BANKING

Pentingnya Ekosistem Open Banking untuk Inovasi Keuangan

Dian Kusumo Hapsari 02/08/2024 14:03 WIB

Pemimpin dan pakar terkemuka dari sektor keuangan dan teknologi menggelar diskusi terkait masa depan inovasi keuangan

Pentingnya Ekosistem Open Banking untuk Inovasi Keuangan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemimpin dan pakar terkemuka dari sektor keuangan dan teknologi menggelar diskusi terkait masa depan inovasi keuangan yang bertajuk "Open Banking Ecosystem: The Future of Financial Innovation." 

Acara yang menjadi bagian dari event Digital Transformation Indonesia Conference and Expo (DTI-CX) ini diadakan di JCC Senayan pada tanggal 31 Juli hingga 1 Agustus 2024.

Ekosistem open banking memberikan peluang besar bagi lembaga keuangan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, mendorong inklusi keuangan, dan menggerakkan inovasi. Dengan mengadopsi open banking, kita dapat menciptakan lanskap keuangan yang lebih transparan dan efisien.

Diskusi dibuka dengan pidato dari Munadi Herlambang, Direktur Institusional PT Bank Negara Indonesia (BNI), yang menayangkan data peningkatan inklusivitas dari 85,1 persen pada tahun 2022 menjadi 88,7 persen pada akhir tahun 2023, dengan 30 juta pedagang telah menerima QRIS sebagai metode pembayaran mereka. Pemerintah Indonesia menargetkan tingkat persentase inklusi keuangan hingga 90 persen populasi.

Raine Renaldi, Ketua Komite Ekonomi dan Aset Digital, KADIN, yang menyoroti dampak ekonomi positif dari open banking, dengan menunjukkan bagaimana open banking melahirkan berbagai kesempatan usaha dan inovasi baru. Akses open banking juga memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan penawaran yang lebih relevan terhadap pelanggan mereka.

Aries Setiadi, Direktur Eksekutif, AFTECH, menyebutkan bahwa saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 25 bisnis model fintech. Fintech melengkapi layanan perbankan dengan meningkatkan inklusi keuangan,  memberikan edukasi konsumen, dan mempromosikan kesejahteraan keuangan melalui layanan seperti asuransi dan investasi. 

Salah satu tujuan fintech juga untuk menghubungkan layanan perbankan dengan solusi teknologi bagi berbagai industri. 

Sigit Prihatmoko, Wakil Presiden Pusat Inovasi Korporat, BNI, berbagi wawasan bagaimana BNI terus meningkatkan penawaran layanannya untuk terus mengikuti perkembangan teknologi. Ia menyebutkan ekosistem spesifik yang tengah digarap oleh BNI, seperti di kalangan universitas dan layanan kesehatan. 

Kolaborasi dengan penyedia jasa teknologi lainnya menjadi kunci untuk inovasi berkelanjutan.
Ferdy Nandes, Direktur Bisnis, Aspire Indonesia, turut mendukung pernyataan tersebut dan menyoroti bahwa banyak miskonsepsi bahwa perusahaan fintech merupakan saingan dari layanan perbankan. Padahal, perusahaan fintech ada untuk menjadi perpanjangan layanan perbankan bagi bisnis, UMKM, maupun masyarakat yang lebih luas. Sistem open banking memungkinkan pengembang pihak ketiga meningkatkan pengalaman pelanggan melalui produk keuangan yang dioptimalkan bagi kebutuhan industri.

Ferdy juga menguraikan bagaimana open banking melalui produk B2B Aspire dapat menyederhanakan proses manajemen keuangan dan meningkatkan control atas keuangan bisnis. "Misi kami adalah untuk memberikan solusi end-to-end bagi klien B2B," kata Nandes. Ia juga menyebutkan tiga kunci yang harus diperhatikan untuk dapat terus relevan: product, people, dan process.

Tom West, CFA, Direktur, Juicebox, menambahkan bahwa ada risiko dari setiap inovasi. Kejelasan regulasi penting untuk membantu membangun kepercayaan yang dibutuhkan investor asing.

KADIN, sebagai perwakilan pengusaha yang aktif menjalankan bisnis, berperan penting sebagai jembatan komunikasi antara regulator kebijakan dan kebutuhan bagi bisnis untuk terus berkembang. AFTECH, sebagai asosiasi fintech membantu anggotanya untuk menerapkan kode etik berbisnis untuk terus menjaga kepercayaan customer demi perkembangan industri fintech yang berkelanjutan.

Para panelis secara kolektif sepakat bahwa masa depan inovasi keuangan terletak pada upaya kolaboratif dari berbagai pelaku ekosistem fintech untuk menunjang tingkat keberhasilan inovasi. Rimko menambahkan bahwa PWC percaya di tahun 2030, hanya 60 persen layanan perbankan akan dijalankan oleh internal bank tersebut. 20 persen lainnya akan disalurkan melalui layanan embedded finance, 15 persen dalam bentuk kerjasama dengan layanan fintech, dan sisanya akan disalurkan oleh perusahaan teknologi untuk mengisi gap layanan perbankan di pasar.

(Dian Kusumo Hapsari)

SHARE