BANKING

Pernah Menjabat CEO Termuda BRI (BBRI), Sisilia: Siapa Bilang Perempuan Tak Bisa Memimpin?

Kunthi Fahmar Sandy 12/10/2021 16:04 WIB

Sejak tahun 2015, Sisilia pun tergabung dalam komunitas di bidang pendidikan dan lingkungan.

Pernah Menjabat CEO Termuda BRI (BBRI), Sisilia: Siapa Bilang Perempuan Tak Bisa Memimpin? (FOTO:Instagram @Sisi.li.a)

IDXChannel – Sisilia, perempuan muda berusia 22 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, merasakan hebatnya menjabat sebagai orang nomor satu di bank milik negara, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.  

Sisilia menjadi Direktur Utama BRI selama sehari melalui program Girls Take Over. Penunjukan tersebut bukan tanpa alasan. Di kampung halamannya, Sisilia memang memiliki latarbelakang yang memang membanggakan.  

Salah satu finalis Girls Take Over tersebut pernah menjadi educator dan Plt Kepala Sekolah Pendidikan Usia Dini yang membawahi empat kelas besar di sebuah Lembaga Pendidikan swasta di kota Kupang. Sejak tahun 2015, Sisilia pun tergabung dalam komunitas di bidang pendidikan dan lingkungan.  

"Siapa bilang perempuan tidak bisa memimpin karena perempuan kurang rasional dan terlalu emosional? siapa bilang nasib perempuan harus memilih antara peranan domestik atau peranan publik?," tulis akun IG Sisil dengan nama @sisi.li.a seperti dikutip Selasa (12/10/2021). 

"Yup, benar sekali. Jawabannya adalah Konstruksi sosial di masyarakat yang masih meragukan kepemimpinan perempuan," lanjut dia. 

"Saat ini, memang sudah banyak perempuan yang menjadi pemimpin baik di bidang politik, pendidikan dan kemanusiaan, jurnalisme dan juga organisasi yang bergerak dalam bidang kesetaraan gender. Namun, perlu diakui bahwa dibandingkan dengan laki-laki, presentasi pemimpin perempuan masih jauh lebih sedikit," sambung dia. 

Terutama di bidang sains, teknik, teknologi dan politik. 

"Kabar baiknya adalah diri kita, siapapun kita entah laki laki maupun perempuan, entah muda maupun tua. Kita punya loh kesempatan yang sama untuk memberikan pemahanam mengenai isu kesetaraan ini. Hal ini bisa diupayakan tidak harus langsung melalui gebrakan luar biasa tetapi juga dengan hal hal kecil sesederhana terlebih dahulu mengenal diri kita dan mengekspos diri kita terhadap pengetahuan mengenai kesetaraan gender dan perasamaan hak di tengah keberagaman dan perbedaan yang ada," katanya. 

Menjadi perempuan berarti menjadi berani untuk disalahkan. Berani untuk terus maju terlepas dari segala stereotipe yang didikte oleh masyarakat terhadap perempuan. Perempuan harus berani memperjuangkan posisinya untuk menjadi pemimpin bukan untuk mematikan atau mengecilkan peran laki laki tetapi untuk menjadi setara (equal) dan mendapatkan kesempatan yang sama. 

"Semoga mimpi tentang Indonesia dan dunia yang setara gender terutama dalam bidang kepemimpinan bukanlah sesuatu yang hanya sekadar mimpi di siang bolong. Aku percaya bahwa semakin banyak diberikan kesempatan, perempuan semakin mampu membuktikan dan menunjukkan bahwa kaum kami hebat dan kami bisa menjadi pemimpin," harap dia. 

Sebelumnya, program Girls Take over merupakan kampanye global yang diinisiasi oleh Plan International dan diselenggarakan serentak di 75 negara setiap tahun. Kampanye tersebut untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional (International Day of the Girls) yang jatuh pada 11 Oktober.  

Tahun ini, temanya adalah kesetaraan gender dan kepemimpinan perempuan di dunia kerja. Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) berkolaborasi dengan Kementerian BUMN dan Srikandi BUMN sejak 17 Agustus hingga Oktober 2021 untuk memperingati hari Anak Perempuan Internasional tersebut.  

Selain Sisilia, ada lima perempuan muda lainnya dari berbagai provinsi yang terpilih sebagai finalis untuk mengambil alih (takeover) Menteri Badan Usaha Milik Negara dan lima Dirut BUMN selama sehari melalui program Girls Take Over.  

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa program berskala internasional tersebut sejalan dengan upaya perseroan dalam mendukung kesetaraan gender. Menurutnya, Sisilia adalah cerminan perempuan muda Indonesia yang multi talenta, yang dapat menciptakan nilai untuk kemajuan masyarakat seperti halnya visi BRI.  

Di BRI, lanjut Sunarso, penerapan kesetaraan gender dijamin dengan baik. Manajemen BRI berkomitmen untuk selalu menjaga agar dalam lingkungan kerja tidak terdapat diskriminasi dalam hal gender, suku, agama, serta ras.  

“Kesempatan kerja dan pengembangan karir di BRI dilakukan dengan memperhatikan kompetensi setiap individu melalui metode yang terukur. Komitmen ini dapat dilihat dari perbandingan pekerja wanita dan pria di BRI,” ujarnya. 

Dukungan BRI terhadap kesetaraan gender terlihat pada komposisi pekerja BRI. Berdasarkan data pada akhir 2020, rerata komposisi untuk pekerja perempuan adalah mencapai 42,36% dan pria 57,64%.  

Melalui dukungan terhadap kesetaraan gender pun BRI ingin sejalan dengan program Kementerian BUMN yang menargetkan keterwakilan perempuan di Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan satu level di bawah direksi BUMN sebesar 15% pada 2021 dan 25% pada 2023.

(SANDY)

SHARE