BANKING

Dukung Ekonomi Hijau, BNI Salurkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp182,2 Triliun

Anggie Ariesta 09/06/2025 11:47 WIB

BNI (BBNI) memperkuat komitmennya ekonomi hijau melalui penyaluran pembiayaan mencapai Rp182,2 triliun hingga April 2025.

Dukung Ekonomi Hijau, BNI Salurkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp182,2 Triliun. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memperkuat komitmennya ekonomi hijau melalui penyaluran pembiayaan mencapai Rp182,2 triliun hingga April 2025. Jumlah tersebut setara dengan 24 persen dari total kredit BNI.

Dari total tersebut, sebesar Rp72,8 triliun secara khusus dialokasikan untuk pembiayaan hijau. Hal itu sejalan dengan strategi BNI untuk berperan aktif dalam transisi menuju ekonomi hijau dan mendukung upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

"Pembiayaan berkelanjutan menjadi strategi BNI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan prinsip keberlanjutan. Dinamika perubahan iklim juga mendorong sektor perbankan untuk berperan aktif dalam pembiayaan yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat," kata Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo dalam keterangan resmi, Senin (9/6/2025).

>

Ia menjelaskan BNI terus memperkuat penerapan prinsip keberlanjutan dalam seluruh proses bisnisnya, terutama dalam penyaluran kredit kepada sektor-sektor yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan.

Sebagai mitra strategis dalam transisi berkelanjutan, BNI juga menyediakan layanan pendampingan dan pembiayaan berbasis Sustainability Linked Loans (SLL).

Hingga saat ini, total pembiayaan SLL yang telah disalurkan BNI mencapai Rp6 triliun. Pembiayaan ini menyasar berbagai sektor seperti agrifood, manufaktur semen, baja, produk batubara, dan kemasan, dengan tujuan mendorong peningkatan kinerja keberlanjutan dari perusahaan-perusahaan tersebut.

Selain itu, BNI telah menetapkan Risk Acceptance Criteria (RAC) yang memasukkan aspek mitigasi risiko perubahan iklim. Dalam hal ini, BNI mensyaratkan sejumlah ketentuan bagi calon debitur di sektor yang tergolong berisiko tinggi terhadap lingkungan, seperti kewajiban memiliki sertifikasi RSPO/ISPO untuk sektor kelapa sawit, serta menerapkan kebijakan No Deforestation, No Peat, and No Exploitation (NDPE) dalam proses pembukaan lahan.

BNI juga menerapkan prinsip selektivitas dalam memberikan pembiayaan ke sektor-sektor dengan tingkat emisi yang tinggi. Aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) menjadi pertimbangan utama, termasuk rencana transisi energi yang jelas dan terukur dari calon debitur.

"Tuntutan pasar dan regulator mendorong bisnis lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. BNI menjawabnya dengan mengintegrasikan prinsip ESG dalam proses bisnis," ujar Okki.

Dia melanjutkan, BNI optimistis dapat mendorong transformasi menuju sistem keuangan hijau. Dengan pembiayaan berkelanjutan dan penerapan prinsip ESG, BNI berupaya mewariskan lingkungan sehat untuk generasi mendatang.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE