Laba BTN Syariah Melesat 110,5 Persen, Spin Off dan Merger Makin Terang
Pertumbuhan kinerja BTN Syariah melesat sepanjang 2023, diyakini BTN jadi pendorong wacana spin off dan merger dengan bank syariah lain menguat.
IDXChannel - Emiten perbankan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memiliki alasan yang sangat kuat untuk segera spin off unit usaha syariahnya. Hal ini tak lepas dari pertumbuhan kinerja BTN Syariah yang sangat fenomenal sepanjang 2023.
BTN Syariah berhasil membukukan kenaikan aset sebesar 19,79% menjadi Rp54,3 triliun pada akhir 2023 dari Rp45,3 triliun pada posisi yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan aset BTN Syariah yang sudah lebih dari Rp50 triliun ini membuat perseroan memiliki kewajiban untuk melakukan spin off BTN Syariah dan mendirikan Bank Umum Syariah (BUS). Batas waktu nya paling lama dua tahun setelah aset tembus Rp50 triliun, atau terhitung sejak September 2023.
“Masalahnya, mendirikan BUS tidak mudah dan butuh waktu relatif lama. Maka itu, cara paling realistis adalah mengakuisisi BUS yang sudah ada. Saat ini kami sedang melakukan proses uji tuntas (due diligence) terhadap salah satu bank syariah yang teman teman sudah bisa menebak sendiri namanya,” kata Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu dalam paparan kinerja BTN, Senin (12/2/2023) tanpa menyebut identitas bank tersebut.
Nixon menjelaskan dalam melakukan due diligence terhadap bank syariah ini ada empat aspek yang dikalkukasi secara hati hati. Antara lain, aspek finansial dan portofolio, aspek legalitas dan semua perjanjian, audit teknologi dan kesiapan sumber daya manusia (SDM).
“Kami targetkan proses ini tuntas pada April 2024. Setelah itu, kami akan memutuskan soal kelanjutan akuisisi. Jadi, kalau teman teman bertanya soal struktur dan skema transaksi ataupun pricing, kami belum bisa jawab,” kata Nixon.
Kenaikan aset BTN Syariah ditopang oleh fundamental dan pertumbuhan bisnis yang solid. BTN Syariah mencatatkan nilai pembiayaan sebesar Rp37,1 triliun pada akhir 2023, melonjak 17,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp31,6 triliun.
Proporsi terbesar berasal dari pembiayaan KPR yang menjadikan BTN Syariah sebagai pemain utama di segmen ini.
“Banyak nasabah yang mengajukan KPR dengan akad syariah. Tren ini terus meningkat dengan permintaan yang terus bertumbuh terutama di daerah Jawa Barat, Aceh dan NTB,” kata Nixon.
Sementara itu, lonjakan pembiayaan berhasil diimbangi dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat 20,7% menjadi Rp41,8 triliun pada tahun 2023, dari tahun sebelumnya sebesar Rp34,64 triliun.
Sementara itu, kenaikan sisi pendanaan yang lebih tinggi dari pembiayaan tersebut menunjukkan perseroan memiliki likuiditas yang kuat sekaligus tingginya tingkat kepercayaan publik untuk menyimpan dananya di BTN Syariah.
Berbagai pencapaian itu berdampak signifikan ke perolehan laba bersih yang mencapai Rp702,3 miliar, atau melonjak 110,5% dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp333,6 miliar.
Ditinjau dari sisi manapun, yakin Nixon, BTN Syariah bukan hanya layak di spin off juga mampu menampung bank syariah lain untuk di merger.
“Setelah merger dan menjadi BUS, kami optimistis BTN Syariah akan tumbuh lebih pesat lagi dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat serta berkontribusi signifikan untuk memajukan industri perbankan syariah,” kata Nixon.
sekadar info, BTN tengah melakukan proses uji tuntas (due diligence) terhadap Bank Muamalat. Proses ini akan menentukan kelanjutan agenda akuisisi dan merger. Kementerian BUMN sendiri menargetkan agenda korporasi ini bisa dituntaskan pada semester I-2024 ini.
Kementerian Agama sebagai pemegang kuasa pemegang saham pengendali, melalui Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), juga sudah memberi restu. Divestasi saham Bank Muamalat ke BTN akan memberikan dampak positif.
Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengatakan merger BBTN dan Bank Muamalat merupakan bagian dari penguatan yang tengah dicoba oleh pemerintah. Hal ini agar bank-bank syariah dapat lebih fokus dan mampu melakukan pembagian tugas di sistem keuangan Indonesia.
"Selama itu membawa perbaikan, dan tentunya merger ini kan bagian dari yang diperhitungkan disitu. Kalau memang itu kebaikannya banyak, ya kita dukung. Ini bagian dari penyehatan perbankan kita," ujar Saiful beberapa waktu lalu.
Otoritas Jasa Keuangan pun menyambut baik rencana tersebut demi terciptanya industri perbankan syariah yang jauh lebih maju dan berkembang. OJK beralasan Indonesia setidaknya membutuhkan dua atau tiga bank syariah besar untuk menciptakan persaingan yang sehat di industri tersebut.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, rencana Bank BTN mengakusisi Bank Muamalat sedang berada pada tahap pembicaraan antara kedua perusahaan tersebut.
“Sekarang tidak sehat (karena) dalam satu pasar syariah sekarang ada satu bank besar banget dan yang lain kecil-kecil itu nggak sehat. Perlu ada persaingan sehat dan bantu persaingan bank syariah dengan (bank) konvensional di playing field yang sama. Sekarang kecil-kecil itu nggak akan nendang,” jelas Dian
Dian melanjutkan, saat ini memang ada instrumen pemaksaan berupa Undang-Undang yang dapat mempercepat proses merger atau konsolidasi di sektor perbankan syariah. Namun, menurut Dian, OJK tetap akan memberikan ruang bagi bank untuk saling melakukan pendekatan dengan bank lain untuk konsolidasi. (*)