ECONOMIA

(Interview with Leader) Meningkatkan, Menjadi Pilihan, dan Kuasai Pasar di Segmen Consumer Financing

Taufan Sukma/IDX Channel 17/09/2022 15:33 WIB

Tak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar. Sementara sebagian lain sibuk bertahan dan kemudian perlahan mencoba bangkit melawan tekanan yang datang.

Meningkatkan, Menjadi Pilihan, dan Kuasai Pasar di Segmen Consumer Financing (foto: MNC Media)

IDXChannel – Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret 2020 benar-benar telah mengubah wajah kehidupan masyarakat dunia. Tak tercuali di dunia bisnis dan keuangan.

Pembatasan aktivitas masyarakat hingga penerapan lockdown di sejumlah wilayah membuat aktivitas ekonomi dunia lumpuh total. Tak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar. Sementara sebagian lain sibuk bertahan dan kemudian perlahan mencoba bangkit melawan tekanan yang datang.

Dalam upaya bangkit tersebut, industri pembiayaan (multifinance) dinilai sebagai salah satu sektor yang masih cukup tertekan oleh kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi. Dengan tantangan tersebut, masing-masing pelaku bisnis multifinance pun mencoba berinovasi dan menyusun strategi guna membawa bisnisnya tegak berdiri pasca pandemi.

Salah satunya adalah PT BRI Multifinance Indonesia atau BRI Finance, yang sibuk bertransformasi dan fokus pada segmen pembiayaan konsumen. Meski diandalkan untuk memulihkan bisnis pasca pandemi, upaya transformasi ini faktanya telah digagas sejak 2019, tepat setahun sebelum pandemi. Lalu, saat memasuki era pandemi, mengapa target ini tidak direvisi? Dan justru dipercaya jadi kartu truf bagi perusahaan untuk bangkit?

Mencoba menjawab pertanyaan tersebut, tim redaksi idxchannel.com berkesempatan berbincang bersama Direktur Utama BRI Finance, Ibu Azizatun Azhimah, guna mengupas lebih jauh roadmap pengembangan BRI Finance ke depan, termasuk dalam menyikapi dinamika dan tantangan yang ada di industri multifinance nasional.

Berikut ini sebagian hal penting yang dibahas dalam perbincangan tersebut.

Q: Bagaimana kondisi pandemi COVID-19 membawa dampak terhadap kinerja BRI Finance? Apakah dampak tersebut masih dirasakan hingga saat ini? Ataukah BRI Finance telah sepenuhnya pulih dari kondisi tersebut?

Berbicara soal pandemi, Saya cukup yakin bahwa tidak ada satu industri pun yang benar-benar lolos dari dampak pandemi. Apalagi kita yang bergerak di bidang jasa yang bersinggungan langsung pelanggan. Dalam hal ini yaitu industri jasa keuangan, lebih tepatnya di sektor multifinance.

Seperti apa dampaknya? Jadi sejak awal pandemi berlangsung, total disbursement pembiayaan kami turun 52,78 persen secara tahunan (year on year/YoY), yaitu dari semula Rp2,87 triliun di 2019 menjadi hanya Rp1,36 triliun di 2020, dengan rasio NPF (non performing financing) melonjak dari 3,5 persen di 2019 menjadi 4,2 persen di 2020.

Jadi kalau ditanya seberapa besar dampaknya? Sangat besar.

Q: Lalu apa yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan? Di satu harus bertahan, bahwa bisnis harus tetap jalan, tapi ada banyak kondisi yang Ibu sampaikan tadi, yang harus diperbaiki.

Yang kita perlukan tentu adanya restrukturisasi. Dan kami bersyukur, pemerintah juga secara sigap menyadari (kebutuhan) itu, sehingga segera menerapkan kebijakan restrukturisasi bagi industri multifinance nasional. Kami melakukan itu mulai April 2020, sebesar Rp391 miliar, dan terus meningkat sampai pada puncaknya pada Oktober 2020, yang mencapai Rp1,09 triliun.

