108 Negara Berkembang Terancam Middle Income Trap, Ada Indonesia
Sekitar 108 negara berkembang, termasuk China, India, Indonesia, Brasil, dan Afrika Selatan, menghadapi kendala serius.
IDXChannel - Sekitar 108 negara berkembang, termasuk China, India, Indonesia, Brasil, dan Afrika Selatan, menghadapi kendala serius yang dapat menghambat upaya mereka untuk menjadi negara berpendapatan tinggi, menurut studi Bank Dunia terbaru.
“Upaya peningkatan kemakmuran ekonomi global bergantung kepada negara-negara berpendapatan menengah,” kata Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior untuk Ekonomi Pembangunan Grup Bank Dunia Indermit Gill, dalam keterangan persnya pada Kamis (1/8/2024).
“Tetapi, terlalu banyak dari negara-negara ini yang mengandalkan strategi kuno," katanya.
Menurut Laporan Pembangunan Dunia 2024: Jebakan Pendapatan Menengah yang dirilis pekan ini, hanya 34 negara berpendapatan menengah yang berhasil beralih ke status berpendapatan tinggi sejak 1990, hampir setengahnya karena bergabung dengan Uni Eropa atau memiliki sumber daya migas yang berlimpah.
Banyak negara terkena jebakan pendapatan menengah atau middle income trap ketika produk domestik bruto (PDB) per kapita mereka mencapai sekitar 10 persen PDB per kapita Amerika Serikat (AS), saat ini sekitar USD8 ribu.
Pada akhir 2023, 108 negara diklasifikasikan sebagai negara berpendapatan menengah, masing-masing dengan PDB per kapita tahunan di kisaran USD1.136 hingga USD13.845. Negara-negara ini adalah rumah bagi enam miliar orang, 75 persen dari populasi global.
Mereka menghasilkan lebih dari 40 persen PDB global, namun dua per tiga warga mereka menghadapi kemiskinan. Negara-negara ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada pendahulu mereka dalam keluar dari middle income trap, termasuk populasi yang menua dengan cepat, meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju, dan biaya besar untuk melakukan transisi energi.
Laporan Bank Dunia tersebut mengusulkan Strategi Investasi, Infusi, dan Inovasi (3I) agar negara-negara berkembang dapat mencapai status berpendapatan tinggi. Pada awalnya, mereka dapat berfokus hanya pada kebijakan yang dirancang untuk meningkatkan investasi. Namun, begitu mereka mencapai status berpendapatan menengah ke bawah, mereka perlu melakukan infusi, yakni adopsi luas teknologi dari luar negeri.
Saat mencapai status berpendapatan menengah ke atas, negara-negara harus mengubah arah lagi dan berfokus pada inovasi. Dalam fase inovasi, negara-negara berkembang tidak lagi sekadar menerapkan teknologi dari luar negeri namun juga berkontribusi sendiri. (Wahyu Dwi Anggoro)