BANKING

Kenyang Digusur, Kini Dadan Raup Puluhan Juta Rupiah per Hari dari Bisnis Gohyong

taufan sukma 09/04/2024 06:39 WIB

Dengan adanya opsi pembayaran via QRIS, maka pelanggan tidak perlu lagi berlama-lama mengantre saat akan membayar.

Kenyang Digusur, Kini Dadan Raup Puluhan Juta Rupiah per Hari dari Bisnis Gohyong (foto: MNC Media)

IDXChannel - Seorang filsuf besar asal Yunani, Aristoteles, pernah berujar bahwa "Pleasure in the job puts perfection in the work (kesenangan dalam pekerjaan menempatkan kesempurnaan dalam bekerja)."

Melalui kalimat tersebut, pemikir yang hidup di abad ke-4 sebelum Masehi itu ingin berpesan bahwa kunci sukses dalam bekerja adalah menyenangi pekerjaan tersebut. Karena dari rasa senang itulah akan timbul hasrat untuk melakukan pekerjaan dengan sempurna, dan dari sanalah kesuksesan bakal tercipta.

"Ya memang harus senang (terhadap pekerjaan) dulu Mas. Dari senang itu baru akan muncul mental yang tahan banting. Kalau nggak (tahan banting), ketemu kendala sedikit, ketemu tantangan sedikit, pasti sudah menyerah," ujar Dadan Muhamad Satiri, penjual Ayam Gohyong Menteng, saat ditemui di kedainya, di Jl Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Nama Menteng

Dadan, begitu pria asal Sukabumi ini biasa disapa, mengaku telah berjualan gohyong di kawasan Antasari sejak 2014 lalu. Sebelumnya, Dadan bersama Sang Ayah berjualan di Jl. Theresia, Menteng, Jakarta Pusat.

Namun setelah cukup lama berjualan di sana, Dadan dan ayahnya harus menerima kenyataan bahwa tempatnya berjualan digusur oleh petugas ketertiban lingkungan.

Setelah digusur, menurut Dadan, dia dan keluarganya sempat pulang ke Sukabumi, dan berharap bisa membuka bisnis di sana. Hal ini sengaja dilakukan karena usia Sang Ayah juga sudah lanjut, sehingga berharap bisa mulai menata hidup dengan tenang di Tanah Kelahiran.

"Cuma yang namanya pernah tinggal dan hidup di kota (Jakarta), pas di desa tuh ya saya ngerasa kurang (pemasukan) aja gitu. Makanya, akhirnya Abah tetap di kampung, saya balik ke Jakarta dan buka (gohyong) lagi di sini (Antasari) pake nama Ayam Gohyong Menteng," tutur Dadan.

Kenyang Digusur

Merintis usaha dari nol lagi di lokasi baru, diakui Dadan, memiliki tantangan yang sangat menguras energi dan juga mental.

Beragam tantangan tersebut, di antaranya, dengan belum adanya pelanggan yang mengenal masakannya, harga jual yang juga harus disesuaikan dengan masyarakat di sekitar tempat yang baru, sampai harus 'kucing-kucingan' dengan petugas ketertiban, mulai dari level RT, RW, Kelurahan hingga Satpol PP Kota Jakarta Selatan maupun DKI Jakarta.

"Pokoknya lengkap mah, kalau soal (pengalaman) digusur. Sampai 'kenyang'. Dari mulai buka 2014 sampai lima tahun jualan, sudah nggak keitung lagi berapa kali pindah-pindah tempat. Cuma emang nggak jauh sih. Paling ke seberang jalan, lalu geser berapa ratus meter gitu. Tergantung yang punya lahan aja, kita dibolehinnya (jualan) di mana. Tapi tetap di daerah (Antasari) sini juga," ungkap Dadan.

Tak cukup hanya itu, jelang masuk ke 2020, tantangan lebih berat lagi datang, yaitu dengan terjadinya pandemi COVID-19, di mana saat itu Dadan terpaksa harus menutup penuh usahanya, seiring dengan diterapkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Akibat dari kondisi tersebut, Dadan mengaku sepenuhnya berhenti berjualan sampai berbulan-bulan. Baru, ketika pandemi sudah melandai, perlahan kebijakan pembatasan juga mulai longgar, sehingga Dadan bisa kembali berjualan.

