Laba Maybank (BNII) Melonjak Jadi Rp576 Miliar di Semester I-2025
Maybank (BNII) mencatatkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) hingga 348,1 persen menjadi Rp576 miliar pada semester I-2025.
IDXChannel - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatatkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) hingga 348,1 persen menjadi Rp576 miliar pada semester I 2025.
Peningkatan ini didukung oleh laba operasional yang membaik serta penurunan biaya provisi yang drastis.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan mengatakan, pihaknya juga mencatat peningkatan pada pendapatan top line pada semester I-2025. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang berkelanjutan pada segmen-segmen utama, sehingga turut mendorong pendapatan bunga yang lebih tinggi dan yield terhadap saldo kredit.
Di sisi lain, pengelolaan biaya provisi secara preemptive tahun sebelumnya telah mendorong Maybank menyesuaikan level pencadangan dalam rentang risk tolerance yang ditetapkan.
“Kami telah berada di jalur yang tepat dalam memperkuat segmen utama bank yakni, wealth, pembiayaan otomotif, UMKM, dan korporasi lokal skala besar, yang terus menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan di tengah tantangan ekonomi global. Upaya rebalancing portofolio kredit bank diharapkan dapat memperkuat kesiapan kami dalam menghadirkan solusi sejalan dengan strategi super growth melalui pendekatan oneMaybank," kata Steffano dalam keterangan resmi, Rabu (30/7/2025).
Adapun Laba Operasional Sebelum Provisi (Pre-Provisioning Operating Income) meningkat 2,8 persen YoY menjadi Rp1,24 triliun, meskipun biaya overhead naik 5,8 persen sehubungan dengan pembaruan infrastruktur teknologi informasi, realisasi inisiatif strategis M25+, serta investasi pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Biaya provisi turun drastis 46,2 persen pasca pencadangan pre-emptive tahun sebelumnya.
Pendapatan Bunga tumbuh 5,1 persen menjadi Rp6,64 triliun sehubungan dengan loan average balance yang membaik dan manajemen pricing di tengah kondisi penyaluran kredit yang ketat. Pendapatan Bunga Bersih (Net Interest Income/NII) meningkat 1,7 persen menjadi Rp3,57 triliun meski biaya bunga tetap tinggi.
Pendapatan Non-Bunga (Non-Interest Income/NOII) meningkat 19 persen menjadi Rp975 miliar, ditopang pendapatan fees Global Market (GM) yang tumbuh lebih dari tiga kali lipat mencapai Rp178 miliar. Gross Operating Income naik 5,0 persen menjadi Rp4,55 triliun.
Di tengah berbagai tantangan, Maybank Indonesia tetap fokus dalam memperkuat portofolio kredit pada segmen-segmen utama, yakni segmen UKM, korporasi lokal skala besar, dan ritel. Kredit segmen ritel dan non-ritel Community Financial Services (CFS) tumbuh 9,2 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp84,51 triliun.
Kredit segmen non-ritel naik 12,1 persen menjadi Rp37,50 triliun, didukung kredit segmen Business Banking (Komersial) yang tumbuh 17,5 persen, kredit SME+ dan Retail SME (RSME) yang masing-masing tumbuh 10 persen dan 8,1 persen.
Sementara, kredit ritel CFS mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,0 persen yoy menjadi Rp47,01 triliun. Hal ini didukung oleh kredit otomotif anak perusahaan yang naik 9,0 persen di tengah pasar otomotif dalam negeri yang belum bergairah.
Kredit pemilikan rumah (KPR) meningkat 4,4 persen dan kredit konsumer (kartu kredit & KTA) tumbuh 6,3 persen.
Kredit segmen Large Local Corporates yang merupakan bagian dari Global Banking (GB) tetap melanjutkan pertumbuhannya sebesar 31,5 persen menjadi Rp13,85 triliun. Bank menerapkan strategi rebalancing pada portofolio GB sehubungan dengan low-yielding corporate loans yang turun 34,4 persen, sehingga total kredit yang disalurkan GB turun 18,5 persen.
