Makin Banyak Rumah Tangga yang Ngutang di Januari 2023
BI melaporkan permintaan pembiayaan baru rumah tangga melalui utang atau kredit terindikasi meningkat pada Januari 2023 sebesar 10,6 persen
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) melaporkan permintaan pembiayaan baru rumah tangga melalui utang atau kredit terindikasi meningkat pada Januari 2023 sebesar 10,6 persen dari total responden. Sedangkan bulan sebelumnya terpantau 9,5 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, mayoritas rumah tangga mengajukan jenis pembiayaan berupa Kredit Multiguna dan memilih bank umum sebagai sumber utama penambahan pembiayaan.
"Menurut tingkat pengeluaran responden, mayoritas pengajuan penambahan pembiayaan pada Januari 2023 dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta per bulan, yaitu sebesar 41,4% dari total pengajuan, menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ujarnya di Jakarta, Jumat (17/2/2023).
Di sisi lain, permintaan pembiayaan oleh rumah tangga dengan pengeluaran Rp3-5 juta dan di atas Rp5 juta per bulan terpantau meningkat dibandingkan Desember 2022 dengan pangsa masing-masing sebesar 38,1% dan 20,5%.
"Sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan antara lain, koperasi dan leasing," terang Erwin.
Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan yang diajukan rumah tangga pada Januari 2023 KMG dengan pangsa pasar 44,5 persen dari total pengajuan pembiayaan baru.
Disusul Kredit Kendaraan Bermotor atau KKB (22,9 persen), Kredit Pemilikan Rumah atau KPR (11,6 persen, Kredit Peralatan Rumah Tangga (10,1 persen) dan kartu kredit (3,9 persen).
Pada bulan pertama tahun ini, pengajuan KKB, KMG, dan kredit peralatan rumah tangga terindikasi meningkat. Sementara KPR terindikasi melambat dan kartu kredit terpantau relatif stabil.
Sementara itu, BI juga mencatat permintaan pembiayaan korporasi pada Januari 2023 terindikasi tumbuh positif. Hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 12,1%.
Pertumbuhan itu ditopang oleh sektor infokom, sementara perlambatan antara lain terjadi pada sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan, penurunan terjadi pada sektor reparasi mobil dan motor.
Perlambatan yang terjadi, kata Erwin, adalah dampak dari penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik atau ekspor.
"Mayoritas pembiayaan terutama bersumber dari dana sendiri, diikuti oleh pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik, pinjaman/utang dari perusahaan induk, dan penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri," tukas Erwin.
(FAY)