Purbaya Kritik Alat Ukur Likuiditas Perbankan Kurang Akurat
Menurutnya, likuiditas bank dalam kondisi ample atau berlebih, tidak sepenuhnya menggambarkan situasi riil sektor keuangan.
IDXChannel - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti perbedaan antara kondisi likuiditas perbankan di atas kertas dengan kenyataan di lapangan.
Menurutnya, likuiditas bank dalam kondisi ample atau berlebih, tidak sepenuhnya menggambarkan situasi riil sektor keuangan.
"Kalau Anda tanya OJK, selalu bilang ample, dari zaman dulu juga begitu. Dari zaman Agustus, ample banyak duit, tapi uangnya di BI," kata Purbaya di kantornya, Jakarta, Jumat (17/10/2025).
OJK dan lembaga lain diminta untuk memperbarui alat ukur likuiditas perbankan agar lebih akurat. Indikator yang umum digunakan saat ini seperti AL per NCD atau AL per DPK belum cukup mencerminkan kondisi di sektor keuangan.
“Dulu waktu di KSSK saya selalu bilang coba deh, alat likuid per NCD, alat likuid per DPK, itu hitungannya bagus semua. Tapi kenyataannya beda di lapangan. Artinya alat ukurnya salah,” tuturnya.
Sementara itu, penempatan dana pemerintah di bank pembangunan daerah (BPD) justru didorong oleh kondisi lapangan yang menunjukkan masih adanya kebutuhan likuiditas di daerah.
Dia mencontohkan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta agar pemerintah pusat menempatkan dana di BPD Jawa Timur untuk kemudian disalurkan ke bank-bank lain di wilayah tersebut dengan bunga yang lebih kompetitif.
“Kalau saya ngomong dengan bank daerahnya, waktu itu saya ketemu Bu Khofifah. Mereka minta emang bisa nggak ke kami, karena dari situ akan disalurkan ke bank-bank BPD lain di Jawa Timur, dengan bunga murah yang mereka suka,” kata dia.
(DESI ANGRIANI)