ECONOMIA

Menyusun Peta Jalan Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia

Taufan Sukma/IDX Channel 11/10/2023 18:43 WIB

Kita yang berubah, atau kita yang diubah, karena menurut Saya ini inevitable trend.

Menyusun Peta Jalan Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia (ffoto: MNC Media)

IDXChannel - "We have not inherited the land from our parents. We have borrowed it from our children."

Petuah bijak tersebut konon telah diwariskan secara turun-temurun oleh Suku Indian, Amerika Serikat (AS), agar manusia tidak lagi seenaknya mengeksploitasi alam dan lingkungan demi kepentingan sendiri.

Petuah tersebut mengajarkan bahwa alam tidak sepantasnya menjadi obyek eksploitasi, melainkan justru 'titipan' yang harus dijaga dengan sepenuh hati, demi kebaikan generasi mendatang.

Semangat mencintai alam yang digagas oleh petuah ini, secara bertahap, semakin dipahami betul dan mulai dilaksanakan oleh masyarakat dunia.

Perlahan namun pasti, gelombang kesadaran untuk menjaga alam dan lingkungan terus digelorakan, dan semakin bergema, lewat berbagai ragam upaya konkret di lapangan.

Seperti halnya yang coba mulai dilakukan oleh pemerintah lewat upaya pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

Langkah ini dinilai bagaikan bola salju yang berpotensi memantik dampak lanjutan atau efek domino (domino's effect) secara positif di berbagai sektor kehidupan.

Misalnya saja perbaikan kualitas udara yang selama ini dipenuhi polusi dari asap kendaraan konvensional (internal combustion engine/ICE).

Lalu penghematan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga dapat menekan realisasi impor BBM, serta menghemat anggaran negara yang digunakan untuk jenis BBM subsidi.

Di lain pihak, meningkatnya penggunaan EV juga menjadi salah satu langkah paling efektif dalam upaya hilirisasi mineral dan beragam komoditas mineral dalam negeri lainnya.

Dengan segudang manfaat tersebut, maka seperti apa rencana pemerintah dalam mendongkrak penggunaan EV di Indonesia? Langkah apa saja yang telah disiapkan dalam peta jalan (roadmap) pengembangan ekosistem EV secara nasional?

Berikut ini hasil wawancara Tim Redaksi IDX Channel dengan Kepala Badan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Digital Kadin Indonesia, Pandu Sjahrir.

Hasil wawancara ini juga telah ditayangkan dalam Program Special Dialogue di IDX Channel TV yang dibawakan oleh Presenter Fajar Wayong. Berikut ini hasil wawancara tersebut.

IDXC: Pak Pandu, terima kasih sudah bergabung dengan kami pada hari ini. Terkait dengan tema kita hari ini, kita bisa awali dengan bagaimana kemudian kita melihat potensi pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia, terutama dari kacamata pelaku usaha?

Menurut Saya, potensinya luar biasa ya. Apalagi dengan sekarang masalah lingkungan hidup, yang di kota-kota besar, seperti Jakarta, terkait urusan polusi. Saya rasa banyak stakeholder, termasuk warga negara, atau warga ibu kota, yang merasa bahwa ini sudah menjadi satu kebutuhan. Karena dari sisi polusi udaranya, salah satu masalah terbesar adalah sisi transportasi.

Jadi ya sekarang sudah mulai terasa demandnya, keinginannya untuk berubah, kebetulan memang juga kalau kita lihat tren di negara-negara besar, contohnya Amerika, China, dan India, memang push ke EV tuh amat besar.

Jadi sekarang ngomongnya berapa persen penetrasi. Kalau seperti contoh sekarang di China, satu dari tiga mobil baru yang adaadalah mobil listrik.

Sama juga dengan di Amerika. Malah Amerika telah membuat peraturan yang namanya inflation reduction act, yang fokus untuk mengubah semuanya menjadi mobil listrik atau kendaraan listrik. India pun sekarang juga sudah mencapai lima persen terkait penetrasi kendaraan listriknya. Jadi ini global trend menurut Saya.

Di Indonesia sendiri, sejauh ini masih nol koma, sekitar 0,1 atau 0,2 saja. Tapi buat Saya, kalau kita sebagai pelaku usaha, ini sesuatu yang sangat menarik untuk ke depannya. Karena Anda sudah lihat dari top three countries di dunia, semua sudah arahnya ke sana.

