Ramai-Ramai Longgarkan Kebijakan Moneter, Era Suku Bunga Rendah Dimulai
The Fed, Bank Sentral China, dan Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan. Ini menjadi pertanda telah dimulainya era suku bunga rendah.
IDXChannel - The Fed memutuskan menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam rangka untuk menjaga stabilitas ekonomi Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan tingkat pengangguran.
Pemangkasan Fed Fund Rate sebesar 50 bps ini di atas estimasi konsensus (25 bps) sekaligus penurunan suku bunga pertama dalam empat tahun.
Panin Sekuritas dalam risetnya menunjukkan, untuk pemangkasan suku bunga ke depannya, The Fed akan melihat pada kinerja ekonomi dalam beberapa bulan mendatang.
Dari sisi lain, pemimpin Kongres mengumumkan RUU perpanjangan anggaran sementara untuk mencegah government
shutdown pada 1 Oktober mendatang jika tidak ada persetujuan Kongres.
"Pekan ini terdapat rilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) meliputi data inflasi dan kinerja
konsumsi," ujarnya, Jakarta, Selasa (24/9).
Sejauh ini, hasil konsensus para analis dan pelaku pasar yang dihimpun oleh Bloomberg, memperkirakan kinerja konsumsi pribadi AS akan naik 2,9 persen pada kuartal II-2024.
Dari China, People's Bank of China (PBoC) secara tak terduga menurunkan suku bunga repo 14 hari sebesar 10 basis poin menjadi 1,85 persen.
"PBoC juga menyuntikkan likuiditas sebesar CNY74,5 miliar ke dalam sistem perbankan. Selain itu, PBoC memompa CNY160,1 miliar melalui reverse repo tujuh hari, mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 1,7 persen," katanya.
Dari domestik, Bank Indonesia juga menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6 persen seiring dengan strategi moneter BI yang pro-market sejalan dengan risiko global khususnya dari nilai tukar Rupiah yang melemah, serta laju inflasi domestik yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen.
"Selain itu, BI juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan terus mencermati ruang untuk menurunkan suku bunga acuannya ke depannya," menurut riset tersebut.
Di sisi lain, BI juga mendorong pertumbuhan sektor UMKM seperti Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp256,1 triliun hingga pekan kedua September 2024.
Sepanjang pekan ketiga September 2024, BI mencatat nilai beli neto non-residen sebesar Rp25,6 triliun di pasar keuangan domestik, terdiri dari beli neto Rp19,76 triliun di pasar SBN, beli neto Rp4,19 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp1,66 triliun di SRBI.
"Posisi yield SBN 10 tahun turun ke 6,44 persen (sebelumnya: 6,57 persen) dan Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 63,41 (sebelumnya 67,46)," ujarnya.
Berikut berita dari surat utang dalam negeri sebagai berikut:
- Pemerintah Republik Indonesia melakukan buyback SUN di pasar sekunder dengan seri FR0081 (jatuh tempo 2025; kupon: 6,50 persen) dan FR0040 (jatuh tempo 2025; kupon: 11 persen)
sebesar Rp394,5 miliar dengan harga masing-masing sekitar 100,15 dan 104,4.
- Pemerintah Republik Indonesia berencana melakukan lelang Sukuk Negara di 24 September 2024. Di mana Seri SBSN yang dilelang adalah SPNS dan PBS yang keseluruhannya reopening dengan target indikatif Rp8 triliun.
- Pemerintah Republik Indonesia berencana menerbitkan lelang SBN Ritel dengan Seri ORI026 di 30 September 2024 – 24 Oktober 2024 dengan format SDG Bond yang mencakup isu sosial dan lingkungan. Kemenkeu baru menetapkan tingkat kupon ORI026 pada 26 September 2024.
- PT Medco Energi Tbk (MEDC) berencana menggelar penawaran tender untuk pembelian kembali surat utang anak usahanya dengan nilai maksimal USD150 juta terhadap Surat Utang Senior jatuh tempo 2025 oleh Medco Oak Tree Pte. Ltd (kupon: 7,375 persen per tahun) dan Surat Utang Senior jatuh tempo 2027 oleh Medco Bell Pte. Ltd (kupon: 6,375 persen per tahun).
- PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2024 sebesar Rp1 triliun dengan 4 seri, yakni: (1) Seri A (tenor 1 tahun; kupon 6,0 persen per tahun – 6,55 persen per tahun); (2) Seri B (3 Tahun; 6,25 persen per tahun – 6,9 persen per tahun).
(3) Seri C (7 tahun; kupon: 6,80 persen per tahun – 7,30 persen per tahun); dan (4) Seri D (10 tahun; kupon: 6,90 persen per tahun - 7,40 persen per tahun). Masa penawaran obligasi dilakukan pada 9 September - 1 Oktober 2024.
- PT Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I 2024 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Tahap I 2024 masing-masing sebesar Rp2,5
triliun dan Rp1 triliun dengan 3 seri yakni: 1) Seri A (tenor 1 tahun; kupon 7,75 persen per tahun – 8,00 persen per tahun).
(2) Seri B (3 Tahun; 10,25 persen per tahun – 10,50 persen per tahun); dan (3) Seri C (5 tahun; kupon: 10,75 persen per tahun – 11,00 persen per tahun). Masa penawaran obligasi dilakukan pada 10 September - 19 September 2024.
(Fiki Ariyanti)