Kalau untuk kondisi sekarang, kami bersyukur bahwa tren (restrukturisasi)nya terus menurun, jadi hanya Rp439 miliar di Juni 2022 lalu, yang mayoritasnya debitur restrukturisasi berkategori lancar. Dari kami, perusahaan dengan sigap mengambil tindakan preventif dan kuratif, dengan diantaranya menetapkan kebijakan restrukturisasi yang komprehensif dan meningkatkan NPF coverage untuk memastikan going concern perusahaan.

Q: Itu tadi terkait pembiayaan existing, lalu bagaimana perusahaan sembari membenahi yang sudah ada ini, juga sekaligus harus menggaet sebesar-besarnya pembiayaan baru?

Ya, tentu saja. Kami juga memastikan peningkatan pada penyaluran pembiayaan baru. Kami mengambil sejumlah inisiatif strategis, seperti implementasi digitalisasi proses akuisisi lewat program fast track. Kami juga mengimplementasikan branchless financing di Unit Kerja BRI, dan meningkatkan jumlah tenaga pemasar.

Upaya-upaya ini terbukti berhasil dan tepat sasaran. Tolok ukurnya dari realisasi kinerja kami di 2021 yang positif. Total disbursement mencapai Rp3,72 triliun, sehingga terjadi pertumbuhan aset sebesar 29,6 persen, dengan NPF tetap terjaga di level 2,8 persen, jauh di bawah rata-rata industri yang sebesar 3,5 persen.

Di tahun ini, kami juga berhasil menjaga momentum pertumbuhan, dimana total disbursement telah mencapai Rp2,4 triliun sampai dengan Juni 2022, dengan total aset tumbuh mencapai Rp6,4 triliun. Kualitas aset juga terus membaik, sebesar 2,1 persen.

Sehingga kalau ditanya apakah BRI Finance telah sepenuhnya pulih dari kondisi pandemi? Saya bisa katakan bahwa kami telah berhasil keluar dari kondisi yang sangat challenging ini. Ya, kami sudah pulih, dan bahkan saat ini sudah berada dalam growth trajectory.

Q: Dari pemulihan pasca pandemi, kita beranjak pada perkembangan dunia di 2022 ini. Kita tahu kondisi geopolitik yang memanas juga membuat perekonomian global dilanda ketidakpastian. Meski Indonesia oleh banyak pihak disebut sebagai salah satu negara yang kuat terhadap potensi terjadinya resesi, tak bisa dimungkiri kondisi ini tetap membawa pengaruh ke pasar domestik. Bagaimana Ibu melihat hal ini? Adakah pengaruhnya terhadap kinerja BRI Finance? Bila ada, seberapa besar?

Di era yang serba terbuka dan borderless seperti saat ini, jelas apa pun yang terjadi di perekonomian global dan juga domestik, sedikit-banyak tetap bakal berpengaruh ke kinerja multifinance.

Contoh sederhana saja, kondisi global yang ditekan keterbatasan pasokan minyak, membuat harga dunia melambung, sehingga kita di domestik terpaksa menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak). Apakah berpengaruh ke multifinance? Ya, tentu saja. Apa pengaruhnya? Permintaan pembiayaan kendaraan jelas akan tertekan.

Kita di manajemen sadar betul atas risiko dari kondisi ini, sehingga kita mengambil sejumlah langkah strategis sebagi tindakan preventif. Salah satunya dengan fokus pada pengembangan branchless financing melalui sinergi dengan BRI sebagai perusahaan induk. Lalu kami juga telah mengembangkan aplikasi myBRIf sebagai lead aggregator.

Di luar itu, kami melakukan sinergi dengan BUMN, menjalin hubungan kerjasama strategis dengan dealer dan showroom, menjalin kerjasama dengan market place dan e-commerce serta masuk dalam pembiayaan value chain.

Dari segi kualitas aset, kami secara terus menerus menerapkan robust risk management dan senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dengan menjaga NPF Coverage pada level yang konservatif, yaitu di atas 120 persen. Kenapa? Agar lebih prudent. Lalu, kami juga telah membangun Early Warning System (EWS/perangkat deteksi dini) untuk memantau First 6 Month Payment Default (F6PD), DPK dan NPF di level unit kerja dan individu.

