Suku Bunga The Fed Dipangkas, Peringatkan Pasar Tenaga Kerja yang Melambat
The Federal Reserve (The Fed) menyatakan akan menurunkan target suku bunga acuan sebesar 0,25 poin persentase.
IDXChannel - Setelah berbulan-bulan perdebatan ekonomi dan serangan yang semakin gencar dari Presiden AS Donald Trump, bank sentral AS memangkas suku bunga pada hari Rabu.
Dilansir dari laman BBC Kamis (18/9/2025), The Federal Reserve (The Fed) menyatakan akan menurunkan target suku bunga acuan sebesar 0,25 poin persentase. Hal ini akan menempatkannya di kisaran 4 persen hingga 4,25 persen, level terendah sejak akhir 2022.
Langkah ini diperkirakan memicu serangkaian pemangkasan tambahan dalam beberapa bulan mendatang, yang akan membantu menurunkan biaya pinjaman di seluruh AS.
Namun, langkah ini membawa peringatan bahwa pasar tenaga kerja yang lesu membutuhkan dorongan dalam bentuk suku bunga yang lebih rendah.
"Pengangguran masih rendah, tetapi kami melihat risiko penurunan," kata Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut.
Adapun pemotongan suku bunga didukung oleh 11 dari 12 anggota komite The Fed yang memiliki hak suara. Stephen Miran, yang sedang cuti sementara dari jabatannya sebagai pemimpin Komite Penasihat Ekonomi Trump, memilih pemotongan suku bunga yang lebih besar sebesar 0,5 poin persentase.
Inflasi yang melanda perekonomian pascapandemi dan mendorong bank untuk menaikkan suku bunga pada tahun 2022 telah turun secara signifikan. Di Inggris, Eropa, Kanada, dan negara-negara lain, bank sentral telah merespons dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara para pembuat kebijakan The Fed sendiri telah menyatakan selama berbulan-bulan bahwa mereka akan menurunkan biaya pinjaman setidaknya setengah poin persentase tahun ini.
Pada rapat terakhir The Fed, dua anggota dewan mendukung pemangkasan suku bunga. Namun mereka kalah suara, karena anggota lain tetap khawatir bahwa kebijakan ekonomi Trump, termasuk pemotongan pajak, tarif, dan penahanan massal pekerja migran, dapat menyebabkan inflasi kembali melonjak.
Dan memang benar bahwa inflasi di AS dalam beberapa bulan terakhir telah meningkat. Harga naik 2,9 persen selama 12 bulan hingga Agustus, laju tercepat sejak Januari, dan masih di atas target The Fed sebesar 2 persen. Namun dalam beberapa minggu terakhir, kekhawatiran tersebut telah dikalahkan oleh melemahnya pasar tenaga kerja.
AS melaporkan sedikit penambahan lapangan kerja pada bulan Agustus dan Juli, dan penurunan tajam pada bulan Juni, di mana penurunan pertama sejak 2020.
"Ini benar-benar bergantung pada apa yang telah kita lihat di pasar tenaga kerja, kemerosotan yang telah kita lihat selama beberapa bulan terakhir," kata Sarah House, Ekonom Senior di Wells Fargo, yang memperkirakan suku bunga akan turun sebesar 0,75 poin persentase pada akhir tahun.
"The Fed tahu bahwa ketika pasar tenaga kerja berbalik, ia berbalik dengan sangat cepat, jadi mereka ingin memastikan bahwa mereka tidak mengerem ekonomi di saat yang sama ketika pasar tenaga kerja telah melambat," tutur dia.
Pada konferensi pers setelah pengumuman tersebut, Powell menekankan bahwa tingkat pengangguran tetap rendah, di angka 4,3 persen, sambil mengakui adanya perbedaan pendapat yang tidak biasa di antara para anggota tentang langkah selanjutnya.
Proyeksi yang dirilis oleh The Fed menunjukkan bahwa bank sentral dapat menurunkan suku bunga tambahan sebesar 0,5 poin persentase tahun ini.
Namun, tujuh anggota tidak melihat perlunya pengurangan lebih lanjut. Sementara satu anggota—yang menurut para analis kemungkinan besar adalah Miran berpendapat bahwa suku bunga seharusnya turun di bawah 3 pesen.
"Ini bukan ekonomi yang buruk, kita telah melihat masa-masa yang jauh lebih menantang. Namun dari sudut pandang kebijakan, sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Tidak ada jalan bebas risiko saat ini," tutur dia.
(kunthi fahmar sandy)