Simak Sejarah Pendirian Bank Syariah Indonesia, Masuk Urutan Terbesar ke-6 di Indonesia
Bank Syariah Indonesia masuk ke jajaran bank terbesar di Indonesia dan menduduki urutan ke-6.
IDXChannel—Bank Syariah Indonesia berhasil masuk ke jajaran bank terbesar di Indonesia dan menduduki urutan ke enam. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu.
Pertumbuhan BSI, atau perusahaan dengan kode emiten BRIS, terbilang cukup pesat. Mengingat usianya yang masih muda. Sebagai pengingat, Bank Syariah Indonesia diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2021.
BRIS merupakan penggabungan unit syariah tiga bank BUMN terbesar di Indonesia, yakni Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Hasil merger ketiganya menghasilkan 14,9 juta nasabah, 1.200 kantor cabang, dan 1.785 jaringan ATM di seluruh Indonesia.
Bagaimanakah sejarah pendirian Bank Syariah Indonesia? Simak ulasannya berikut ini.
Sejarah Pendirian Bank Syariah Indonesia, Kini Jadi Terbesar ke-6 di Indonesia
Ketiga bank syariah milik negara itu menerima izin penggabungan usaha pada 27 Januari 2021, dan akhirnya diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2021, bertepatan dengan 19 Jumadil Akhir 1442 H.
Dilansir dari laman resmi Bursa Efek Indonesia, komposisi kepemilikan saham dari masing-masing ketiga bank tersebut di BRIS adalah PT Bank Mandiri (persero) Tbk 51,47%, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk 23,24%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 15,38%, dan 9,91% dikuasai masyarakat.
Merger tersebut tak hanya mengumpulkan jumlah nasabah dan jaringan kantor cabang, namun juga otomatis menghimpun membuat kapitalisasi pasar yang besar. Pada Maret 2023, kapitalisasi pasar BRIS mencapai Rp72 triliun.
Pada akhir Februari, diumumkan bahwa Bank Syariah Indonesia menduduki urutan ke-6 sebagai bank terbesar di Indonesia, melampui CIMN Niaga. Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa kinerja BRIS sepanjang 2022 cukup gemilang.
Laba bersih BRIS tumbuh 40,68% secara year on year dengan nilai Rp4,26 triliun. Sedangkan untuk aset, hingga kuartal IV 2022, tercatat tumbuh 15% (yoy) dengan nilai Rp306 triliun. Sementara dana pihak ketiga tumbuh 12% dengan nilai Rp261,49 triliun.
Sedangkan pembiayaan, BRIS mencatatkan pertumbuhan 21% dengan nilai Rp208 triiun. Namun kinerja pembiayaan macet (non performing financing) tetap tercatat sehat, yakni menurun menjadi 2,42% dari 2,93% pada akhir 2022.
Penggabungan unit-unit syariah dari ketiga bank BUMN ini membuktikan bahwa kinerja perbankan syariah dapat ditingkatkan lewat konsolidasi usaha. Bank-bank syariah pelat merah yang mulanya beroperasi masing-masing, bergabung membentuk unit usaha baru dan mencetak kinerja yang memuaskan.
Itulah sejarah singkat tentang sejarah pendirian Bank Syariah Indonesia yang kini berhasil masuk ke jajaran bank-bank terbesar di Indonesia. (NKK)