BANKING

Hary Tanoe Gaet Pemirsa TV jadi Nasabah MotionBanking

Michelle Natalia 02/07/2021 15:54 WIB

Pendiri dan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo berupaya memanfaatkan audiens medianya yang luas untuk mendorong keuangan digital.

Hary Tanoe Gaet Pemirsa TV jadi Nasabah MotionBanking (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Pendiri dan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo berupaya memanfaatkan audiens medianya yang luas untuk mendorong mesin pertumbuhan baru, yakni keuangan digital.

MNC adalah konglomerat media terbesar di Indonesia, dengan acara televisi populer yang menjangkau setiap sudut negara terpadat di Asia Tenggara.  Hary Tanoe menjelaskan kepada Nikkei dalam sebuah wawancara terkait rencananya untuk meningkatkan operasi perbankan online baru dengan menjangkau kelompok underbanked.

Didirikan pada tahun 1989 sebagai perusahaan sekuritas, MNC Group telah berkembang menjadi berbagai bidang, termasuk real estate. MNC pun mengakuisisi stasiun TV yang dioperasikan oleh keluarga mendiang Presiden Indonesia Soeharto.

MNC termasuk dalam kelompok konglomerat bisnis kelas kedua yang lebih baru yang diluncurkan pada 1980-an di mana para pemimpin aslinya, seperti Hary Tanoe yang berusia 55 tahun, masih memimpin.

Bulan lalu, grup tersebut meluncurkan Motion Banking, sebuah bank online yang dapat diakses melalui aplikasi smartphone. Hary Tanoe mengatakan dia bertujuan untuk mendapatkan 10 juta pelanggan baru dalam setahun dan 50 juta dalam lima tahun dengan menawarkan berbagai layanan, dari kartu kredit virtual hingga asuransi dan perdagangan sekuritas.

"Kami juga ingin menciptakan sinergi dengan basis pengguna ekosistem besar kami," katanya dalam wawancaranya dengan Nikkei Asia, dikutip Jumat (2/7/2021).

Empat stasiun TV MNC Group sendiri menarik lebih dari 50 persen penonton prime-time dan dikenal karena memproduksi program yang sukses  Sinetron hit malam hari "Ikatan Cinta," atau "ikatan cinta", secara konsisten mencetak peringkat pemirsa sekitar 50 persen atau lebih tinggi.

Hary Tanoe pun membahas rencana untuk menempatkan iklan Motion Banking di seluruh negeri selama siaran "Ikatan Cinta" dan program lainnya. Dia membayangkan kode QR dalam iklan di bagian bawah layar TV sehingga pemirsa dapat membuka akun di tempat. Aplikasi tersebut akan menggunakan teknologi pengenalan wajah yang terkait dengan basis data identitas nasional negara untuk mempercepat prosesnya.

Dengan populasi sebesar 270 juta jiwa, terbesar di Asia Tenggara dan keempat terbesar di dunia, sektor perbankan online Indonesia telah menarik minat dari seluruh kawasan.  Hanya setengah dari orang dewasa Indonesia yang memiliki rekening bank, sementara hampir 70 persen memiliki ponsel, memberikan ruang pertumbuhan yang signifikan bagi perbankan online.

Namun, para saingannya pun mendekat dengan cepat. Penyedia "aplikasi super" Indonesia, Gojek, mengumumkan investasi di Bank Jago di bawah kemitraan modal menjelang akhir tahun 2020. 

Pihaknya juga mengumumkan mergernya dengan raksasa e-commerce Tokopedia pada bulan Mei dan berencana untuk menawarkan berbagai layanan, termasuk perbankan, di platform aplikasinya.  Perusahaan ride-hailing Grab dan e-retailer Sea, keduanya berbasis di Singapura, diyakini juga merencanakan terjun ke lapangan.

Dan pada hari Jumat, BCA Digital, anak perusahaan bank digital dari pemberi pinjaman swasta terbesar di Indonesia, Bank Central Asia, meluncurkan platform mobile banking -- blu -- di Google Play Store, menargetkan ratusan ribu pelanggan baru tahun ini dari kalangan remaja.  .

Mempertimbangkan industri yang semakin padat, Gary Hanniffy, direktur bank di Asia Pasifik untuk lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings, mengatakan pemberi pinjaman digital Indonesia dapat menikmati margin yang sehat dari biaya tetap yang lebih rendah tanpa adanya jaringan cabang fisik -- serta  hasil tinggi yang dibayarkan oleh peminjam di segmen yang kurang terlayani "dengan sedikit atau tanpa riwayat kredit" atau jaminan untuk ditawarkan sebagai jaminan terhadap pinjaman.

 "Namun, kami percaya keberhasilan akhir dari pemberi pinjaman digital dalam mencapai dan mempertahankan profitabilitas akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk mencapai skala yang memadai dan secara efektif mengelola risiko kredit di segmen yang sebagian besar telah dihindari oleh bank tradisional karena tingginya risiko gagal bayar," kata Hanniffy kepada Nikkei Asia.

"Kelangsungan model bisnis pemberi pinjaman digital yang sebagian besar belum teruji, tetap tidak pasti untuk saat ini," tambahnya.

Hary Tanoe tetap bersikap bullish pada prospek MNC. "Karena perusahaan ride-hailing seperti Gojek "hadir di kota-kota besar - mereka tidak mencakup yang tidak memiliki rekening bank," katanya.


"Hal yang baik tentang grup kami, kami menjangkau semua orang di negara ini," lanjutnya.  Oleh karena itu, Hary Tanoe sangat yakin MNC dapat memimpin perbankan digital di Indonesia dalam hal jumlah rekening, karena dapat menembus populasi unbanked yang belum tersentuh di daerah seperti Papua, Maluku, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. (RAMA)

SHARE