Saldo Tabungan di Bawah 100 Juta Turun, Nasabah Dinilai Cari Instrumen Investasi
Bank Mandiri menilai, penurunan tabungan di bawah Rp100 juta tidak bisa langsung ditafsirkan sebagai penurunan daya beli atau fenomena makan tabungan.
IDXChannel - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menilai, penurunan saldo tabungan di bawah Rp100 juta tidak bisa langsung ditafsirkan sebagai penurunan daya beli atau fenomena makan tabungan. Kondisi ini lebih disebabkan nasabah membidik instrumen keuangan yang lebih menguntungkan.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, saldo tabungan lapisan terbawah yakni di bawah Rp100 juta memang mengalami penurunan. Kemungkinan pertama, pendapatan, terutama dari bisnis nasabah melandai.
Kedua, nasabah melakukan realokasi dana ke instrumen investasi, terutama emas. Menurutnya, kenaikan harga emas lebih dari 25 persen pada tahun ini menjadikannya sebagai instrumen investasi paling diburu masyarakat.
"Kalau kita lihat di sini memang (investasi) ke instrumen emas itu sudah secara signifikan naik dalam dua tahun terakhir," kata Andry di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Sementara itu, Head of Mandiri Institute, Andre Simangunsong menambahkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri pada Juli 2025 meningkat. Namun, kenaikan lebih disebabkan oleh penyaluran Bantuan Subsidi Upah (BSU) dari pemerintah.
"Penyalurannya sudah di atas 95 persen. Jadi dari total sekitar 15 juta pekerja itu mungkin sudah sampai 13-14 juta yang menerima subsidi upah," kata Andre.
Andre menegaskan, literasi keuangan masyarakat semakin membaik. Hal ini terlihat dari hasil survei Mandiri Institute yang menunjukkan ketertarikan generasi muda terhadap instrumen investasi lain seperti emas, saham, reksadana, dan obligasi cukup tinggi.
"Kami melihat memang ini eksposur generasi muda dengan emas ataupun instrumen lain seperti reksadana ini cukup tinggi. Misalkan untuk Gen Z ini, kalau data kami hasil survei itu sekitar 38 persen yang memiliki atau memilih emas sebagai instrumen investasinya," kata Andre.
Andre menyimpulkan, penurunan tabungan ini tidak selalu mencerminkan penurunan daya beli. Sebaliknya, masyarakat kini semakin cerdas dalam memilih instrumen investasi yang dapat memberikan imbal hasil yang lebih maksimal.
(Rahmat Fiansyah)