Suku Bunga BI Diproyeksi Tak Berubah, The Fed Justru Diramal Hawkish hingga Juni
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa siang nanti (18/4/2023).
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa siang nanti (18/4/2023).
BI juga menyesuaikan waktu penyelenggaraan RDG bulanan pada April 2023 menjadi Senin-Selasa, 17-18 April 2023 dari semula pada Selasa-Rabu, 18-19 April 2023.
Penyesuaian ini dimaksud mempertimbangkan momentum Hari Raya Idul Fitri 1444H/2023 dari semula mulai pada Jumat, 21 April 2023.
BI diperkirakan akan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%.
Proyeksi Para Ekonom
Beberapa ekonom menyatakan hal serupa di tengah kondisi ekonomi makro Indonesia yang lebih stabil.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyarankan BI untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
"Ini demi menjaga stabilitas harga dan nilai tukar sembari melanjutkan langkah-langkah makroprudensial untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi," ujar Teuku Riefky di Jakarta, Selasa (18/4/2023).
Setali tiga uang, Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), David Sumual juga memproyeksikan tingkat suku bunga tidak akan berubah.
“Proyeksi tetap. Inflasi kecendrungan menurun, sudah di bawah 5% dan diperkirakan akan sesuai range Bank Indonesia di sekitar 3-4% pada Q3 2023. The Fed juga kemungkinan sudah tidak akan lagi agresif menaikkan suku bunga memasuki Mei 2023,” ujarnya kepada IDXChannel.com, Selasa (18/4).
Sebelumnya, berdasarkan data BPS, inflasi Maret 2023 yang bersamaan dengan dimulainya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), tetap terkendali.
Inflasi IHK Maret 2023 tercatat 0,18% secara bulanan (mtm), tidak berbeda jauh dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 0,16% mtm.
Realisasi inflasi IHK Maret 2023 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pola historis inflasi periode awal Ramadan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan turun menjadi 4,97% (yoy) dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,47% (yoy).
Adapun menurut model makro global Trading Economics dan ekspektasi analis, suku bunga diharapkan tetap 5,75% pada akhir kuartal ini. Dalam jangka panjang, Suku Bunga di Indonesia diproyeksikan akan cenderung sekitar 5,25% pada 2024 dan 5% pada 2025.
Sementara survei terhadap 30 ekonom dalam jajak pendapat Reuters 10-13 April memperkirakan juga tidak ada perubahan pada tingkat 5,75% dan masih menjadi yang tertinggi sejak Juli 2019.
Mayoritas ekonom dalam survei tersebut juga memperkirakan suku bunga kebijakan akan tetap pada level yang sama untuk sisa tahun 2023. Hanya segelintir yang mengharapkan penurunan suku bunga tahun ini.
"BI telah memperjelas bahwa pengaturan saat ini cukup untuk mengelola inflasi, dan angka inflasi terbaru mendukung pandangannya, dengan pelonggaran inflasi utama dan inti pada bulan Maret," kata Krystal Tan, ekonom di ANZ.
The Fed Hawkish hingga Juni
Sementara itu, pasar masih sangat menanti langkah The Fed di tengah meningkatnya ketidakpastian kapan bank sentral AS ini akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga saat ini.
Fed Fund Rate (FFR) berjangka menunjukkan bahwa pasar memperkirakan peluang hampir 90% untuk kenaikan 25 basis poin (bps) di bulan Mei, dengan peluang kecil kenaikan 25 bps lagi di bulan Juni.
Pada RDG Maret lalu, gubernur BI juga tetap meyakini The Fed akan tetap menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS meskipun negeri Paman Sam tersebut tengah dilanda huru-hara perbankan.
“Bacaan kami, memang inflasi AS menurun, tapi inflasi inti masih sangat lambat karena ekonomi membaik dan ketetatan pasar tenaga kerja. Weak push inflation cukup tinggi dan menyebabkan inflasi inti relative tinggi,” jelas Perry.
Menurut Perry, stabilitas sistem keuangan AS sudah bukan lagi menjadi pertimbangan The Fed untuk menaikkan suku bunga atau tidak.
“Kami di Bank Indonesia melihat The Fed akan lebih mempertimbangkan faktor-faktor fundamental seperti inflasi dan pasar tenaga kerja. Untuk itu, kami menggunakan baseline skenario FFR di mana kami melihat The Fed yang awalnya akan menaikkan suku bunga mencapai 5% menjadi 5,25%-5,5%,” ujar Perry.
Menurut analisis ANZ, akan ada sedikit tekanan untuk kenaikan suku bunga dari sisi eksternal juga, mengingat The Fed yang sangat hawkish dan penguatan rupiah beberapa waktu terakhir.
Sebagian besar bank sentral utama termasuk The Fed diperkirakan akan segera menghentikan siklus pengetatan kebijakan mereka untuk menilai dampak kenaikan di masa lalu dalam menurunkan inflasi. (ADF)