Garap Bisnis Bank Kustodian, BSI (BRIS) Kelola Aset Rp115 Triliun per Januari 2025
Perseroan optimistis dana kelolaan kustodian nasabah (AUC) akan terus meningkat pada tahun ini.
IDXChannel - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terus memperkuat bisnis kustodian guna mengoptimalkan potensi ecosystem syariah di pasar modal yang belum tergarap maksimal.
Per Januari 2025, perseroan mengelola asset under custody (AUC) mencapai lebih dari Rp115 triliun atau tumbuh 28 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Direktur Treasury & International Banking BSI, Ari Rizaldi mengatakan, perseroan optimistis dana kelolaan kustodian nasabah (AUC) akan terus meningkat pada tahun ini.
Hal ini selaras upaya BSI memperkuat bisnis treasury dan mendorong layanan pasar modal (capital market) berbasis syariah bagi nasabah. Atas kinerja positif tersebut, BSI meraih penghargaan sebagai Best Islamic Custody Bank 2024 pada 18th Annual Deal & Solution yang diselenggarakan Alpha South East Asia di Malaysia.
“Kami akan terus mendorong bisnis ini meraih kinerja positif dan tumbuh berkelanjutan. BSI adalah bank syariah pertama yang terdaftar sebagai bank kustodian. Optimisme tersebut didukung oleh pangsa pasar Islamic ecosystem yang potensinya masih cukup besar untuk dioptimalkan,” ujar Ari di Jakarta Kamis (20/2/2025).
Dia menjelaskan, sebagai bank kustodian, BSI terus memperkuat layanan seperti pengadministrasian efek-efek syariah yang dimiliki nasabah.
Selain itu, BSI memberikan layanan penyelesaian transaksi efek syariah dan pencatatan imbal hasilnya. Tahun ini BSI akan terus mengembangkan bisnis kustodian pada segmen ritel di antaranya reksa dana ritel.
Produk unggulan dari BSI adalah layanan capital market berbasis syariah di antaranya safekeeping, fund services, wali amanat dan keagenan.
“Saat ini, segmen nasabah yang menjadi kelolaan BSI seperti manajer investasi, asuransi, dana pensiun, lembaga negara, securities crowd funding dan bank. Kami yakin ke depan masih banyak potensi yang akan terus digarap, terutama segmen Islamic ecosystem , ecosystem lembaga negara dan juga nasabah ritel,” tuturnya.
(kunthi fahmar sandy)