BANKING

Segmen Korporasi Topang Pertumbuhan Kredit BNI hingga Rp211,9 Triliun

Anggie Ariesta 24/10/2022 17:33 WIB

Kinerja pertumbuhan kredit di kuartal III 2022 ini ditopang oleh kredit korporasi swasta yang mencapai Rp211,9 triliun atau tumbuh 20,4% yoy.

Segmen Korporasi Topang Pertumbuhan Kredit BNI hingga Rp211,9 Triliun (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pertumbuhan kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 9,1% menjadi Rp622,61 triliun pada kuartal III 2022. Kinerja pertumbuhan kredit ini ditopang oleh kredit korporasi swasta yang mencapai Rp211,9 triliun atau tumbuh 20,4% yoy. 

Wakil Direktur Utama Bank BNI Adi Sulistyowati mengatakan, selanjutnya diikuti oleh segmen large komersial yang tercatat sebesar Rp49,4 triliun, tumbuh 22,2% secara yoy.

Pada segmen kecil, pertumbuhan terutama berasal dari kredit usaha rakyat yang tercatat sebesar Rp51,3 triliun atau naik 24,3% yoy dan untuk segmen konsumer mencapai Rp106,9 triliun atau naik 11,3% yoy dengan pertumbuhan pada produk utama payroll loan.

"Pertumbuhan ini sejalan dengan strategi manajemen untuk tumbuh dengan sehat dan sustain menyasar pada debitur top tier, segmen industri prospektif, diiringi dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent," ujar Susi dalam konferensi pers, Senin (24/10/2022).

Perkembangan kinerja BNI hingga kuartal II 2022 juga didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. Sebagaimana tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di level 18,9% dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada posisi 91,2%.

"Selain itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang berada di 193% dan Net Stable Funding Ratio berada di 124% menunjukkan bahwa BNI memiliki kecukupan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan bisnis," jelas Susi.

Dari sisi kualitas aset, Loan at Risk (LAR) mengalami penurunan signifikan dari 25,2% di September 2021, menjadi 19,3% di September 2022. Hal ini utamanya disebabkan oleh menurunnya jumlah kredit restrukturisasi karena pandemi Covid-19.

"Kami pun terus berupaya menjaga LAR coverage atau rasio pencadangan untuk debitur LAR pada level yang memadai yakni sebesar 42,7%. Bahkan kami melihat kemampuan pembayaran kewajiban dari debitur LAR semakin membaik sehingga mendorong perbaikan pada pendapatan bunga serta menjadi indikasi pemulihan bisnis nasabah yang lebih baik setelah terdampak pandemi," ungkap Susi.

(DES)

SHARE