ECONOMIA

Membincang Bisnis Logistik di 2024 Bersama Hasnur Internasional (HAIS)

Taufan Sukma/IDX Channel 31/01/2024 18:44 WIB

bicara peluang pasar, HAIS sama sekali tidak khawatir dan sangat optimistis.

Membincang Bisnis Logistik di 2024 Bersama Hasnur Internasional (HAIS) (foto: MNC Media)

IDXChannel - "Apik-apik kalu tabarusuk." Rangkaian kata tersebut dalam Bahasa Banjar berisikan petuah agar setiap orang selalu berhati-hati dalam hidup, agar tidak tersesat dan salah langkah.

Semangat yang sama seketika terasa saat kami, Tim Redaksi IDXChannel, berkesempatan berbincang langsung bersama jajaran Direksi PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) tentang proyeksi, peluang hingga tantangan bisnis perusahaan ke depan di industri logistik nasional.

Sejumlah poin penting yang kami bahas dalam perbincangan tersebut coba kami sarikan dalam tulisan berkonsep tanya-jawab (TJ) berikut ini.

T: Mari kita awali perbincangan dengan gambaran umum bisnis HAIS di 2024 ini. Bisnis apa saja yang saat ini menjadi backbone perusahaan, dan seperti kondisi pasarnya di tahun ini?

Direktur Utama HAIS, Jayanti Sari:

Seperti yang masyarakat luas ketahui, HAIS ini kan merupakan bagian dari Hasnur Group, sebagai entitas induk yang menaungi kami selama ini.

Bisnis grup kami tersebar di berbagai lini usaha. Namun backbone utama kami adalah bisnis tambang batu bara. Nah bicara tentang HAIS, kami adalah anak usaha yang dipercaya untuk mengangkut produk batu bara hasil produksi induk hingga sampai ke buyer.

T: Jadi seluruh aktivitas bisnis HAIS memang hanya untuk melayani kebutuhan angkutan logistik untuk komoditas batu bara milik induk usaha?

Jayanti: Sebagian besar, iya. Secara prioritas bisnis kami memang dedicated untuk komoditas batu bara milik grup. Tapi di luar itu, kami juga mengangkut barang milik orang lain, meski sifatnya hanya complement saja, agar setelah mengirim barang, kapal tidak balik dalam keadaan kosong.

Wakil Direktur Utama, Rahmad Pudjotomo:

Jadi prinsipnya, bisnis kami tidak hanya terbatas pada (angkutan) batu bara saja. Di luar itu, kami juga banyak mengangkut komoditas yg sifatnya curah kering. Kenapa (mengangkut) curah kering? Karena secara kebutuhan armada kapalnya sama. Kalau di luar itu, kan kebutuhan kapalnya beda lagi.

Jadi sejauh ini kami juga angkut banyak (komoditas), seperti sawit, gypsum, batu split sampai tiang pancang untuk kebutuhan IKN (proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara).

T: Angkut dari mana ke mana? Apakah ada yang sampai ke luar negeri?

Rahmad: Tergantung kebutuhan batu bara dari induk mau dikirim ke mana. Kami secara reguler kirim ke buyer di Jawa, Sumatera, Sulawesi. Kalau pun untuk ekspor, biasanya kirimnya ke hub di Singapura.

Dari sana, baru kita angkut apa saja, yang sekiranya sejalan dengan trayek armada kami untuk balik ke Kalimantan. Karena itu, dari Jawa biasanya ada banyak yang bisa kami angkut untuk kebutuhan Proyek IKN. Ada tiang pancang, batu split, macam-macam.

T: Dari seluruh aktivitas bisnis seperti itu di sepanjang 2023 lalu, hasilnya seperti apa? Misal sebagai tolok ukur, seperti apa capaian top line (pendapatan) dan bottom line(laba)nya? Apakah sesuai, kurang, atau bahkan melebihi dari target yang telah dipatok di awal tahun? 

Direktur Operasional, Laorentina Devi:

Untuk top line dan bottom line secara definitif tentu kami belum bisa sampaikan karena masih menunggu financial report yang full year secara resmi dan sudah audited.

Tapi apakah sesuai target, kami bahkan sempat lakukan beberapa kali revisi. Bukan revisi turun, ya. Justru karena angka target awal sudah bisa tercapai sebelum full year, maka kami naikkan. Kami arrange kembali, dan alhamdulillah tercapai lagi di akhir tahun.