Saat itu, Dadan diberi izin untuk bisa kembali berjualan di depan Masjid Al-Ikhlas, Jl Pangeran Antasari. Atas kemurahan hati takmir masjid pula, Dadan pun bisa berjualan di sana cukup lama, tanpa khawatir digusur lagi.

"(Berjualan) Di sana lumayan (lama), mungkin sampai tiga tahunan. Termasuk pelanggan mulai banyak itu juga pas kita jualan di sana, karena jamaah kan banyak, lalu musafir yang numpang sholat juga banyak, jadi akhirnya banyak yang tahu jualan kita," tukas Dadan.

Sewa Kedai

Namun demikian, meski sudah mulai banyak pelanggan, Dadan merasa masih kurang nyaman untuk berjualan di depan Masjid Al-Ikhlas. Pasalnya, karena lokasinya masih di pinggir jalan, sehingga Dadan kerap bermasalah dengan urusan parkir.

Terlebih, ketika Sabtu-Minggu di mana pembeli lumayan meramai, lahan parkir yang tersedia cukup terbatas. Terutama untuk pelanggan yang membawa mobil. Sedangkan bila harus menumpang parkir di pelataran masjid, tentu banyak orang jadi segan.

"Sehingga, dengan kita pertimbangan bahwa penjualan juga sudah mulai ramai, maka akhirnya saya beranikan untuk sewa tempat di seberang (masjid). Ya, di tempat jualan sekarang ini," papar Dadan.

Lokasi yang disewa Dadan merupakan sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, sehingga selain memudahkan untuk parkir, Dadan juga tidak perlu memikirkan kontrakan lagi untuk tempat tinggal, karena bisa sekaligus tinggal di rumah yang disewanya tersebut.

Dengan lahan parkir yang tersedia luas, dan dengan lokasi yang juga cukup nyaman karena tidak lagi mepet jalan raya, maka sejak saat itulah diakui Dadan bahwa bisnis gohyongnya mulai mengalami titik balik yang menggembirakan.

"Alhamdulillah, setahun pindah ke sini, yang beli makin banyak. Pelanggan tetap juga makin banyak. Apalagi kalau sudah Sabtu-Minggu, kita kadang sampai kewalahan," jelas Dadan, bangga.

QRIS BRI

Dari ramainya pembeli yang datang tersebut, Dadan mengaku bisa mengantongi omzet sedikitnya Rp12 juta hingga Rp13 juta dalam kondisi sepi, seperti saat weekdays, yaitu dari Senin sampai Jumat.

Sedangkan untuk masa weekend (Sabtu-Minggu) atau hari libur nasional, omzet yang mampu diraup Dadan bisa mencapai Rp24 juta sampai Rp25 juta dalam satu hari saja, yaitu dari buka pada pukul 16.00 WIB sampai pukul 2 dini hari.

Yang menarik, dari keseluruhan omzet yang didapat tersebut, Dadan mengaku sekitar sepertiga hingga setengahnya didapat dari transaksi non-tunai dengan menggunakan fasilitas Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI.

"Minimal, sesepi-sepinya jualan, sekitar Rp5 juta Insya Allah sudah pasti dapat dari QRIS. Bisa jadi malah lebih besar, karena di kota besar macam Jakarta begini, orang jarang yang pegang uang cash," ungkap Dadan.

Dadan menyebut bahwa sudah dua tahun terakhir ini kedai Ayam Gohyong Menteng miliknya menerima pembayaran via QRIS BRI. Kebijakan untuk mulai menyediakan fasilitas transaksi non tunai tersebut juga disebut Dadan berawal dari makin banyaknya pelanggan yang meminta agar kedainya menyediakan fasilitas pembayaran menggunaan QRIS.

Atas ramainya permintaan tersebut, Dadan pun mengaku mendukung penuh karena merasa sangat diuntungkan dengan adanya fasilitas pembayaran QRIS dari BRI.

Pertama, dengan adanya QRIS, maka Dadan merasa tidak perlu lagi menyediakan receh dalam jumlah banyak untuk stok uang kembalian.

Selain itu, kehadiran QRIS juga dirasa sangat membantu bagi Dadan ketika pembeli sedang berjubel. Dengan adanya opsi pembayaran via QRIS, maka pelanggan tidak perlu lagi berlama-lama mengantre saat akan membayar.