Maybank menempuh upaya rebalancing terhadap portofolio kreditnya, sehingga total kredit yang dicatat bank tersebut turun tipis sebesar 1,1 persen yoy menjadi Rp121,69 triliun oleh karena kredit korporasi yang menurun meski telah diimbangi oleh kinerja positif dari kredit ritel dan non-ritel CFS.
Simpanan nasabah tetap stabil sebesar Rp114,70 triliun. Namun demikian, giro meningkat 14,2 persen menjadi Rp41,70 triliun didukung utamanya oleh simpanan segmen non-ritel.
Secara rinci, tabungan stabil sebesar Rp22,80 triliun, sedangkan Deposito Berjangka turun 10,8 persen sejalan dengan strategi bank untuk meningkatkan rasio CASA yang menjadi 56,2 persen pada Juni 2025 dari 51,3 persen pada Juni 2024.
Platform digital Bank mengalami pertumbuhan yang kuat. Transaksi pada M2U (ritel) meningkat 24,6 persen menjadi lebih dari 14 juta, sedangkan M2E (korporasi) mencatat kenaikan 14,0 persen menjadi lebih dari 2,4 juta transaksi.
Kualitas aset menguat dengan rasio Non-performing Loans/NPL membaik sebesar 2,4 persen (gross) dan 1,5 persen (net) pada Juni 2025 dari 2,7 persen (gross) dan 1,7 persen (net) pada Juni 2024. Saldo NPL menurun sebesar 12,3 persen secara yoy.
Rasio Loan to Deposit/LDR Bank saja tercatat sebesar 89,1 persen, dan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio/LCR) Bank saja tetap pada tingkat yang sehat sebesar 152,2 persen, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100 persen.
Net Stable Funding Ratio/NSFR Bank saja berada pada level 106,8 persen. Sementara itu, Rasio Kecukupan Modal (CAR) tetap kuat pada level 26,6 persen dan CET1 pada level 25,4 persen.
Kinerja Maybank Syariah
Laba Sebelum Pajak (PBT) Perbankan Syariah Maybank Indonesia sebesar Rp315 miliar, meningkat dari Rp6 miliar pada semester pertama 2024 seiring dengan biaya provisi yang menurun.
Pendapatan Setelah Distribusi Bagi Hasil (Net Interest Income/NII) meningkat sebesar 18,2 persen, dan pendapatan operasional lainnya (Fee-based Income) tumbuh 20,7 persen menjadi Rp122 miliar didukung pendapatan dari Shariah Wealth Management, asset recovery, dan biaya simpanan nasabah.
Pembiayaan ritel dan non-ritel CFS tumbuh 14,5 persen menjadi Rp21,44 triliun. Pembiayaan non-ritel meningkat 18,8 persen, ditopang pertumbuhan segmen Business Banking sebesar 20,0 persen, SME+ sebesar 13,7 persen, dan RSME sebesar 19,5 persen.
Pembiayaan ritel meningkat 9,9 persen, didukung pertumbuhan pembiayaan pemilikan rumah sebesar 9,6 persen dan pembiayaan otomotif sebesar 12 persen.
Giro dan Tabungan (CASA) Perbankan Syariah meningkat 15,6 persen, sedangkan Deposito Berjangka turun 18,2 persen, sejalan dengan strategi Bank untuk mengoptimalkan struktur pendanaan yang efisien. Simpanan nasabah tetap stabil sebesar Rp34,50 triliun, dan rasio CASA meningkat menjadi 60,0 persen pada Juni 2025 dari 51,5 persen pada Juni 2024.
Kualitas aset Perbankan Syariah tetap terjaga di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Rasio Gross Non-Performing Financing/NPF (gross) tetap stabil sebesar 2,4 persen pada Juni 2025 dan 2024, sementara rasio NPF (net) membaik menjadi 1,6 persen pada Juni 2025 dari 1,8 persen pada Juni 2024.
(Febrina Ratna Iskana)