Rahmad: Jadi itu juga menjadi achievement tim yang perlu kami apresiasi. Dan tidak hanya di 2023 saja. Terhitung sejak kami IPO (Initial Public Offering/Penawaran Umum Perdana Saham), tren achievement kami dari tahun ke tahun selalu positif, meski dengan ketersediaan armada yang relatif terbatas.

T: Mengapa terbatas? Memang hingga akhir 2023 lalu berapa total armada milik HAIS? Apakah ada rencana penambahan di tahun ini?

Laorentina: Armada existing kami secara total saat ini ada 15 set kapal tunda dan tongkang, dengan kapasitas angkut bervariasi, mulai dari 7.500 MT hingga 10.000 MT. Saat ini kami sedang dalam proses tambah lagi, tiga armada. Jadi total (armada) tahun ini ada 18 set.

T: Sebelum penambahan armada terealisasi, bagaimana strategi HAIS menghadapi banyaknya permintaan yang tadi Anda sampaikan, tidak sebanding dengan jumlah armada yang tersedia?

Laorentina: Kami kerja samakan dengan armada dari (pihak) luar. Ini sesuai juga dengan keinginan kami untuk maju, ya. Jadi agar HAIS tidak hanya dikenal di kawasan grup sendiri saja.

Hasilnya, alhamdulillah, kami sudah mulai ekspansi ke beberapa wilayah juga. Jadi tidak lagi hanya di Kalsel (Kalimantan Selatan) karena tambang kami kan di sana. Kami sudah menuju ke Kaltim (Kalimantan Timur) juga. Lalu ke Sulawesi, ke Sumatera juga. Jadi scope kami bisa dibilang sudah nasional. Bahkan sudah ada beberapa (permintaan) ke internasional.

T: Dengan kinerja HAIS yang sudah berkembang sejauh itu, secara umum tantangan utama apa yang dirasakan di bisnis kargo dan curah kering ini? Apakah naik-turunnya prospek bisnis memang benar-benar melekat pada fluktuasi harga komoditas? Atau ada game changer yang lain?

Jayanti: Secara umum untuk (fluktuasi) harga (komoditas) sedikit-banyak pasti berpengaruh ya. Maka tantangan kami adalah bagaimana bisa me-manage cost efisiensi. Ini harus bisa kita manage dengan baik.

Karena tentu pergerakan harga ini di luar kendali kita, dan terkadang juga tidak bisa diprediksi. Ada sebagian faktor penentu harga yang bisa kita antisipasi, tapi ada juga sentimen-sentimen lain dari luar, yang sifatnya force majoure gitu, yang sama sekali di luar perkiraan kita.

Misalnya kondisi geopolitik di tingkat global. Semua orang tidak pernah memprediksi kapan perang akan terjadi. Jadi sifatnya tiba-tiba saja terjadi, dan itu mau tidak mau harus bisa kita antisipasi. Kita carikan exit plan-nya seperti apa.

Rahmad: Saya tambahkan. Bicara soal harga komoditas, karena kami ini perusahaan transportasinya, bagian angkutannya, maka secara prinsip harusnya tidak terpengaruh secara langsung. Justru, cost untuk angkutan ini merupakan bagian dari cost operasional yang harus dipertimbangkan oleh pemilik komoditas itu sendiri.

Maka, ketika harga (komoditas) naik, pendapatan kami belum tentu ikut naik, karena untuk menaikkan tarif ke pelanggan, kami juga harus pertimbangkan banyak hal, seperti daya saing, service excellent, operational excellent dan sebagainya.

Tapi, begitu harga (komoditas) turun, maka justru banyak permintaan diskon dari klien agar mereka bisa adjust terhadap penurunan profit yang terjadi akibat turunnya harga (komoditas) tadi. Yang terjadi biasanya seperti itu.

T: Baik. Selanjutnya, kita coba mundur sedikit ke soal permintaan yang tinggi tadi. Saya penasaran, dengan permintaan yang tinggi, dengan tren pertumbuhan yang tadi dibilang sejak 2022 selalu melebihi target, lalu mengapa rencana penambahan armada di tahun ini hanya tiga unit saja? Apa kendalanya? Apakah soal harga yang tinggi, atau waktu pemesanan yang relatif lama, atau apa?

