BANKING

Kisah Silvergate, SVB, Signature, Tiga Bank AS Kolaps dalam Waktu Singkat

Maulina Ulfa - Riset 13/03/2023 14:31 WIB

Drama runtuhnya Sillicon Valley Bank dan Signature Bank dalam waktu berdekatan menjadi cambuk keras industri perbankan negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).

Kisah Silvergate, SVB, Signature, Tiga Bank AS Kolaps dalam Waktu Singkat. (Foto: SVB)

IDXChannel - Drama runtuhnya Sillicon Valley Bank dan Signature Bank dalam waktu berdekatan menjadi cambuk keras industri perbankan negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).

SVB Financial Group (SIVB.O) dilaporkan mengalami kebangkrutan pada Jumat (10/3). SVB menjadi bank terbesar yang gagal sejak krisis keuangan 2008. SVB mengalami keruntuhan tiba-tiba yang mengguncang pasar global, menyebabkan miliaran dolar uang milik perusahaan dan investor terdampar.

Dua hari berselang, otoritas AS mengumumkan kebangkrutan Signature Bank yang berbasis di New York pada Minggu (12/3/2023). Langkah tersebut diambil hanya dua hari setelah pihak berwenang menutup Silicon Valley Bank (SVB).

Signature Bank melaporkan saldo deposito sebesar USD89,17 miliar per 8 Maret. Per 31 Desember, Bank memiliki aset sekitar USD110,36 miliar.

Signature Bank menawarkan beragam produk dan layanan perbankan bisnis dan personal serta produk dan layanan investasi, pialang, manajemen aset dan asuransi melalui anak perusahaannya, Signature Securities Group Corporation, broker-dealer berlisensi dan penasihat investasi.

Signature Bank juga memiliki sejumlah klien kripto. Pada Desember 2022, Financial Times menulis Signature berencana untuk melepas simpanan hingga USD10 miliar yang terkait dengan industri kripto.

Sebelum kedua bank tersebut, AS juga melaporkan kolapsnya salah satu bank kripto terbesar Silvergate Capital (SI). Bank ini menghentikan operasi dan melikuidasi asetnya. Langkah ini dilakukan setelah jatuhnya pasar kripto di tahun lalu yang menyebabkan miliaran nasabah meninggalkan bank dalam beberapa bulan terakhir.

"Mengingat perkembangan industri dan peraturan baru-baru ini, Silvergate percaya bahwa penghentian operasi Bank secara tertib dan likuidasi sukarela Bank adalah jalan terbaik ke depan," kata bank asal La Jolla, California, AS, tersebut dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (9/3).

Rapuhnya Sistem Perbankan AS

Kolapsnya tiga bank yang lekat dengan industri kripto dan startup ini kian menegaskan kerentanan sistem perbankan di AS, pasca krisis keuangan 2008.

Otoritas AS meluncurkan langkah-langkah darurat pada hari Minggu untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah kegagalan SVB berpotensi memicu krisis keuangan yang lebih luas.

Setelah akhir pekan yang dramatis, regulator setempat mengatakan nasabah akan memiliki akses ke semua simpanan mereka mulai Senin dan menyiapkan fasilitas baru untuk memberi bank akses ke dana darurat. The Federal Reserve(The Fed) juga mempermudah bank untuk meminjam dana darurat.

Kondisi ini mendorong munculnya kekhawatiran tentang risiko perbankan yang lebih luas dan menimbulkan keraguan apakah The Fed akan tetap dengan rencananya untuk kenaikan suku bunga yang agresif.

"Kami pikir langkah-langkah yang diambil oleh The Fed, Departemen Keuangan dan Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) akan secara tegas mematahkan 'putaran malapetaka' psikologis di seluruh sektor perbankan regional. Namun, episode ini akan berkontribusi pada tingkat volatilitas bank yang lebih tinggi,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, Toronto.

Sementara pemerintahan Biden menggarisbawahi bagaimana kampanye hawkish tanpa henti oleh The Fed dan bank sentral utama lainnya untuk mengalahkan inflasi memberi tekanan pada sistem keuangan dan pasar global.

Adapun, SVB hidup di era cheap money selama puluhan tahun, dengan risiko yang membuatnya sangat rentan. Namun seiring kolapsnya bank yang terjadi minggu lalu, kekhawatiran bahwa bank regional lain memiliki kesamaan menyebar dengan cepat.

The Fed mengadakan pertemuan berikutnya pada 21-22 Maret. Analis Goldman Sachs mengatakan kemungkinan bank sentral AS itu tidak lagi menaikkan suku bunga di tengah tekanan di sektor perbankan. Goldman Sachs sebelumnya memperkirakan kenaikan 25 basis poin di bulan Maret ini.

"Apa yang harus diharapkan oleh investor besok dan seterusnya adalah bahwa kita akan menghadapi banyak risiko peristiwa," kata Michael Purves, kepala eksekutif Tallbacken Capital Advisors.

Seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS mengatakan tindakan yang diambil akan melindungi para nasabah atau deposan. Pemerintah juga akan terus memberikan dukungan tambahan untuk sistem perbankan yang lebih luas, namun pejabat dan regulator terus memantau stabilitas sistem keuangan.

Sebagai informasi, total simpanan di sistem perbankan AS telah meningkat secara dramatis dalam tiga tahun terakhir pada 2020 hingga 2021, hampir mencapai USD20 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

"Perusahaan tidak akan menerima bailout, tetapi para deposan akan dilindungi," kata pejabat itu, dikutip Reuters, Senin (13/3).

Disebutkan, risiko dana nasabah akan ditanggung oleh Dana Penjamin Simpanan, yang memiliki dana yang cukup untuk melakukannya. (ADF)

SHARE