BANKING

Dorong Kinerja Keuangan, Qatar Nasional Bank Suntik BKSW Rp1 Triliun

Dinar Fitra Maghiszha 19/11/2022 06:56 WIB

Qatar National Bank (QNB) melakukan suntikan modal terhadap unitnya di Indonesia, PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW).

Dorong Kinerja Keuangan, Qatar Nasional Bank Suntik BKSW Rp1 Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Qatar National Bank (QNB) melakukan suntikan modal terhadap unitnya di Indonesia, PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW). Setoran modal yang telah berlangsung pada Rabu (16/11/2022) itu memiliki nilai sebesar Rp1 triliun.

"Modal dari QNB tersebut bertujuan untuk terus memperkuat permodalan, dan diharapkan dapat mendukung kinerja keuangan," kata Direktur Utama PT Bank QNB Indonesia Tbk, Haryanto Suganda di Jakarta, dikutip Jumat (18/11/2022).

Sebagai catatan, Qatar National Bank merupakan pemegang saham terbesar sekaligus pengendali dari PT Bank QNB Indonesia Tbk. QNB memegang 18,90 miliar lembar saham BKSW, atau setara 92,48%. Sedangkan publik hanya menggenggam 7,52%.

Secara fundamental, BKSW masih membukukan rugi bersih senilai Rp350,15 miliar di kuartal III/2022, melandai dari periode sama tahun lalu di angka Rp601,70 miliar. Sedangkan pendapatan bunga bersih tercatat sebanyak Rp324,38 miliar.

Saham BKSW tampak mengalami tekanan sebesar 2,80% di sepanjang pekan ini, yang ditutup koreksi 0,95% di Rp104. Sedangkan selama tahun berjalan atau year to date, BKSW terkapar 45,83% dengan level tertinggi di Rp206.

Adapun dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini perbankan butuh modal inti minimum Rp3 triliun untuk menyerap berbagai risiko sebagai dampak dari ketidakpastian perekonomian global.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Bambang Widjanarko mengatakan Bank umum diberikan waktu untuk memenuhi kewajiban tersebut sampai akhir 2022, sementara Bank Pembangunan Daerah (BPD) diberikan waktu sampai akhir 2024.

“Perbankan juga memerlukan dukungan permodalan yang kuat untuk memberikan dukungan keuangan baik untuk ekspansi usaha, penyediaan infrastruktur yang memadai sebagai dampak digitalisasi dan kebutuhan masyarakat,” katanya dalam webinar. 

Selain berbagai risiko perekonomian global karena konflik geopolitik, pelemahan kinerja ekonomi beberapa negara, kenaikan inflasi, dan pengetatan kebijakan moneter, perbankan juga mengalami tantangan struktural, seperti daya saing yang rendah, perkembangan teknologi informasi yang pesat, kebutuhan pembiayaan pembangunan yang besar.


(SLF)

SHARE