IDXC: Jadi potensinya besar? Dan pelaku usaha harusnya sudah mulai dari sekarang?

Ya. InsyaAllah lah ya. Kita nggak tau karena banyak juga orang dengan perubahan tuh kan pasti takut-takutnya pasti ada. People don’t like change.

Tapi menurut Saya, change is inevitable. Pasti terjadi. Jadi kalau Saya bilang ke teman-teman di perusahaan, ya kita bilang either kita berubah atau kita yang diubah. Karena menurut Saya ini inevitable trend.
 
IDXC: Oke baik, itu kesempatan untuk pelaku usaha. Tapi kalau kita lihat dari masyarakatnya sendiri, kan bisa kita bilang masih cukup awam. Nah, pengembangan ekosistem kendaraan listrik ini realistis atau tidak? Kalau kita sebut sebagai target, apakah tidak terlalu ambisius?

Kalau dari pemerintah katanya mereka pengen satu dari dua kendaraan listrik tuh yang baru, 2030, sudah dijual. Jadi 50 persen lah kasarnya, untuk (kendaraan) yang baru. Jadi itu menurut Saya bagus, karena paling nggak ada visi bahwa kita mau ke arah mana.

Nah, dari sisi percobaan, Saya rasa sih positif ya. Karena orang yang sudah mencoba mobil listrik atau kendaraan listrik lainnya, merasa eh sebenarnya jauh lebih nyaman gitu lho.

Sekarang tinggal dari sisi supplynya. Jadi ini kan antara chicken and egg problem, apakah bangun dulu trus orang beli, atau ada demand, lapar, baru dibuatkan produk makanannya. Dan itu pasti take time.

Tapi in my view, sekarang sih sebenarnya bukan apakah akan dibeli, tapi kapan akan dibeli. Apakah penetrasi itu bakal mencapai 30 persen pada 2035 kah? atau 2030 kah? Itu sebenarnya pertanyaan utamanya.

Dan Saya melihatnya ini perumpamaannya mirip dengan bisnis e-commerce. E-commerce mulai sekitar 2010 atau 2009, tapi benar-benar melonjak pada 2017 ke 2018. Terus untuk masyarakat melakukan transaksi itu mungkin baru mulai 2015-2016. Itu pun masih bayar pake cash.

Sekarang Anda kalau beli kopi atau beli di mana pun, di bursa atau di mana, pasti mainnya HP. Dan itu terjadi dalam waktu lima hingga enam tahun. Jadi Saya rasa mungkin akan takes time, tapi mungkin lebih cepat daripada yang kita perkirakan dari sisi adopsi.
 
IDXC: Tapi kalau dari sisi bisnisnya sendiri, kan tadi ya Pak Pandu juga sudah menyebutkan, di beberapa negara, terutama di Amerika, China, ini kalau untuk melihat situasi dan kondisi di Indonesianya apakah cukup yakin untuk mengembangkannya?

Karena Indonesia punya raw material yang besar. Kita punya nikel. Nah nikel itu bisa kita kembangkan untuk masuk dari hulu ke hilir pengembangan baterai. Dari bisnis baterai Anda bisa bikin mobil, Anda bisa bikin motor, karena baterainya kita yang buat. Dari situ kita kembangkan buat Asia Tenggara ataupun lebih luas lagi.

Jadi yang memang unik mengenai Indonesia, specifically, karena raw materialnya ada di Indonesia. Jadi menurut Saya sih program pemerintah sudah benar untuk mengembangkan hulu ke hilir.

IDXC: Tapi tadi kan kita dari pelaku usahanya. Kalau dari industri otomotifnya sendiri, untuk produce itu, apakah sudah siap atau belum?

Kalau siap, menurut Saya per hari ini harus disiapin. Jadi sekarang semua lagi melihat strateginya bagaimana, untuk produk market fitnya.

Tapi sudah dilihat kok beberapa contoh, seperti Hyundai berinvestasi, membangun di sini untuk motornya, mobilnya, sudah ada beberapa teman juga mencoba membuat motor listrik. Jadi dari sisi dunia usaha, itu sekarang sedang terjadi, ceritanya lagi dibuat.

IDXC: Tapi memang apakah investasi itu, kalau kita bicara secara hitung-hitungannya, besar dan memang menarik untuk dunia usaha?

