BANKING

Perbankan Regional AS Masih Hadapi Risiko Pasca Krisis SVB di 2023

Maulina Ulfa - Riset 08/03/2024 14:16 WIB

Perbankan regional Amerika Serikat (AS) menghadapi sejumlah tantangan keuangan menjelang setahun pasca krisis pada Maret 2023 lalu.

Perbankan Regional AS Masih Hadapi Risiko Pasca Krisis SVB di 2023. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Perbankan regional Amerika Serikat (AS) menghadapi sejumlah tantangan keuangan menjelang setahun pasca krisis pada Maret 2023 lalu.

Pada Rabu (7/3/2024), New York Community Bancorp (NYCB) telah memicu kegelisahan pasar setelah mengatakan pihaknya kehilangan 7 persen simpanannya di bulan yang penuh gejolak ini.

Kondisi terbaru NYCB ini memunculkan kelemahan baru di sektor perbankan AS setelah perusahaan tersebut mengungkapkan kerugian besar dan memperingatkan kelemahan material dalam pengendalian internalnya.

Kekhawatiran ini ditandai anjloknya saham NYCB pada perdagangan intraday Rabu (6/3) lebih dari 40 persen dan merupakan pengingat bahwa kelemahan di sektor bank regional masih berlanjut.

Harga saham NYCB mengalami penurunan sebanyak 42 persen ke level terendah intraday.

Penurunan tajam ini terjadi di tengah laporan media  bahka keuangan bank regional tersebut sedang bermasalah dan mencari suntikan dana tunai dari investor eksternal untuk meningkatkan neraca keuangannya.

Berita ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kesehatan keuangan NYCB.

Bank tersebut telah mengungkapkan beberapa tanda-tanda yang meresahkan investor pada awal tahun 2024, termasuk pengungkapan “kelemahan material” dalam kontrol tinjauan pinjaman internalnya.

NYCB juga melaporkan kerugian yang signifikan pada kuartal keempat 2023, dan menunjuk CEO baru setelah CEO sebelumnya mengundurkan diri.

Kombinasi dari faktor-faktor ini, ditambah dengan berita mengenai upaya mencari suntikan dana tunai, memicu aksi jual investor, sehingga menyebabkan penurunan harga saham secara signifikan.

Namun, saham NYCB kembali menguat setelah mengumumkan kesepakatan dengan kelompok investor, yang dipimpin oleh bankir investasi dan firma mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin terkait suntikan modal.

Berita ini tampaknya memulihkan kepercayaan pasar, dan harga saham NYCB kembali melonjak secara signifikan. Pada perdagangan Kamis (7/3), saham NYCB naik 5,78 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Meski demikian, hal ini berdampak turunnya ETF bank regional sekitar 3 persen pada tanggal 6 Maret, karena sebagian besar penurunan hanya terjadi pada saham NYCB, yang hanya mewakili 1,3 persen dari portofolio dana tersebut.

Informasi saja ETF (Exchanged Traded Fund) adalah adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa saham.

Sebelumnya, krisis bank regional pada Maret 2023 menghantam pasar modal hampir tepat satu tahun yang lalu, ketika Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut, dan ETF bank regional turun 30 persen dalam dua minggu pertama bulan Maret.

Jatuhnya saham NYCB ini juga merupakan pengingat bagi investor bahwa kelemahan sektor bank regional yang terungkap pada tahun 2023 masih bisa berlanjut.

Terutama dampaknya bagi sektor properti alias real estat komersial yang menghadapi hambatan ekonomi yang luar biasa, termasuk suku bunga yang tinggi dan tingkat hunian yang rendah, sehingga meningkatkan risiko gagal bayar pinjaman di bank-bank regional.

Krisis bank regional pada tahun 2023 dan jatuhnya saham NYCB pada tahun 2024 menyoroti keterhubungan sistem keuangan dan potensi kerentanan lembaga-lembaga regional selama periode suku bunga yang lebih tinggi dan aktivitas ekonomi yang melambat.

Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya manajemen risiko dan diversifikasi bagi bank-bank dari semua ukuran dan ETF yang menampungnya.

Investor sebaiknya meninjau kembali apa yang menyebabkan krisis pada tahun 2023, bagaimana pasar bereaksi dan bagaimana dampaknya terhadap ETF bank regional, untuk memahami lebih dalam mengenai risiko apa yang masih ada dan apakah krisis seperti itu dapat terjadi lagi pada 2024.

Sebagai kilas balik, krisis bank regional 2023 merupakan rangkaian kegagalan dan kebangkrutan bank yang terjadi pada bulan-bulan awal tahun 2023 dengan dampak terbesar terhadap ETF bank daerah terjadi pada bulan Maret.

Sebagai kilas balik, peristiwa-peristiwa penting dan faktor-faktor yang berkontribusi dalam kebangkrutan SVB mencatatkan kerugian sebesar USD1,8 miliar dan penurunan peringkat kredit.

Imbasnya, perusahaan ini mengalami bank run karena nasabah-nasabah dengan kekayaan tinggi menarik simpanan miliaran dolar, sehingga menyebabkan keruntuhannya.

Menyusul kegagalan SVB, bank regional lain seperti Signature Bank dan First Republic Bank juga menghadapi kesulitan serupa.

Harga saham sejumlah turun secara signifikan, dan kekhawatiran terhadap kesehatan sektor perbankan regional meningkat.

Guna meredam krisis tersebut, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) turun tangan untuk menangani bank-bank yang gagal, melindungi simpanan yang diasuransikan dan memfasilitasi penjualan atau merger mereka dengan lembaga lain.

Dampaknya, investasi dana yang diperdagangkan di bursa di bank regional turun hampir 30 persen dalam dua minggu pertama bulan Maret 2023, sebagaimana diukur oleh SPDR S&P Regional Bank ETF (KRE).

Informasi saja KRESPDR S&P Regional Banking ETF adalah pelacak indeks saham perbankan regional AS.

Melansir Yahoo Finance, kelemahan mendasar yang menyebabkan krisis bank regional pada tahun 2023 masih akan terjadi pada tahun 2024.

Kondisi suku bunga yang lebih tinggi saat ini dan tingkat hunian yang lebih rendah memberikan tekanan pada perusahaan real estat komersial dan bank regional yang meminjamkan uang kepada mereka. (ADF)

SHARE