Fundamental Solid di Q3-2025, Direktur Mandiri: Momentum Buyback dan Digitalisasi Jadi Kunci
Bank berkode emiten BMRI ini mencatatkan laba bersih naik 1,84 persen secara bulanan atau month on month (MoM) menjadi Rp4,14 triliun.
IDXChannel – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan kinerja keuangan solid hingga September 2025. Bank berkode emiten BMRI ini mencatatkan laba bersih naik 1,84 persen secara bulanan atau month on month (MoM) menjadi Rp4,14 triliun. Selain itu, hingga kuartal III tahun 2025 mencatatkan laba bersih sebesar Rp37,73 triliun.
Pencapaian tersebut mencerminkan ketahanan bisnis dan efektivitas strategi pengelolaan pendapatan serta biaya yang dijalankan secara disiplin.
Dalam podcast The Fundamentals! yang ditayangkan oleh IDX Channel, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menyampaikan pertumbuhan laba didorong oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) yang terus menguat dengan kontribusi terhadap total pendapatan mencapai 32 persen.
“Sejauh ini secara fundamental kinerja Bank Mandiri itu menunjukkan tren yang positif,” ungkap Novita, dalam podcast The Fundamentals! yang ditayangkan oleh IDX Channel, pada Selasa (5/11/2025).
Novita menjelaskan bahwa pertumbuhan aset dan kredit Bank Mandiri berhasil melampaui rata-rata industri perbankan nasional. Hingga kuartal III-2025, pertumbuhan kredit mencapai 11,6 persen, jauh di atas rata-rata industri sebesar 6,93 persen.
“Kalau kita lihat Bank Mandiri secara bank only, pertumbuhannya sudah jauh di atas rata-rata industri,” ungkapnya. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau NPL berhasil dijaga di angka 1,03 persen, yang menunjukkan kualitas kredit yang sehat dan pengelolaan risiko yang efektif.
Kinerja solid tersebut turut didukung oleh stabilitas Net Interest Margin (NIM) yang berada di level 4,89 persen, sesuai dengan konsensus internal antara 4,8 persen hingga 5 persen. “NIM kita di 4,89 persen, within the range konsensus kami, dan sampai September ini masih on track,” ujar Novita.
Lebih lanjut, Novita menuturkan bahwa pertumbuhan kredit yang kuat didorong oleh segmen wholesale banking yang meningkat 14,7 persen secara tahunan, serta sektor retail yang tumbuh 4,56 persen. “Strategi kami adalah memperkuat ekosistem, fokus ke kredit-kredit di bawah turunan wholesale yang pertumbuhannya terjaga dengan baik,” jelasnya.
Bank Mandiri menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) di bawah 93 persen, serta memperkuat dana pihak ketiga berbasis transaksi dengan rasio CASA mencapai 70–72 persen. Hal ini menunjukkan kemampuan Mandiri mempertahankan pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan.
Bank Mandiri juga mencatat pertumbuhan pendapatan digital banking sebesar 11 persen MoM yang dikontribusikan oleh super app. Livin’ dan super platform KOPRA sementara pendapatan treasury tumbuh 10 persen. Kedua sektor ini menjadi pendorong utama peningkatan fee-based income secara konsisten.
Di samping itu, bank berlogo pita emas ini juga memperluas sumber pendapatan yang bersifat berulang untuk memastikan kesinambungan profitabilitas di tengah perubahan dinamika ekonomi. Tidak cuma berhenti di situ, fungsi intermediasi Bank Mandiri tetap solid.
Penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) konsolidasi per September 2025 masing-masing mencapai Rp1.764 triliun dan Rp1.884 triliun, dua-duanya tumbuh diatas rata-rata industri.
Terkait dengan rencana buyback saham, Novita menegaskan bahwa Bank Mandiri sudah mulai menjalankan keputusan RUPS untuk mengeksekusi buyback senilai Rp1,17 triliun. “Kita sudah mulai aktifkan buyback minggu lalu. Ini momennya pas sekali karena secara fundamental kita improve di kuartal empat ini,” ujarnya.
Buyback ini juga menjadi bagian dari program insentif bagi karyawan (ESOP). Ia menilai harga saham BMRI saat ini tergolong murah, sehingga menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat nilai saham dan kepercayaan investor. Selain buyback, Bank Mandiri juga menyiapkan pembagian dividen interim bagi para pemegang sahamnya.
“Sekarang itu dividend yield dari saham Bank Mandiri bisa mencapai 10 persen dengan harga saat ini. Itu baru dari dividennya, belum termasuk capital gain,” ujar Novita. Menurutnya, pembagian dividen interim ini menjadi bentuk apresiasi kepada investor sekaligus sinyal kuat bahwa kondisi keuangan Mandiri tetap sehat dan solid menjelang akhir tahun.
Menutup pembahasan, Novita optimistis bahwa kinerja positif Bank Mandiri akan berlanjut hingga 2026. “Tren kuartal 4 yang positif ini bisa terbawa sampai tahun depan. Mandiri masih bisa tumbuh sesuai pertumbuhan industri di 9 sampai 11 persen,” tutupnya.
(Shifa Nurhaliza Putri)