BANKING

Dirut BCA Ungkap Strategi Tetap Profit di Tengah Gempuran Sentimen Eksternal

Anggie Ariesta 03/04/2023 10:26 WIB

Presiden Direktur Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan beberapa strategi yang dijalani untuk menciptakan kinerja yang solid.

Dirut BCA Ungkap Strategi Tetap Profit di Tengah Gempuran Sentimen Eksternal. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Direktur Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan beberapa strategi yang dilakukan untuk menciptakan kinerja yang  solid di sepanjang 2022. Beberapa langkah yang dilakukan yaitu mengubah bentuk bank tabungan hingga menjaga cost of fund.

"Ya gini ada beberapa hal, kita sejak dahulu berusaha merubah tabungan itu yang awalnya menabung menjadi transactional account, nah sehingga orang nggak perlu lagi bunga yang terlalu tinggi," kata Jahja dalam segmen Market Buzz Power Breakfast IDX, Senin (3/4/2023).

Berawal dari cost of fund yang murah tersebut, BCA bisa memilih kredit mana yang relatif baik dengan interest rate yang cukup menantang, seperti Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KBB).

"Nah ini yang membuat quality loan kita bagus sehingga NPL juga kecil, cost of fund murah, NPL kecil nah dengan demikian growth kita tahun lalu diatas industri sedikitlah kita 11,7%," ungkap Jahja.

Volume kredit bertambah, maka BCA mendapat suatu income yang bagus dari segi interest maupun dari segi fee based. Lanjut Jahja, fee based BCA meningkat karena dalam sehari ada transaksi hingga 66 juta.

"Bahkan kalau lagi akhir bulan, deket-deket hari libur itu bisa sampai 140 juta transaksi per day. Jadi ini memang membuat kenyamanan, tentu ada beberapa payment-payment yang ada fee-nya kan, nah itulah yang menjadi suatu fee based tambahan bagi BCA," jelas Jahja.

Adapun karena NPL yang rendah, cost of fund yang murah, dan bunga average BCA relatif turun sedikit, tetapi kata dia dari placement bank swasta ini juga membantu Surat Berharga Negara (SBN).

"Kan pemerintah juga butuh cuan untuk SBN ya obligasi pemerintah itu dibeli karena untuk pembiayaan APBN nah banyak pemain asing yang keluar, kita masih masuk malah dan tentu kenaikan bunganya cukup tinggi," kata dia.

Disamping itu untuk short term, Jahja mengaku BCA tidak seperti Silicon Valley Bank yang menjalankan dengan jangka panjang.

"Semuanya disimpan long term, kita jaga short term kita Rp170 triliun itu sama dengan total funding yang disediakan LPS untuk menjaga perbankan Indonesia, tidak harus jaga (long term) likuiditas paling penting," jelas Jahja.

"Kalau ada kebutuhan-kebutuhan mendadak kita harus siap memberikan itu, nah ini kita tempatkan di Bank Indonesia dan kebetulan suku bunga BI juga naik, ada tambahan income lagi jadi secara profit kita cukup bagus lagi," imbuhnya.

(SLF)

SHARE