Rupiah Diprediksi Tembus Rp16.100 per USD, Suku Bunga Harus Naik Lebih Tinggi?
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terus berlanjut. Bahkan, diprediksi bisa mencapai Rp16.100 per USD.
IDXChannel - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terus berlanjut. Bahkan, diprediksi bisa mencapai Rp16.100 per USD.
"Nilai tukar rupiah sangat mungkin menembus angka Rp16 ribu per USD sampai dengan angka Rp16.100 per USD," ungkap Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi, Kamis (19/10/2023).
Bhima menuturkan, meskipun Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga 25 basis poin, tetapi belum mampu menutup celah antara imbal hasil surat utang AS dengan imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia atau SBN.
"Sehingga gap itu karena masih sempit membuat investor asing mencari instrumen lainnya terutama yang berbasis dolar," ujarnya.
Tekanan juga berasal dari defisit migas karena harga minyak naik yang kemudian memaksa Indonesia untuk mengimpor minyak dengan biaya impor yang lebih mahal.
Ditambah kebutuhan impor pangan terutama beras sedang tinggi dan membuat biaya impor yang mahal akhirnya membutuhkan valas untuk membeli beras dari luar negeri.
"Dan ini adalah konsekuensi yang cukup buruk karena rupiahnya bisa melemah dari sisi besarnya kebutuhan impor pangan," ucap Bhima.
Di sisi lain, Bhima menyebut ekonomi China sedang mengalami tekanan. Bahkan, pertumbuhan ekonomi China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia di 2024 pertumbuhannya hanya kisaran 4,6% atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal tersebut membuat kinerja ekspor akan tertekan. Devisa dari ekspor pun semakin lama akan semakin terbatas.
"Cadangan devisa mulai menurun, sehingga mau nggak mau kalau Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga secara signifikan misalnya 50 basis poin, maka rupiahnya akan terus mengalami pelemahan yang cukup dalam sampai akhir tahun," tuturnya.
Apalagi kata Bhima kalau melihat kebutuhan impor barang-barang, selain itu valas juga digunakan untuk pembayaran kewajiban pokok dan bunga utang pemerintah dan swasta di akhir tahun ini akan membuat rupiah semakin tertekan.
"Jadi rupiah masih akan tertekan gejolak eksternal maupun domestik," pungkas Bhima. (NIA)