Memang besar, dan itu harus, baik dari dalam negeri dan luar negeri. Tapi menurut Saya inevitable trend, jadi pertanyaannya, I think the next billion dolar company, the next 10 billion company, bakal datang dari isu transisi energi ini.

Malah Saya berani bilang nanti yang masuk majalah top 40 yang terkaya atau apa, bakal datang dari orang yang berbisnis di daerah ini. Saya nggak tau siapa, bagaimana, tapi it will come from transisi energi.

IDXC: Tapi kalau dilihat dari investornya sendiri, tadi kita dari Hyundai, kemudian dari pabrik baterainya juga ada LG di Karawang, sudah mulai bikin, berarti insentifnya sudah cukup ya untuk menarik investor-investor itu tadi?

Menurut Saya udah ada insentif di mana mereka sudah mulai membangun. Ya tapi ini kan belum ada yang sempurna lah. Kan masih mencoba. Ya nanti kita akan lihat perkembangannya. Pasti nanti ada diperlukan a, b, c, dan bukan hanya soal insentif saja. Nanti perlu ada semacam carrot and stick.

Ini kan dikasih carrotnya nih insentifnya, nanti harus ada sticknya juga untuk transisi energi. Sekarang belum dimunculin ya, tapi itu pasti akan terjadi. Contohnya kayak di Amerika, inflation reduction itu kan carrot and stick ya. Jadi untuk mengubah bagaimana untuk Amerika sendiri bisa mengubah full menjadi EV di seluruh Amerika.
 
IDXC:  Ini untuk inovasinya sendiri, untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Apalagi inovasi yang harus dilakukan?

Banyak, karena Anda harus membuat market yang cocok dengan Indonesia. Jadi, misalnya kalau di luar negeri, mungkin three seater, di Indonesia mungkin harus seven seater. Kayak pembuatan mobil-mobil tuh harus sesuai bukan hanya dari sisi spek, tapi juga dari sisi harga it has to fit the price, untuk masyarakat Indonesia membeli mobil.

Jadi, banyak sekali keunikan tentang Indonesia bagi para pengusaha yang ingin membuat mobil atau motor yang harus disesuaikan dengan keinginan konsumer. Kenapa orang willing to do it? karena konsumennya besar sekali. Jadi itulah kenapa menurut Saya market ini sangat menarik. Dibandingkan dengan semua market di dunia, Indonesia itu sebenarnya salah satu yang paling menarik untuk four wheeler dan two wheeler.

IDXC: Jadi memang akhirnya disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia begitu ya. Lantas untuk masyarakatnya sendiri, ini edukasi dan sosialisasi perannya dimana nih untuk kemudian adopsi?

Nah karena sekarang gara-gara polusi udara ini semua juga nanya hal yang sama. To be honest, udah mau sendirinya kok sekarang. Sekarang barangnya bagus nggak, suka nggak, jadi itu sekarang balik ke soal produk. You have to create the right product for the market yang ada di sini. Itu aja sih menurut Saya.

Setiap usaha, pengusaha, industri, pasti akan promote produknya. Sekarang aja udah kelihatan kan, contoh beberapa tadi yang Saya sebut nama-namanya. Sekarang sudah kelihatan kan iklan-iklannya. Jadi ya lumrah lah, business as usual, menurut Saya di sini.

IDXC: Tapi ada nggak sih, mungkin keraguan dari pelaku usaha yang memang belum bisa masuk ke Indonesia karena berbagai hal. Apakah hilirisasinya juga belum oke, pengolahannya segala macam, atau seperti apa?

Menurut Saya sekarang lebih taking the next step pembuatan baterai. Dari membuat baterai maybe takes tiga sampai lima tahun. Setelah itu bisa dioftik. Sebenarnya ini lebih ke soal waktu. Menurut Saya sih its time. Jadi yang penting juga nanti ke depannya kita juga mau masuk tahun penilu kan.

Jadi yang penting adalah nanti siapapun yang menjadi presiden diteruskan saja ini, karena ini udah bagus buat Indonesia. Poinnya sekarang adalah bangun dulu, kita harus sadar bahwa ini semua investasi jangka panjang dan memang bagus buat Indonesia. Jadi ya sekarang, ini kan sekarang masuk tahun politik, saya ulang lagi nih, kenapa, karena semua pengusaha dan industri juga was-was.

Ini gimana ya, artinya nanti apakah siapapun yang nanti menjadi presiden, akan berkomitmen untuk  meneruskan. Kami di Kadin tentu akan bilang "Pak, this has very postive result, if it’s not broke why fix it." Sekarang kita coba lebih sempurnakan saja, apa yang ada, kita lanjutkan terus, itu yang paling penting sih menurut Saya.

Jadi ini juga salah satu pesan, karena banyak teman-teman yang invest di saham etc. Kita harus sadar ya siapapun nanti yang menjadi penerus atau pemimpin bangsa ini, masalahnya kan sama semua, isu yang harus dihadapin sama semuanya. Tapi bagusnya, sekarang kita sudah tahu mana yang bekerja.

IDXC: Tapi kalau ngomongin pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, peta jalan yang dibuat pemerintah nih sebetulnya kalau kita bisa nilai nih, ini sudah seberapa jauh?

Menurut Saya sesuatu ini kan kayak bayi nih. Baru banget. Belum ada setahun. Jadi menurut Saya ambisinya sudah pas. Visinya juga sudah pas. And the mission juga sudah pas nih, sekarang adalah eksekusinya. Jadi setelah itu, kita harus lihat pemerintahnya siapapun yang mengambil keputusan itu harus bisa sangat mendengar apa yang terjadi di market.

Jadi misalnya, eh ini perlu ada insentif, oke tapi perlu ada juga stick, ya kan. Kapan sih numbuhin carrot and stick itu? Jadi harus ada punishment juga. Reward and punishment. Misalnya, oh Saya melakukan ini untuk ngebangunin, tapi kamu kok nggak bangun? Harus ada punishment juga, dan yang lain-lain ya.

Jadi ini menurut Saya sesuatu yang pas dan kebetulan karena ya udara Jakarta seperti ini, untuk bisa mengubah udara Jakarta untuk menjadi bersih kayak zaman kita dulu waktu masih kecil itu, kan maybe takes seven until eight years. Jadi untuk bisa melakukan itu, memang harus step by step, menurut Saya.  

IDXC: Oke jadi kalau capaiannya sudah bisa kita kasih nilai yang jauh?

Masih terlalu dini lah. Masih baru banget, menurut Saya. You cannot give a score di mana untuk efeknya sendiri dari sisi polusi baru kelihatan sekitar sembilan sampai 12 bulan ke depan. Tapi rasanya sih oke. Sekarang tinggal eksekusi dari sisi para pengusahanya saja.

IDXC: Tapi kemarin dari pemerintah kan menyebut akan ada insentif juga dari kemenperin. Kemudian impor cbu-nya kalau dari luar. Bukankah itu sebenarnya agak bertentangan dengan mendorong produksi dari dalam negeri?

Nggak juga. Kan untuk produksi perlu waktu. Anda kalau besok misalnya pengen beli mobil listrik, dapatnya gimana? Nggak bisa. Memang harus impor. Dan Anda juga perlu melakukan impor, karena Anda perlu cash flownya untuk bisa ngebangun.

Kalau nggak gitu, nggak mungkin jalan. Jadi nggak apa-apa impor. Asalkan jelas. Misalnya Anda impor 20 ribu, Anda dapat misalnya keuntungan 10, ya Anda harus bangun juga untuk bisa offset yang 10 itu. Kalau nggak, ya silakan. Makanya Saya bilang carrot and stick. Menurut Saya sih oke-oke aja, asal Anda membangun investasi.

Ini lebih soal time lag. Ya kan untuk ngebangun pabrik butuh 12 sampai 15 bulan, minimum, untuk keluarin barangnya. Jadi gimana, 18 bulan nggak ada motor/mobil listrik sementara masyarakat sudah butuh? Kita harus lihat dari luar negeri yang sudah bangun.

IDXC: Dari apa yang kita lihat dari negara negara maju, seperti Amerika Serikat, China, apa yang bisa kita terapkan juga di Indonesia?

Kalo itu menurut Saya Amerika Serikat, China, India, juga sebagai salah satu contoh, memang soal pengembangan SDM. Itu yang mungkin paling perlu kita lakukan sekarang. Karna kita sudah masuk di Indonesia GDP 5.100 per kapita. Jadi bahasa kerennya ke world bank itu, middle income.

Nah sekarang challenge kita adalah bagaimana bisa masuk upper income, atau kita akan masuk ke middle income trap, dalam kata lain Anda tidak bisa bertumbuh lagi.

Nah, disitu tuh menurut Saya pertaruhan kita semua, adalah soal SDM. Jadi kita mau ngomong soal transisi energi, sentra baliknya ke SDM. Jadi memang ya buat Saya, fokus dari sisi investasi, risk terbesarnya adalah bagaimana soal pengembangan SDM itu sendiri.
 
SDM sendiri kan ada dua, satu soal pendidikan, dua soal kesehatan. Bagaimana investment kita di sektor pendidikan dan kesehatan? Kesehatan itu menyangkut juga urusan lingkungan hidup, karena quality of life. Quality of life sendiri juga menyangkut soal polusi, yang baliknya lagi ke transisi energi ini untuk pembuatan EV.

Jadi yang paling penting untuk Indonesia adalah bagaimana pengembangan Sumber Daya Manusia kita, karena kita sekarang ada di take it or leave it. Ada 280 sampai 300 juta masyarakat setiap orang share holder di negara ini. Bagaimana output dari setiap negara itu bisa naik per orang? Mau gak mau balik lagi ke pendidikan dan kesehatan.

Pendidikan untuk menaikkan output, kesehatan untuk longer life. Jadi menurut Saya ini merupakan hal yang fundamental.

IDXC: Apa rencana dari Kadin untuk kemudian dua hal tadi, soal kesehatan dan pendidikan, terutama dalam hal transisi energi?

Simplenya dengan menaikkan investment pendidikan dari hulu ke hilir, dengan membuka private sector bisa investasi. Nah itu balik lagi, misalnya pembukaan vocational school dan meningkatkan skill set up skilling. Itu paling penting.

Yang kedua, juga memang yang lebih fundamental harus kerja sama dengan pemerintah mendirikan  dari sisi TK, all the way sampai universitas. Dari sisi universitas ada peningkatan RND. Kenapa? karena ada research itu yang paling penting, karena otaknya memang di situ.

Kalo urusan kesehatan bukan hanya pembukaan klinik, rumah sakit, tapi lebih ke bagaimana peningkatan dari sisi suster, dokter dan kita harus bisa terima juga knowledge dari orang luar negeri.

Karena kompetisi kita sudah global. Di situ nanti ke depan kita harus bisa peningkatan kesehatan dari sisi research untuk pembuatan vaksin. Ini bisnis otak lah istilahnya.

Balik lagi, dari sektor pendidikan pun harus ada peningkatan dari sisi guru, pendapatan guru. Biar guru tidak ada yang nyambi, sehingga fokus untuk mengajar. Karena guru at the end it’s everything.

Nah setelah itu baru ke transisi energi. Semua urusannya quality of life. Jadi apa pun yang kita lakukan, membangun mobil, motor listrik, semua itu balik balik solusinya ke sana. Ke urusan kualitas udara. Kualitas hidup.

Bayangin per hari ini kita kayanya dipajak untuk bernafas. Mau gak mmau kita harus mengubah life style kita, cara hidup kita, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Makanya Saya katakan tadi, SDM harus menjadi satu kesatuan dengan pendidikan, kesehatan maupun transisi energi.

IDXC: Jadi ada skenario yang memang dua-duanya harus dijalankan. Tapi kalau untuk pendidikannya sudah dijalankan. Tapi kan teknologi kita masih bisa kita katakan belum begitu memadai. Berarti transfer teknologi dari para investor?

Harus. Memang harus ada transfer teknologi dari semua pihak. Dan menurut Saya private sector, karena dari Kadin pengusaha private sector tuh harus sangat aktif di sini. Bukan hanya ngikut, melainkan harus sangat aktif. Apakah Anda ingin investasi membangun sekolah? Sekarang kan bikin sekolah, sorry to say, ya membangun sekolah ngumpet-ngumpet. Bikinnya foundation.

Kenapa ngga dibuka saja, biar semua bisa, tapi dari sisi pemerintah ada rules, harus kaya gini, gini, gini. Tapi kita harus ningkatkan STAMP (Science,Technology, Enginering, Math dan terakhir artur-culture). Itu harus kita tingkatkan. Itu yang akan membuat masyarakat menjadi lebih produktif. (TSA)

Penulis: Reysha Hidayat

SHARE