BANKING

Keuangan BTPN Syariah di Q3 Makin Tokcer, Ini Penyebabnya

Shifa Nurhaliza 21/10/2022 09:40 WIB

Transformasi BTPN Syariah dalam melayani masyarakat pra dan cukup sejahtera serta mewujudkan sharia digital ecosystem mampu mendorong kinerja perusahaan

Keuangan BTPN Syariah di Q3 Makin Tokcer, Ini Penyebabnya. (Foto: IDX Channel)

IDXChannel - Transformasi BTPN Syariah dalam melayani masyarakat pra dan cukup sejahtera serta mewujudkan sharia digital ecosystem for unbanked mampu mendorong kinerja Bank yang positif dan tumbuh berkelanjutan di tengah kondisi yang cukup menantang. 

Aspirasi ini turut membuka akses yang lebih luas lagi sehingga membawa dampak positif berkelanjutan demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat inklusi dan komunitasnya. 

"Untuk mendukung aspirasi tersebut, BTPN Syariah telah melakukan berbagai transformasi. Pertama, melalui akses pembiayaan (access to finance) untuk Mitra Tepat yang merupakan perpanjangan tangan Bank," ungkap Direktur BTPN Syariah (BTPS), Fahmy Achmad saat Media Briefin Laporan Keuangan BTPS, Kamis (20/10/22).

Di mana saat ini, lanjutnya, nasabah dan komunitasnya semakin mudah dalam melakukan transaksi keuangan seperti pelayanan setor dan tarik tunai, membuka rekening hingga membeli pulsa dan membayar tagihan. Selain itu aplikasi ini juga dilengkapi fitur biometric yang dibuat sesuai dengan karakter masyarakat inklusi

"Transformasi selanjutnya, akses pengetahuan (access to knowledge). Bank memberikan program pemberdayaan yang semakin inovatif dengan membuka akses digital kepada semua orang yang dapat terlibat aktif dalam pemberdayaan masyarakat inklusi. Melalui aplikasi Tepat Daya Platform, salah satunya melalui kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia, telah mampu melibatkan ratusan mahasiswa di seluruh Indonesia yang terlibat menjadi Sahabat Daya," katanya.

Tentu, bagi BTPS strategi ini dinilai tepat, mengingat generasi Z dan milenial lebih adaptif dengan teknologi. 

Adapun strategi ketiga yang dilakukan BTPS yakni akses persediaan (access to supply) melalui aplikasi Warung Tepat. Bagi nasabah yang sudah melek teknologi, aplikasi ini sangat membantu dalam mendapatkan persediaan barang tanpa harus pergi ke pasar, sehingga semakin mengefektifkan waktu nasabah untuk bisa fokus dalam usahanya sehari-hari. 

Saat ini perbankan juga sudah menyadari, bahwa kebutuhan nasabah yang sudah melek teknologi juga semakin luas terutama dalam mendapatkan akses pasar (access to market). Berangkat dari kebutuhan tersebut, Bank saat ini berkolaborasi partner-partner strategis yang memiliki semangat yang sama dalam membesarkan ekosistem digital bagi masyarakat inklusi ke depannya.

“Keempat akses tersebut menjadi bagian dari langkah-langkah Bank untuk semakin relevan dengan kebutuhan nasabah sehingga memiliki dampak berkelanjutan untuk kehidupan yang lebih baik bagi nasabah inklusi dan komunitasnya. Salah satu nasabah yang sudah merasakan dampaknya dalam mendapatkan access to supply adalah Ibu Nurjanah di Sleman Jogjakarta. Melalui aplikasi warung tepat, Ibu Nurjanah dapat dengan mudah melakukan pemesanan barang persediaan untuk usaha kelontongnya dengan harga yang terjangkau dan komplit, tanpa ada minimal transaksi,” tutur Fachmy Achmad-Direktur BTPN Syariah. 

Tentunya transformasi yang dilakukan oleh Bank membawa pertumbuhan yang positif dan terjaga terhadap kinerja keuangan bank. Hingga kuartal ketiga 2022, Bank telah mencapai Total Asset yaitu Rp 20,57 triliun dan pembiayaan mencapai Rp 11,35 triliun tumbuh 11% (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 10,21 triliun. Pertumbuhan pembiayaan ini disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap sehat tercermin dari Non Performing Financing (NPF) dibawah ketentuan regulator.

BTPS juga tercatat masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di level 50,4%, jauh di atas ketentuan dan rata-rata industri bank syariah. Adapun, dana pihak ketiga (DPK) dijaga di level yang efisien pada Rp 11,87 triliun. Kinerja keuangan yang tumbuh berkesinambungan ini memberikan laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp1,33 triliun. (SNP)

SHARE