Kukuh Pertahankan Suku Bunga, Ini Strategi BI Waspadai Risiko Kenaikan Inflasi
BI memastikan tetap akan mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) secara resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR ) di level 3,5 persen. Meski demikian, BI memastikan tetap akan mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan.
Langkah waspada tersebut diwujudkan dengan memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar Rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga. Karenanya, BI memperkuat sejumlah bauran kebijakan.
"Pertama, memperkuat operasi moneter sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang dan penjualan SBN di pasar sekunder," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, Kamis(21/7/2022).
Sementara langkah kedua, menurut Perry, adalah memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi melalui intervensi di pasar valas yang didukung dengan penguatan operasi moneter. Sedangkan langkah ketiga yaitu melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada suku bunga kredit konsumsi.
"Yang keempat, memperluas QRIS antarnegara antara lain melalui akselerasi implementasi, piloting dengan penyelesaian transaksi menggunakan mata uang lokal (local currency settlement) dengan negara-negara di Asia, serta melaksanakan Pekan QRIS Nasional untuk pencapaian target 15 juta pengguna baru," tutur Perry.
Selanjutnya, Perry menjelaskan, langkah kelima adalah operasionalisasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) khususnya Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) first mover berjalan lancar dan mempersiapkan implementasi second mover dengan target Desember 2022 serta memperluas QRIS crossborder, antara lain melalui piloting dan akselerasi implementasi.
Tak hanya itu, BI juga dikatakan Perry akan memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, serta bersama Kementerian Keuangan menyukseskan 6 (enam) agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.
Perry mengatakan bahwa pihaknya terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPIP dan TPID) untuk mengelola tekanan inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi serta mendukung ketahanan pangan.
"Guna menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap mendukung proses pemulihan ekonomi nasional, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal terus ditingkatkan. Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan," pungkasnya. (TSA)