ECONOMICS

1,8 Juta Lulusan SMA/Sederajat Serbu Pasar Kerja per Tahun, Lowongan Makin Sempit 

Iqbal Dwi Purnama 15/11/2023 03:07 WIB

Sebanyak 1,8 juta lulusan SMA/SMK/MA sederajat tidak masuk ke perguruan tinggi alias langsung masuk dalam pasar kerja per tahunnya.

1,8 Juta Lulusan SMA/Sederajat Serbu Pasar Kerja per Tahun, Lowongan Makin Sempit (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sebanyak 1,8 juta lulusan SMA/SMK/MA sederajat tidak masuk ke perguruan tinggi alias langsung masuk dalam pasar kerja per tahunnya.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menilai, hal tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara sisi suplai dan demand pasar ketenagakerjaan di Indonesia.

"Saat ini yang menjadi salah satu tantangan ketenagakerjaan di Indonesia adalah adanya kesenjangan antara sisi suplai dan demand pasar Ketenagakerjaan di Indonesia. Sebanyak 1,8 juta lulusan SMA/SMK/MA setiap tahun tidak tertampung di perguruan tinggi dan terpaksa masuk pasar kerja," ujarnya dalam Raker bersama Komisi IX, Selasa (14/11/2023).

Ia menambahkan, ketimpangan di pasar kerja disebabkan oleh kebutuhan industri yang sudah banyak berubah dan sudah tidak relevan dengan skill yang dimiliki SDM di Indonesia.

"Rendahnya digital skil menjadi tantangan untuk memenuhi kebutuhan industri di masa mendatang," lanjutnya.

Ida Fauziyah mengungkapkan, setidaknya ada dua pola permintaan tenaga kerja di industri saat ini. Pertama pekerjaan-pekerjaan yang bersentuhan dengan pemanfaatan teknologi digital. 

Kedua dari sisi soft skill yang saat ini mulai banyak dibutuhkan adalah menyangkut kemampuan analitis, orientasi pemecahan masalah, kreativitas, dan komunikasi sangat diperlukan.

Namun demikian, keterampilan digital yang dimiliki tenaga kerja Indonesia masih bersifat teoritis dan umum, sehingga terjadi kesenjangan dari sisi suplai dan demand industri

Dalam paparannya, Ida Fauziyah juga menyebutkan beberapa sektor yang punya permintaan tinggi di sebuah perusahaan. 

Misalnya TIK sebesar 26,91%, jasa keuangan 25,44%, ritel 6,32%, makanan dan minuman 5,55%, media, penerbitan, dan ritel 5,20%, perhotelan dan akomodasi 4,43%, kecantikan 4,15%, serta manufaktur dan konstruksi sebesar 3,72%.

"Kemnaker membuat kebijakan link and match ketenagakerjaan sebagai solusi mengurangi kesenjangan dalam pasar kerja di Indonesia, dengan arah kebijakan membangun integritas antara pelatihan, sertifikasi, dan penempatan tenaga kerja," tukasnya.

(DES)

SHARE