BANKING

UMKM Binaan BI di Aceh Raup Omzet Rp300 Juta per Tahun hingga Produknya Melenggang ke Paris

Anggie Ariesta 07/02/2025 09:00 WIB

Mutiara Songket merupakan salah satu UMKM binaan Bank Indonesia (BI) dari Gampong Krueng Kalee, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

UMKM Binaan BI di Aceh Raup Omzet Rp300 Juta per Tahun hingga Produknya Melenggang ke Paris. (Foto Anggie/MPI)

IDXChannel - Mutiara Songket merupakan salah satu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank Indonesia (BI) dari Gampong Krueng Kalee, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar yang bisnis terus berkembang setiap tahun. Dengan fasilitas yang diberikan BI, rumah tenun manual ini bahkan sudah menembus pasar nasional dan beromzet ratusan juta Rupiah per tahun.

Anak pemilik Mutiara Songket, Putri Atika mengungkapkan, penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi salah satu faktor yang memudahkan rumah tenun ini untuk menjajakan produknya. Alhasil, ini juga berimbas terhadap melonjaknya omzet.

Mutiara Songket mulai menerapkan QRIS pada 2023. Sejak saat itu, pendapatan usaha meningkat drastis.

"Alhamdulillah ada peningkatan penghasilan karena QRIS. Lebih mudah, karena lebih banyak yang menggunakan. Setiap tahun peningkatan penjualannya meningkat, kisarannya tahun kemarin Rp100 juta, tahun ini Rp300 juta," kata Putri saat ditemui di Mutiara Songket, di Aceh, Kamis (6/2/2025).

Menurut Putri, QRIS sangat membantu mempercepat transaksi, terutama saat menghadiri berbagai pameran dan event besar seperti KKI, Inacraft, dan Paris Fashion Week.

Kain Mutiara Songket khas Aceh ini juga pernah dibawa desainer kenamaan Didiet Maulana ke Paris Fashion Week dan dipakai oleh artis Ariel Tatum. 

Sejak dibina BI dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), produksi kain songketnya bertambah. Hal tersebut karena usaha yang berdiri sejak 1977 ini hanya memiliki satu alat menenun, namun pada 2018, BI memberikan bantuan tambahan mesin sebanyak sembilan alat.

Seiring berjalannya waktu, jika sebelumnya Rumah Tenun Mutiara Songket hanya bisa memproduksi kain menggunakan satu alat tenun, kini mereka mampu menghasilkan hingga 20 kain songket setiap bulannya.

“Jadi dari situlah kami mengembangkan sampai sekarang bisa bertahan dengan mendapatkan kainnya yang lebih banyak seperti itu, karena kan sudah menambahkan alat sembilan lagi jadi dalam sebulan dapatlah 20 set kain,” kata Putri.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, Agus Chusaini mengatakan, pembinaan UMKM membutuhkan kolaborasi yang solid. Untuk itu, BI bersinergi dengan berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah untuk menciptakan ekosistem yang mendukung, mulai dari pendampingan teknis hingga penguatan akses pasar.

“Sinergi ini memastikan setiap program benar-benar memberi dampak nyata bagi pelaku usaha, seperti pada UMKM Capli dan Mutiara Songket," ujar Agus.

Menurut Agus, Mutiara Songket telah menghasilkan kain songket berkualitas, yang tidak hanya melestarikan budaya Aceh, namun juga berpotensi menjadi bahan baku untuk mendukung industri fashion di Aceh, seperti modest fashion. 

"Hal ini turut membuka peluang bagi para desainer dan pelaku mode berbakat di Aceh untuk lebih dikenal luas, sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Aceh ke kancah nasional maupun internasional," kata Agus.

(Dhera Arizona)

SHARE