BANKING

Respons Ramalan BI, BRI Targetkan Kredit Tumbuh hingga 11 Persen

Anggie Ariesta 16/11/2022 15:53 WIB

kredit BRI secara konsolidasi telah tumbuh 7,9 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp1.111,4 triliun.

Respons Ramalan BI, BRI Targetkan Kredit Tumbuh hingga 11 Persen (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang telah menetapkan target pertumbuhan kredit di kisaran 10 hingga 12 persen pada tahun depan.

Target tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan kredit di tahun ini yang dipatok sebesar sembilan persen hingga akhir tahun nanti.

Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan bahwa penetapan target tersebut dapat dimaknai bahwa BI tidak hanya berkutat untuk semata-mata mengendalikan inflasi, melainkan juga masih konsen terhadap pertumbuhan.

Dengan mempertimbangkan target dari BI tersebut, menurut Sunarso, BRI telah menargetkan kredit tahun depan tumbuh di kisaran sembilan hingga 11 persen.

"BRI tadi Saya katakan, bahwa BRI memberikan guideline untuk tumbuh masuk dalam range-nya BI. Kita targetkan bisa tumbuh di tahun depan, untuk kredit, di kisaran sembilan sampai 11 persen. Itu target pertumbuhan kita," ujar Sunarso, dalam keterangan resminya, Rabu (16/11/2022).

Menurut Sunarso, pertumbuhan sembilan persen saja bagi BRI sudah cukup besar, karena didorong oleh kredit yang mencapai Rp1.111 triliun.

"Jadi tumbuh 10 persen saja, kita harus menyalurkan kredit net itu Rp111 triliun. Dan untuk menyalurkan kepada mikro Rp111 triliun itu bukan masalah kecil. Itu cukup besar, 10 persen," tutur Sunarso.

Hingga triwulan III-2022, kredit BRI secara konsolidasi telah tumbuh 7,9 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp1.111,4 triliun. Tahun 2023, BRI optimistis masih bisa terus melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan.

Namun, menurut Sunarso target pertumbuhan sembilan hingga 11 persen itu masih realistis. Pasalnya dalam untuk bisa tumbuh secara berkelanjutan, perbankan membutuhkan empat syarat dan semua dipenuhi BRI.

"Pertama, bank harus jelas sumber pertumbuhan barunya. BRI memenuhi itu karena sudah ada holding ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru," kata Sunarso.

Kedua, bank harus memiliki modal yang cukup. BRI secara grup tercatat saat ini memiliki capital adequacy ratio (CAR) sebesar 26 persen dan secara bank only 24 persen.

Menurut Sunarso, level CAR tersebut menunjukkan bahwa BRI punya modal yang berlebih untuk mencapai target pertumbuhan kredit itu mengingat untuk CAR 17,5 persen sebetulnya cukup untuk memenuhi basel III dan sebagai countercyclical buffer.

Ketiga, harus punya likuiditas yang cukup. Sunarso menyebut, likuiditas BRI sangat memadai yang tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) secara konsolidasi yang mencapai 88,51 persen per September 2022.

Sedangkan LDR yang optimal ada di level 92 persen. Sehingga untuk memacu pertumbuhan, kata Sunarso, likuiditas BRI masih sangat cukup.

Keempat, tumbuh secara sustain dengan menjaga pertumbuhan tersebut secara berkualitas. BRI telah memenuhi itu dengan mengelola pencadangan yang sangat besar guna mengantisipasi pemburukan kredit.

"Hati-hati saja tidak cukup dalam menjaga kualitas aset, kita juga harus punya bantalan yang cukup makanya BRI terus melakukan manajemen pencadangan," ujar Sunarso.

Pencadangan terhadap kredit bermasalah atau NPL coverage BRI tercatat sebesar 278,79 persen per September 2022. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL coverage di akhir triwulan III tahun lalu yang sebesar 252,86 persen.

Pertumbuhan kredit BRI hingga kuartal III ditopang oleh segmen UMKM. Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp935,86 triliun di akhir September 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen.

Portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12 persen yoy, segmen konsumer tumbuh 7,55 persen yoy, segmen kecil & menengah tumbuh 2,89 persen yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24 persen yoy, di mana hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85 persen. (TSA)

SHARE