Laorentina: Ya memang kalau kita bicara demand, sudah pasti ada, dan tinggi. Tapi seiring lonjakan demand ini, jumlah pemain di (bisnis) pelayaran ini kan juga semakin banyak. Lalu seperti yang kita lakukan, masing-masing tambang itu biasanya lebih prioritaskan angkutannya dari grup sendiri. 

Sehingga kalau kita mau expand, maka kita harus dongkrak itu yang namanya kualitas handling, ketepatan waktu, lalu keamanannya, baik itu keamanan barang milik klien, maupun juga keamanan bagi crew kami sendiri.

Lalu juga soal bagaimana perawatan kapal kita, juga soal pricing, apakah bisa bersaing. Jadi intinya, kualitas layanan harus jadi yang utama. Dan alhamdulillah, untuk soal ini, kami bisa klaim bahwa hampir semua perusahaan tambang tahu siapa dan bagaimana kualitas layanan Hasnur Internasional Shipping ini.

Jayanti: Jadi, kalau bicara peluang pasar, kami sama sekali tidak khawatir dan sangat optimistis. Tapi, kami juga tidak mau gegabah untuk kemudian menggenjot ekspansi tanpa pertimbangan yang matang.

Meski permintaan tinggi, kami tidak mau misalnya langsung menambah armada sebanyak-banyaknya tanpa perhitungan. Sejak awal, founder kami, leluhur kami, selalu ajarkan bahwa dalam hidup kita selalu harus waspada. Dalam bisnis pun sama, jangan hanya mengejar ekspansi, tapi juga harus prudent.

T: Pertimbangan apa yang membuat HAIS memilih untuk semacam hold sejenak, ketika tren permintaan, seperti yang Ibu bilang tadi, sangat tinggi? Bukankah justru risikonya perusahaan bakal kehilangan momentum bagus untuk tumbuh?

Jayanti: Salah satu hal besar yang kami cermati adalah mulai berkurangnya permintaan batu bara, seiring dengan tren switching ke energi baru terbarukan (EBT). Sudah mulai ada dorongan agar PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) bertenaga batu bara untuk dipensiunkan dini.

Meski, kami tetap yakin bahwa setidaknya dalam lima hingga 10 tahun ke depan, permintaan batu bara tetap akan bertahan, dan masih tinggi. Kami percaya itu. Tapi kami juga tidak bisa menutup mata, bahwa tren pergeseran, meski baru dalam tahap awal, sudah mulai terjadi.

T: Lalu solusi dan strategi apa yang telah disiapkan oleh HAIS sebagai exit plant dari tren penurunan permintaan ini?

Jayanti: Jangan lupa bahwa angkutan kita selain batu bara itu juga ada, dan banyak. Misal dengan adanya Proyek IKN ini, opportunity di situ sangat besar. Tinggal bagaimana kita bisa menangkap peluang itu saja. Karena negara kita kan kepulauan, sehingga permintaan angkutan akan sellau ada. Apakah itu semen, batu split, bahkan sawit. 

T: Jadi HAIS sudah ada kontrak untuk ikut serta dalam pengerjaan Proyek IKN?

Rahmad: Secara spesifik, belum. Beberapa (proyek) masih penjajakan. Tapi (proyek IKN) ini kan proyek jangka panjang. Progressnya masih sangat panjang ke depan. Jadi ibarat pertandingan lari, ini bukan lomba sprint, melainkan lari marathon.

Sehingga secara peluang, itu banyak sekali yang bisa kita ambil dan maksimalkan. Ini yang menjadi pembicaraan di internal kami, bagaimana agar HAIS ini bisa bersiap sebaik mungkin, apakah itu dari segi ketersediaan armada, kesiapan crew, atau permodalan, ini sedang kami bahas dan persiapkan semua. Sehingga ketika peluang ini benar-benar datang, kita sudah siap.

Jayanti: Tapi balik lagi, ini semua kita masih bicara tentang potensi dan antisipasi terhadap peluang yang akan datang. Itu soal hari-hari ke depan. Tapi untuk bisnis hari ini, kami masih akan sepenuhnya fokus ke bisnis angkutan batu bara.

Kami percaya dan yakin, untuk setidaknya dalam periode lima hingga 10 tahun ke depan, pasar ini masih sangat potensial dan menjanjikan. Terlebih pasar kami kan captive dari induk, sehingga harusnya bisa lebih kami maksimalkan lagi. Itu tantangan bisnis kami di tahun ini, dan beberapa waktu ke depan. (TSA)

SHARE