Dengan berbagai strategi ini, meski di tengah tekanan kondisi global, kami yakin BRI Finance masih mampu terus bertumbuh dan mencatatkan kinerja yang positif di tahun ini.

Q: Beranjak ke soal transformasi. Kita tahu BRI Finance berkali-kali menegaskan fokusnya untuk lebih berkiprah di bisnis pembiayaan konsumen. Kenapa? Mengapa transformasi ini dianggap penting untuk dilakukan? Apa goals utama yang ingin dicapai?

Tranformasi bisnis untuk shifting fokus ke segmen pembiayaan konsumen ini sejalan dengan arahan dari pemegang saham, yang sekaligus menunjuk kami sebagai Single Gateway Autoloan dari BRI Group. Dari penunjukan ini jelas kami mendapatkan competitive advantage berupa akses pada jaringan induk usaha dan basis nasabah dari Perusahaan Induk.

Tujuan yang ingin kami capai dari shifting ini, yaitu untuk menghasilkan yield yang lebih tinggi, penyebaran risiko yang merata dan sekaligus masuk ke dalam industri non-cyclical yang kita yakini relatif lebih stabil.

Q: Dari proses shifting yang telah digagas, sejauh ini bagaimana progressnya? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?

Sampai saat ini kami telah berhasil melakukan shifting fokus ke pembiayaan konsumen. Tolok ukurnya tentu soal porsi segmen, di mana ada peningkatan secara konsisten, dari masih 35 persen pada 2020, kini sudah menjadi 69 persen per Juni 2022 lalu. Target kami untuk porsi pembiayaan konsumen itu di level 70 persen. Artinya sudah semakin dekat dengan target yang telah kami canangkan.

Soal goals yang dikejar, melalui semua upaya ini, kami ingin menjadi salah satu leading multifinance di Indonesia, sekaligus mendukung visi Perusahaan Induk menjadi champion dalam inklusi keuangan.

Q: Nah, soal leading multifinance yang Ibu sebut, dengan melihat tantangan sekaligus potensi yang ada di industri, seperti apa peta persaingan bisnis multifinance nasional dalam kaca mata BRI Finance? Di mana positioning BRI Finance dalam peta persaingan tersebut? Dan akan dimaintaince seperti apa?

Kembali lagi, karena kita merupakan anak usaha sekaligus bagian dari entitas besar BRI Group, maka kalau ditanya akan dimaintaince seperti apa, arahan Perusahaan Induk sudah sangat jelas, yaitu agar BRI Finance mengembangkan bisnis pembiayaan konsumen. (Arahan) Ini sudah dimulai sejak tahun 2018, dan progress kita terus in line dengan (target) itu, dari porsi pembiayaan segmen konsumen di 2018 masih empat persen, kini sudah menjadin 69 persen.

Hanya saja kalau bicara peta persaingan, kita juga harus melihat bahwa mayoritas perusahaan pembiayaan di industri saat ini juga berfokus pada segmen pembiayaan konsumer. Lebih dari 50 persen total piutang pembiayaan industri multifinance itu adalah pembiayaan multiguna (konsumen).

Lalu bagaimana positioning kami di dalam peta (persaingan) itu? Saya tegaskan Kami yakin mampu untuk bersaing dengan perusahaan pembiayaan lain dengan keunggulan kompetitif yang kami miliki, sebagai bagian tak terpisahkan dari entitas lembaga jasa keuangan sebesar BRI Group.

Jadi secara timeline, target kami di 2022 adalah scaling up consumer financing, lalu beranjak menjadi preferred choice in consumer financing, sampai di 2024 target kami menjadi leading player in consumer financing. Itulah roadmap sekaligus goals setting kami untuk menjalankan arahan perusahaan induk, agar kami fokus di bisnis pembiayaan konsumen. (TSA)

SHARE