Pergerakan Rupiah Masih Dibayangi Tensi Perang Dagang hingga Suku Bunga Global
Untuk meredam gejolak, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar NDF offshore meskipun pada hari libur.
IDXChannel - Pasar keuangan global sepanjang 2025 diwarnai oleh ketidakpastian akibat memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya, serta kekhawatiran potensi resesi di negara maju.
Kondisi ini memberi tekanan pada nilai tukar rupiah yang sempat terdorong ke level sekitar Rp17.300 per USD di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) pada awal April 2025.
Untuk meredam gejolak, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar NDF offshore meskipun pada hari libur. Hasilnya, pelemahan rupiah berhasil ditekan.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter BI Juli Budi Winantya menyebutkan, hingga 22 Juli 2025, NDF USD/IDR menguat 3,73 persen dibandingkan posisi 7 April 2025.
“Dengan stabilitas nilai tukar ini, inflasi barang impor bisa tetap terkendali dan kapasitas perekonomian Indonesia masih cukup untuk memenuhi permintaan yang timbul,” ujar Juli dalam acara pelatihan wartawan Bank Indonesia di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025).
Menurutnya, pergerakan rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh kebijakan tarif dagang AS dan langkah pelonggaran moneter bank sentral global.
"Ketidakpastian global masih akan dipengaruhi kebijakan tarif AS dan suku bunga global," katanya.
Stabilitas rupiah juga didukung oleh kinerja perdagangan yang solid, termasuk surplus signifikan pada kuartal II-2025, serta cadangan devisa mencapai USD152 miliar atau setara 6,3 bulan impor yang jauh di atas standar kecukupan internasional.
Saat ini, rupiah masih bertahan di bawah Rp16.500 per USD, sehingga memberi ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
(DESI ANGRIANI)