"Cukup scan barcodenya, tunjukin ke kita bukti transaksi berhasilnya, beres. Misal karena rame, (bukti transaksi) tanpa ditunjukin pun juga tidak masalah, karena di saya ada notifikasi yang masuk. Jadi lebih praktis," tandas Dadan.

Pun, dengan transaksi pembayaran melalui QRIS, maka pendapatan yang diterima Dadan sudah otomatis masuk ke dalam rekening tabungan BRI. Hal ini, lagi-lagi juga sangat disyukuri oleh Dadan, karena jadi tidak perlu lagi repot-repot menyetor uang ke bank, atau membawa uang tunai saat akan berbelanja bahan baku di pasar.

"Dengan jumlah belanja kita yang sangat besar. Bisa sampai berkuintal-kuintal, maka tentu pembayaran biasanya pake digital banking juga. Jadi pas. Karena kalau pake cash, sudah kebayang tuh ribet ngitung duitnya," urai Dadan.

KUR BRI

Dengan volume bisnis yang terus berkembang tersebut, juga dengan total transaksi uang masuk dan keluar dari rekening hingga jutaan rupiah per hari, pihak Bank BRI pun mulai menawarkan fasilitas pinjaman permodalan yang bisa dimanfaatkan oleh Dadan untuk ekspansi bisnis.

Tawaran fasilitas tersebut, di antaranya, ditawarkan dalam bentuk produk Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang notabene memang merupakan program pemerintah untuk membantu kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) seperti Dadan.

"Pernah ditawari (KUR oleh BRI), tapi sementara saya tolak dulu. Penginnya nanti kalau sudah mau buka cabang, baru mungkin saya ajukan (pinjamannya)," kata Dadan.

Dadan menjelaskan, pihaknya memang berangan-angan untuk suatu dapat membuka cabang, guna memperluas cakupan pasar yang dapat digarapnya ke depan. Dalam angan-angan tersebut, setidaknya ada dua wilayah yang telah masuk dalam bidikan Dadan, yaitu di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.

Dua lokasi tersebut sengaja dipilih lantaran menurut Dadan belum banyak penjual gohyong dan produk sejenis di daerah tersebut. Namun, meski telah memiliki lokasi incaran, Dadan mengaku tak mau gegabah dan terburu-buru dalam merealisasikan rencananya tersebut.

"Nggak ada target juga harus buka (cabang) kapan. Bisa saja tahun ini, tahun depan atau lebih lama lagi. Karenanya namanya buka bisnis baru, itu harus hati-hati betul. Karena itu saya juga belum berani ambil KUR. Harus kita pertimbangan matang-matang dulu," tegas Dadan.

Pagu 2024

Secara umum, pemerintah sendiri telah menetapkan pagu target Program KUR yang bakal coba direalisasikan pada 2024 ini. Melalui program tersebut, pemerintah berharap keberadaan KUR dapat membawa dampak dan manfaat yang sangat besar dalam mendorong perkembangan UMKM di Indonesia secara keseluruhan.

Khusus untuk 2024 ini, pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian telah memasang target penyaluran hingga mencapai Rp300 triliun sampai akhir tahun.

Dari total target tersebut, BRI sebagai salah satu bank penyalur telah diberikan jatah pagu hingga Rp165 triliun. Dengan pagu tersebut, BRI tercatat sebagai bank penyalur KUR terbesar secara nasional.

"Kami berkomitmen penuh untuk dapat memenuhi target tersebut sebagai bentuk konkret dukungan perusahaan atas pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia," ujar Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, dalam kesempatan terpisah.

Menurut Supari, pihaknya optimistis bahwa target tersebut cukup realistis untuk dipenuhi, mengingat telah tersedianya infrastruktur perusahan secara memadai.

Terlebih, BRI disebut Supari juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM. 

"Dari sisi infrastruktur, saat ini kami telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Lalu, kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka," tutur Supari.

Di sepanjang 2023 lalu, BRI tercatat berhasil merealisasikan penyaluran Program KUR hingga Rp163,3 triliun. Nominal penyaluran sebesar itu disalurkan kepada sedikitnya 3,5 juta debitur.

"Penyaluran (KUR) mayoritas dari sektor produksi, dengan kontribusi mencapai 57,38 persen terhadap total nilai yang terealisasi," tegas Supari. (TSA) 

SHARE