ECONOMICS

Ada Tuduhan Nikel Kotor, Vale Indonesia (INCO) Bantah dengan Bisnis Tambang Berkelanjutan

Atikah Umiyani 09/08/2024 14:29 WIB

Vale Indonesia (INCO) buka suara terkait tuduhan nikel kotor alias dirty nickel yang belakangan ramai dikeluhkan oleh negara-negara Eropa.

Ada Tuduhan Nikel Kotor, Vale Indonesia (INCO) Bantah dengan Bisnis Tambang Berkelanjutan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) buka suara terkait tuduhan nikel kotor alias dirty nickel yang belakangan ramai dikeluhkan oleh negara-negara Eropa. Industri nikel Indonesia pun dinilai berkontribusi pada krisis lingkungan global.

Terkait hal itu, Vale menegaskan bahwa pertambangan bisa dan harus dilakukan dengan cara yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan serta masyarakat.

Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Bernardus Irmanto menyebut, salah satu upaya nyata perusahaan ditampilkan dalam forum keberlanjutan bertajuk ‘Mining Industry Under The Spotlight: Validating Commitment and Sustainability Impact’, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (8/8/2024).

Bernardus mengatakan visi keberlanjutan perusahaan yang berkomitmen untuk menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

"Di tengah kritik dari berbagai pihak terhadap praktik pertambangan, PT Vale terus menunjukkan bahwa pertambangan yang bertanggung jawab tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Sejak berdiri pada 1968, PT Vale telah mempelopori hilirisasi di Indonesia, jauh sebelum kebijakan tersebut populer," ujar Bernardus.

Dalam menghadapi tantangan dari berbagai pihak, Bernardus menuturkan bagaimana PT Vale telah memimpin perubahan dengan membangun pabrik pengolahan sejak 1970 dan memproduksi nickel matte pada 1978, tanpa pernah mengekspor ore tanpa proses pengolahan di tanah air.

Pada kesempatan tersebut, Bernardus juga menekankan pentingnya pemulihan fungsi lahan pasca-tambang, di mana PT Vale telah berhasil merehabilitasi 66 persen lahan tambang dengan metode reklamasi progresif. 

"Kami juga berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lahan di luar area konsesi, mencakup lebih dari 12 ribu hektare, hampir tiga kali lipat dari area yang telah dibuka untuk tambang," kata dia.

Bernardus juga menyebut PT Vale menjadi pionir dalam penggunaan energi bersih dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.

Dalam konteks praktik pertambangan berkelanjutan, Bernardus memberikan contoh nyata terkait keberadaan Danau Matano di Sorowako sebagai bukti komitmen tersebut. 

"Kami menjaga kualitas air di Danau Matano dengan sangat ketat, bahkan kualitasnya lebih baik daripada air minum botol," ujarnya. 

Bernardus mengatakan hal ini menjadikan danau ini sebagai cerminan bagaimana pertambangan bersih dilakukan di area operasi PT Vale. Selain upaya lingkungan, PT Vale juga aktif dalam memberdayakan komunitas masyarakat lokal di sekitar area operasional.

Berbagai program dan lembaga binaan ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan perekonomian masyarakat.

"Bagi PT Vale, dengan menjalankan pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, PT Vale memastikan bahwa kita bukan hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik, di mana lingkungan, masyarakat, dan industri dapat berkembang harmonis dan sejahtera bersama," tuturnya.

(Febrina Ratna)

SHARE