tantangan yang masih dihadapi segmen UMKM.
Adapun peningkatan kualitas pembiayaan itu juga menimbang kondisi makro ekonomi. Data LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) per Mei 2025 mencatat rata-rata saldo simpanan kecil (di bawah Rp100 juta) terus menurun sejak tahun 2021. Hal ini mengindikasikan kelompok nasabah dengan saldo kecil (ritel/masyarakat umum) mengalami penurunan tabungan.
Sementara, data tabungan bersih alias selisih simpanan dikurangi pinjaman sejak tahun 2022 masih cenderung negatif. Hal ini menandakan pertumbuhan pinjaman lebih tinggi dibanding simpanan, menunjukkan masyarakat lebih banyak berhutang dibanding menabung.
"Kemampuan financial dan daya beli masyarakat kelas menengah yang belum pulih, yang mana segmen ini mendorong sekitar 60 persen konsumsi domestik memberikan tantangan yang signifikan terhadap UMKM pada tahun 2025. Hal ini kemudian berdampak pada lembaga keuangan yang melayani segmen ini," kata Fachmy.
(DESI ANGRIANI)