Ada 31 Negara yang Berpotensi Jatuh ke Jurang Resesi, Indonesia Termasuk?
IMF merilis laporan World Economic Outlook dan memprediksikan perekonomian dunia bakal makin melambat tahun depan, banyak negara bakal resesi.
IDXChannel—IMF mengatakan ada 31 negara yang berpotensi jatuh ke jurang resesi lebih dalam tahun depan. Namun demikian, lembaga keuangan itu memang tidak menyebutkan negara mana saja yang berpotensi menerima dampak cukup parah.
Hal yang pasti dalam laporan World Economic Outlook bulan ini adalah, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan yang mulanya dipatok sebesar 2,9%, kini menjadi hanya 2,7%.
Banyak faktor memengaruhi proyeksi perlambatan ekonomi 2023. IMF menyebutkan sederet penyebab, antara lain sisa dampak pandemi yang masih membebani beberapa industri dan dampak perang Rusia-Ukraina.
“Prognosa perekonomian global sangat jauh di bawah rata-rata. Outlook kali ini secara signifikan lebih lemah dibanding proyeksi enam bulan lalu. Proyeksi 2023 adalah yang terlemah sejak level pertumbuhan 2,5% terlihat saat perlambatan ekonomi pada 2001,” tulis IMF.
IMF juga melaporkan penurunan GDP global. Menariknya, IMF tidak menjadikan penurunan GDP global ini sebagai dasar utama proyeksi perekonomian 2023. Namun demikian, ada kontraksi GDP yang telah berlangsung dua kuartal secara berturut-turut.
Kontraksi GDP itu terlihat pada waktu-waktu tertentu sepanjang 2022-2023, terutama pada 43% perekonomian (atau 31 dari 72 negara) dunia. Oleh karena itu, perekonomian 31 negara tersebut diproyeksikan bakal makin terkontraksi tahun depan.
Selain itu, laporan juga tersebut memberikan banyak fakta menarik tentang perkembangan perekonomian terkini dan prediksinya untuk tahun mendatang.
Tiga Besar Perekonomian Dunia Akan Anjlok
IMF juga melaporkan bahwa tiga penggerak terbesar perekonomian dunia—China, Uni Eropa, AS—akan menurun secara signifikan sepanjang 2022-2023. Potensi risiko dari ketiga kekuatan ini telah diprediksikan sejak April dan Juli silam.
Beberapa risiko tersebut antara lain adalah pengetatan kondisi finansial di banyak wilayah, ekspektasi kenaikan suku bunga yang tajam dari bank sentral besar untuk melawan inflasi, dan perlambatan China yang makin tajam karena perpanjangan lockdown dan krisis properti yang kian parah.
Selain itu, perang Rusia dan Ukraina juga akan tetap memberikan sisa-sisa dampak pada negara-negara yang mengandalkan suplai gas dari Rusia. Kelompok negara ini umumnya berada di Eropa.
IMF bahkan memangkas proyeksi perekonomian AS, UE, dan China lebih dalam dibanding negara-negara berkembang. Mulanya IMF memprediksikan perekonomian AS akan bergerak tumbuh 1,6%, namun kemudian memangkasnya menjadi 1,0% saja pada laporan Oktober ini.
Uni Eropa mulanya diprediksikan bakal tumbuh 3,1%, lalu IMF memangkas proyeksinya menjadi hanya 0,5% saja pada laporan kali ini. Sedangkan ASEAN mulanya diprediksikan tumbuh 5,3%, namun dipangkas menjadi 4,9%.
Inflasi Tinggi, Negara Miskin Paling Terdampak
IMF juga mencatatkan tingkat inflasi yang tertinggi sejak 1982, dan yang paling terkena dampak adalah negara-negara berpenghasilan rendah. Dalam kelompok negara ini, konsumsi rumah tangga terbesar adalah makanan, yang artinya, inflasi dapat berdampak serius pada kesehatan dan standar hidup di negara tersebut.
Dari grafik yang ditunjukkan IMF, tampak bahwa di Asia dan Pasifik, faktor utama inflasi adalah sektor energi, transportasi, dan perumahan. Sedangkan di Eropa, faktor utama inflasi adalah kenaikan harga pangan. Lalu di Timur Tengah dan Asia Tengah, faktor utama inflasi adalah makanan.
Demikianlah ringkasan singkat tentang penyataan IMF mengenai 31 negara yang berpotensi jatuh ke jurang resesi tahun depan. (NKK)